BAB 33

1K 128 30
                                    

-pic : Bayangan mobil yang berhenti di depan Chessy.

Hi Wellcome Back!

Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

"Jangan lupa kamu juga bagian dari ini semua, Chessy. Bukan hanya kamu, aku dan Judith juga bagian dari organisasi yang kamu sebut jahat dan kejam."

"Sekarang tidak lagi." Aku menyungging senyum. Kukeluarkan ID card dan lencana keanggotaan VSA, yang berlambang phoenix dengan ukiran namaku di bagian bawahnya. Aku mematahkan ID card itu tepat di hadapannya dan melempar semua barang yang selama ini mengikatku dengan VSA.

"Kertas, lencana dan ID card. Semua itu bisa dibuat ulang." Elphizo menatapku serius."Tolong katakan kalau ini hanya emosi sesaatmu, Chessy."

"Jangan halangi jalanku atau saat itu juga kita akan menjadi musuh." Aku membuka pintu ruangan. Langkah kakiku tertahan ketika menemukan sudah ada sepuluh petugas keamanan yang berjaga mengelilingi pintu keluar.

"Tolong jangan memaksaku untuk menggunakan cara kasar, Chessy. Aku tidak punya pilihan lain selain menurut dengan Papa."

"Sepertinya kamu sudah punya keputusan." Aku mendenguskan napas kesal. "Dan jangan pikir kalau sepuluh orang bisa menghalangiku pergi dari sini."

"Bisa jika mereka menggunakan senjata." Tepat setelah Elphizo menyelesaikan perkataannya, sepuluh orang itu mengeluarkan senjata dan mengarahkannya padaku. Kapanpun aku mulai memberontak, sepuluh anak peluru siap menghancurkanku.

"Ngh! Kamu benar-benar sudah menyiapkannya." Aku tertawa miris.

"Maaf, Chessy. Aku tidak bisa membantah protokol langsung dari Papa." El memberi jeda, "Kalian, bawa Chessy ke ruang isolasi."

Para petugas itu mengangguk dan menggiringku keluar dari ruangan El. Saat aku berada di pinggir balkon, entah ide macam apa yang muncul di benakku. Aku menarik salah seorang petugas keamanan untuk terjun bersamaku dari lantai 27.

"Chessy!!!" pekik Elphizo sehabis aku melompat.

Prediksi terburuk, aku akan mati. Buruknya, aku akan cacat. Cukup buruknya, mungkin hanya geger otak. Yang hampir buruknya adalah kepalaku terbentur roti sobek.

Entah kategori mana yang akan aku dapat. Aku pernah berhasil terjun bebas dari lantai empat tanpa persenjataan atau perlindungan apapun. Tapi lantai 27, yang benar saja, kemungkinan aku selamat hanya 35%. Rasanya seperti jantungku tertinggal di atas sewaktu melompat tadi.

Untuk beberapa waktu yang lama aku berhasil berada di atas pria ini. Hingga dia mencekikku dan membuatku berada di bawahnya. Dan parahnya lagi, aku melihat angka lima tertulis di dinding.

Sial! Aku tidak boleh mati sekarang.

Kutarik bagian kera baju pria itu dan menjedukkan kepalaku ke kepalanya. Lalu, kutarik tangannya dan membuatnya berasa di bawahku.

'BRUK!'

"ARG!!!" teriakku bersamaan dengan tertibannya salah satu lenganku oleh tubuh pria ini. Kurasa tanganku patah.

Aku mendongak ke atas, melihat petugas keamanan tadi sudah menuruni anak tangga dengan cepat dan menyusulku ke bawah sini. Sesekali mereka menembakkan pelurunya ke arahku. Sekuat tenaga kusingkirkan tubuh pria itu dan menarik keluar tanganku yang tertiban olehnya. Langsung aku menopang lenganku yang kemungkinan patah dengan tangan lainnya.

Tidak ada waktu untuk fokus pada rasa sakit, aku langsung bangun dan lari ke arah ruang kesehatan. Sedikit beruntung karena yang terluka bukan kakiku, atau semuanya akan jauh lebih merepotkan. Aku masuk ke dalam ruang kesehatan dan mengunci pintunya dari dalam.

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang