Kelas Mahasiswa

305 47 2
                                    

Tugas mengajar di kelas mahasiswa mau tidak mau harus kulaksanakan demi memenuhi salah satu tugas mata kuliah pascasarjana. Kegundahan hatiku bertambah disebabkan kelas yang kudapatkan adalah kelas yang diampu Pak Radin, salah satu dosen yang terkenal killer dikampus.

Beliau sangat tidak senang dengan mahasiswa yang terlambat, oleh karena itu aku sudah berada di kampus setengah jam sebelum jam menunjukkan pukul tujuh. Namun beberapa saat yang lalu beliau mengirimkan pesan bahwa beliau datang terlambat karena ada urusan yang tidak bisa beliau tinggalkan. Sementara menunggu Pak Radin aku duduk di bangku depan fotocopyan fakultas yang terletak di lantai tiga.

Tidak banyak yang berubah dari fakultas ini. Dulu ketika tengah menempuh program sarjana jembatan kasih itu adalah tempatku menikmati suasana hingarbingar dua fakultas dari atas. Pemandangan yang cukup indah dan menyegarkan pikiran disaat kepala terasa puyeng dengan tugas yang bertumpuk-tumpuk lalai kuselesaikan karena terlalu fokus di kepengurusan organisasi.

Dua bola mataku mendapati sosok gadis dengan balutan kerudung warna pink tengah berjalan terburu-buru sembari menyunggingkan bibirnya membentuk sebuah senyuman manis dengan mata yang fokus memandangi layar ponsel digenggamannya, kelihatannya sedang di rayu oleh lawan jenisnya sampai-sampai membuatnya melayang-layang lupa daratan tebakku.

Di zaman penuh syubhat (kerancuan) dan syahwat (godaan) tersebut, kata pacaran sepertinya tak asing lagi di telinga. Anak-anak usia Sekolah Dasar pun terkadang begitu fasih melafalkannya. Sejatinya tak ada sama sekali yang membanggakan dengan kata yang mengarah ke perilaku dosa tersebut. Sebab ia hanya icon dari sifat hipokrisi atau kemunafikan, mengatasnamakan cinta untuk melakukan hal-hal yang sudah jelas tidak dibolehkan dalam agama dan kemanusiaan. Padahal cinta itu sangatlah suci, namun cinta itu kadang dinodai oleh perilaku manusia yang selalu melakukan maksiat mengatasnamakan cinta karena Allah.

Saat ini manusia acap terjebak dengan tren yang menjamur dan serba ikut-ikutan. Apa yang ramai dikerjakan itulah yang disebut "keren" atau "gaul" dan pantas diikuti. Akibatnya, mereka yang tidak memiliki pasangan lalu digelari kurang gaul dan ketinggalan zaman. Namun ketahuilah, demikian itu justru layak disyukuri.

Sebabnya, itu berarti Allah sedang menguatkan langkah orang tersebut untuk menjauhi keburukan dan menuju kepada yang Allah ridhai. Biarlah kita disebut tidak mengikuti trend atau kurang gaul dimata manusia selama kita tidak melanggar larangan Allah SWT. Seperti nasehat nenekku ketika saya masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, saat itu teman-temanku mengerjakan tugas kelompok di rumah mereka datang bersama dengan pasangan masing-masing yang katanya membuat mereka tambah semangat mengerjakan tugas karena ada seseorang yang menyemangati.

Tetapi kenyataannya akulah yang mengerjakan semuanya karena mereka malah sibuk dengan pasangan masing-masing. Ada yang sibuk membujuk pasangannya yang sedang merajuk, juga ada yang sibuk menyuapi pasangannya, dan memang benar mereka semangat tapi semangatnya diawal setelah itu semangatnya hanya dibibir.

Tak diragukan, aktivitas pacaran didominasi oleh hal-hal yang kurang berfaedah. Setelah teman-temanku dan pasangannya pulang nenekku yang melihat kejadian tadi menasehatiku agar tidak terjerumus ke lubang pacaran, "biarkanlah mereka mengatakan kamu kurang gaul asalkan kamu masih dijalan yang benar," pesan beliau terhadapku dan Alhamdulillah sampai detik ini Allah masih menjagaku untuk tidak terjerumus ke lubang itu.

Mengutip penulis buku Tere Liye, tidak ada definisi pacaran islami. Mau pakai Assalamualaikum, berduaan ke masjid pengajian, nonton konser Maher Zein, mojok baca buku-buku agama, atau bareng-bareng mengucap doa perjalanan saat boncengan naik motor. Disebutkan, kalau ada yang punya istilah pacaran islami, maka besok lusa acara gosip di telivisi bisa mengaku gosip islami, hostnya pakai kerudung, mengucap salam dan host acaranya fasih dengan kalimat zikir didalamnya saat menggelar gosip. Subhanallah, kutipan ini sangat ringan dan jelas sejelas matahari tanpa awan.

Seberkas Luka di Yogyakarta (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang