Axele berhenti di meja resepsionis. "Kayle." Dia menatapku heran. "Kenapa kamu datang tanpa mengabariku?"
"Maaf, Mr. Archiller. Saya sudah berusaha menahannya untuk tidak sampai menganggu anda, tapi nona ini terus bersikeras naik ke lantai atas dan mengaku sebagai istri anda. Jadi, saya terpaksa menyeretnya keluar," kata wanita resepsionis itu dengan sedikit menundukkan kepala.
"Apa namamu Kayle?" tanya Axele tajam.
"Ma-maaf," jawab wanita itu ketakutan.
"Jika lain kali kamu menyebut dirimu masih dengan nama Dursley, jangan salahkan aku jika kupasangkan kalung nama di lehermu, Kayle."
Perkataan Axele yang didengar hampir semua orang yang ada di lantai ini, termaksud dua orang resepsionis yang berada di depanku. Mereka semua terkejut dan membuat satu lantai ini menjadi seperti di pasar.
Wanita itu menatapku tidak percaya dan mulai tergagap-gagap. Sebelum dia bisa mengatakan sesuatu, Axele sudah lebih dulu menatapnya dingin.
"Kemasi barangmu hari ini." Kemudian dia menatap pria resepsionis yang ada di sebelahnya. "Pastikan saya melihat resepsionis baru besok."
"Sa-saya minta maaf, tolong jangan pecat saya, Mr. Archiller." Axele yang tidak bergeming membuatnya berlutut di depanku. "Mrs. Archiller, saya minta maaf. Tolong bantu saya untuk―"
"Beri aku tiga alasan, kenapa aku harus mempertahankan seseorang yang lebih mementingkan ego pribadinya dibandingkan profesionalitas kerja?"
"Saya sudah bekerja cukup lama di sini. Saya selalu menghargai waktu," sebut wanita itu cepat di sela tangisannya. "Saya...."
Aku hanya menatapnya dengan tatapan menunggu. Wanita itu benar-benar kehabisan kata-kata.
Bodoh, bukan? Dia bahkan tidak sadar seberapa berharga dirinya sendiri. Hanya karena perasaan cemburu yang membutakan mata, membuatnya terjebak dalam kondisi seperti ini.
Aku langsung pergi meninggalkan tempat itu, dan berjalan masuk ke dalam lift. Sewaktu pintu lift hampir tertutup, tiba-tiba tangan seseorang menyelinap masuk menahan pintu itu. Saat pintu lift terbuka kembali, langsung kutemukan Axele dengan ekspresi wajah yang sulit dimengerti.
Dia masuk ke dalam lift bersamaku. "Kamu langsung masuk ke dalam lift, apa kamu tahu lantai berapa kantorku?"
Aku berpikir sebentar, lalu terdiam dengan wajah yang sedang merutuki kebodohanku sendiri. Axele menatapku sebentar dan mengukir senyum tipis. Dia tekan angka 26 dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Kamu baik-baik saja?"
"Ya, kamu datang dengan cepat."
"Lain kali kabari aku sebelum kamu datang. Takutnya aku sedang ada rapat atau mengawasi penelitian baru di gedung sebelah."
"Sebenarnya kamu tidak perlu sampai memecatnya, Axele."
"Siapa? Wanita tadi?" Aku mengangguk. "Bukankah itu maumu? Lagipula ucapanmu ada benarnya, aku tidak butuh karyawan yang tidak bisa profesional dalam bekerja."
"Apa aku salah?" Aku menatapnya dengan tatapan berharap bahwa aku tidak terlalu banyak bicara.
"Tidak," jawabnya santai. "Mereka harus tahu sekejam apa nyonya Archiller. Jadi aku tidak perlu pusing memikirkan cara menjauhkan wanita-wanita seperti itu."
"Ya, aku sudah dengar dari orang resepsionis itu, mereka juga mengira aku salah satu dari wanita itu." Aku menekankan kata 'wanita' sembari memincingkan mata, menatapnya kesal.
Kemudian lift berdenting, kita sampai di lantai 26.
"Lagi pula apa bagusnya kamu?" gumamku pelan berharap dia tidak mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Villains✅
RomancePublished : 02/02/2020 ✖ DON'T COPY MY STORY‼✖ Axele Archiller, dia tidak lebih dari seorang pria yang punya masalah dengan EQ tingkat rendah dan untungnya dia terlahir kaya dan tampan. Hanya saja nasibnya kurang beruntung karena harus menikahi seor...
BAB 12 part 1
Mulai dari awal