"Oh, hai," balasku akhirnya setelah mencerna apa yang sedang terjadi sekarang ini.
Austin dan Elena masuk ke dalam lift dan menekan tombol 'B1' yang menandakan bahwa mereka akan menuju parkiran. Setelah Elena masuk ke dalam lift, wangi parfum yang bisa aku pastikan harganya mahal itu mengisi lift itu sehingga ketika aku bernapas yang aku cium adalah wangi parfumnya. Wanginya seperti wangi white musk. Ia tidak tersenyum kepadaku sama sekali dan hanya membalikkan badannya yang tegak terhadapku. Mungkin dia sedang tidak dalam mood yang baik. Atau memang sikap dia seperti ini.
"Ngapain malem-malem disini?" tanya Austin yang berdiri di depanku dan bersebelahan dengan Elena.
"Baru beres kerja," jawabku.
Austin melirik ke arahku. "Kamu kerja di gedung ini juga?"
Aku mengangguk. Austin juga ikut mengangguk. Kemudian aku mengingat-ingat perusahaan apa yang berada di lantai empat belas itu. Lalu aku teringat bahwa itu adalah perusahaan TOP Art Entertainment. Aku bisa menyimpulkan sendiri bahwa pasti Elena baru selesai berurusan di perusahaan itu dan Austin menemaninya atau menjemputnya. Dan sekarang Austin akan mengantarkannya pulang.
Elena hanya berdiri tegak dan melipat tangannya. Pandangannya fokus melihat ke depan dan tidak memedulikan keberadaanku maupun perbincangan singkatku dengan Austin.
"Pulang naik apa, Gi?" tanya Austin. Aku sendiri bingung kenapa Austin begitu peduli dengan diriku, sedangkan di sebelahnya berdiri pacarnya yang memungkinkan untuk salah paham akan hubunganku dengan Austin.
Tapi aku tidak mau dianggap tidak sopan juga. Jadi aku jawab, "Go-jek paling."
"Ga mau bareng?" sahut Austin. Elena langsung melirik ke arah Austin dan aku melihat lirikannya itu. Tajam dan mempunyai unsur amarah dan kecemburuan. Austin menatapnya kembali.
Tepat saat itu, pintu lift terbuka di lantai dasar dan aku menjawab, "Mungkin lain kali, Kak. Aku duluan, ya." Aku keluar dari lift.
Austin memanggil namaku beberapa kali tapi aku tidak menyahutinya dan tetap berjalan menuju luar gedung. Aku tidak mau merusak hubungan mereka. Lagipula, Elena terlihat tidak sedang dalam mood yang baik juga. Aku tidak mau memperparahnya.
Aku pesan ojek online melalui aplikasi dan menunggunya untuk menjemputku di depan gedung yang sepi. Yang menyapaku malam itu adalah angin malam yang tidak dingin dan suara kendaraan yang melewati gedung.
Aku masih memikirkan mengenai Austin dan Elena. Suatu kebetulan yang benar-benar tidak terduga aku bisa bertemu dengan mereka di gedung ini. Dan setelah aku pikir-pikir, apakah benar Austin tidak tahu aku kerja di gedung ini? Aku satu kantor dengan adiknya dan adiknya bekerja di gedung ini. Well, mungkin dia hanya berbasa-basi dan menghindari kecanggungan tadi.
Setelah ojek yang aku pesan itu datang, aku datang kepada bapak yang mengendarai ojek itu. Aku menggunakan helm yang ia berikan dan disaat itu sebuah mobil berwarna hitam muncul dari parkiran gedung dan melewatiku. Aku melihat ke arah pengemudinya dan itu adalah Austin. Elena pasti adalah orang yang duduk di sampingnya. Baik Austin ataupun Elena tidak melihatku. Tapi aku melihat mereka dan mereka terlihat seperti sedang beradu argumentasi. Entahlah, aku rasa Elena benar-benar sedang marah.
Tunggu, apa jangan-jangan karenaku dia jadi semakin marah kepada Austin?
***
Aku berpikir bahwa mungkin liburanku ke Singapura ini akan menyenangkan. Tapi dari awal aku bangun tidur, aku merasa tidak enak. Aku merasa tidurku tidak nyenyak dan seperti ada beban di dalam pikiranku.
Bagaimana kalau Elena salah paham kemarin malam? Apa aku sudah menjadi perusak hubungan orang? Apa hubungan mereka akan putus?
Dan aku tidak bisa menemukan solusinya juga untuk menyelesaikan beban ini. Aku tidak mempunyai nomor Austin, apalagi Elena. Lagipula jika aku menghubungi Austin, bukankah itu akan memperparah keadaan?
Sudahlah Agita. Daripada aku memikirkan ini, lebih baik aku memikirkan bagaimana aku akan datang ke Indielasting tahun ini. Pasti pertunjukkan itu akan spektakuler.
Aku sudah mempersiapkan pakaian yang akan aku pakai untuk datang ke Indielasting. Ini adalah konser pertama di sepanjang usiaku. Jadi aku sebenarnya tidak terlalu paham akan pakaian apa yang harus aku pakai untuk datang ke konser.
Sehingga setelah aku browsing di internet, aku menemukan beberapa referensi pakaian untuk aku pakai di acara konser. Setelah aku melakukan beberapa penyeleksian akan pakaian mana yang lebih bagus, aku menemukan satu pakaian yang aku rasa paling pas untuk aku kenakan.
Tartan dress yang berwana navy dipadukan dengan jaket denim dan sepasang sepatu boots yang aku pinjam dari Kak Verona. Aku senang aku mempunyai ukuran kaki yang sama dengan kakakku. Jadi aku tidak perlu membeli sepatu baru, hanya cukup meminjam sepatunya yang jumlahnya banyak sekali.
Aku sudah mempersiapkan apa saja yang akan aku bawa dari jauh-jauh hari. Jadi hari ini aku hanya melakukan pengecekan sekali lagi setelah aku mandi kemudian pergi ke bandara.
Hari ini hari Rabu. Kak Verona tidak ada di rumah, karena dia sedang bekerja. Tapi kami sudah mengucapkan salam perpisahan tadi pagi. Aku mendengarnya berkata, "Ati-ati lo disana" kemudian aku hanya mengiyakannya. Lalu yang terdengar olehku selanjutnya adalah suara pintu yang tertutup. Itu termasuk salam perpisahan, kan?
Setelah yakin bahwa tidak ada yang tertinggal, aku mengecek kompor dan lampu-lampu bahwa semuanya sudah dimatikan. Aku pakai sepatuku dan memesan taksi online. Sambil menunggu mobilnya datang, aku melihat barang-barang bawaanku: satu koper berukuran sedang, tas gendong yang juga berukuran sedang, dan satu sling bag kecil. Isinya? Koper tentunya kebanyakan berisi pakaian-pakaian yang aku butuhkan. Tas gendong berisi makanan-makanan ringan yang aku benar-benar butuhkan. Dan sling bag kecil itu untuk diisi dompet dan teman-temannya seperti powerbank, handphone, dan juga earphone. Aku hanya membawa yang penting-penting saja.
Aku mengunci pintu rumah setelah supir dari taksi online itu menyatakan bahwa dia telah sampai di depan. Dengan hati yang sebenarnya gugup dan takut, perjalanan sendiri pertamaku pun dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Her Brothers
RomanceAgita adalah seorang perempuan yang penuh dengan mimpi menjadi seorang animator. Dia bekerja menjadi seorang animator di salah satu studio animasi lokal. Semuanya berjalan dengan damai sampai akhirnya ada salah satu karyawan baru di perusahaan anima...