Tujuh

28 14 2
                                    

Tetapi kami semua sudah biasa dengan Georgie dan gaya bicaranya yang blak-blakan. Sebenarnya, aku sedikit tidak suka dengan semua pekerjaan pembangunan dan perbaikan yang sedang di lakukan di sekolahku ini. Memang benar akan menyenangkan sekali saat area terbuka yang berantakan digantikan dengan bangunan indah yang menyatu dengan seluruh sekolah ini. Tetapi, aku ingin hal itu segera terjadi agar semuanya terlihat alami dan indah dan kembali normal seperti biasanya lagi.

  "Lihat,"kataku, berhenti melangkah untuk menatap matahari terbenam.

  'Indah sekali!" Kata Grace sambil mengaitkan lengannya pada lenganku. "Aku suka warna biru di langit," tambahnya

   Georgie tersenyum menyeringai dan melambaikan tangannya di depan mataku seolah sedang menghipnotisku. "Apa kau sudah melihat semuanya jess," tangga dengan suara yang rendah dan pelan, membuat yang lainnya tertawa.

   "Menurutku kurang lebih lima belas menit lagi kita akan melihat gambar yang sama di buku sketsamu!" Mia menambahkan. "Kau pintar sekali,jess!"

  Aku selalu merasa tersanjung saat sahabat-sahabatku berkata seperti itu, tetapi mereka tidak tahu kalau yang mereka pikirkan itu sama sekali tidak benar. Aku sama sekali tidak pintar. Hanya..... aku  bisa melihat dunia dengan begitu jelas dengan melalui gambar, seolah aku memakai kacamata ajaib yang tidak dimiliki siapapun kecuali aku.

"Sebaiknya kita cepat kembali," kata Grace. "Miss carlo akan segera mengunci pintu asrama."

  "Jangan bercanda!" Pekik Georgie. "Itu sama saja dengan bersyukur karena mendapat tambahan satu butir kacang polong di atas piringmu saat makan siang! Sudahlah, ayo kita kembali ke penjara!"

  "Cuma bercanda!" Georgie tersenyum lebar. "Aku cuma duk membuatku jengkel,mamma------ mia!"

Mereka berdua mulai berjalan kembali ke asrama dan Grace memandangku dengan tatapan yang biasa dia berikan, yang berarti, aku duluan karena aku tahu kau sedang memikirkan banyak hal.

  Dia benar. Aku memandangnya berlari kecil dengan santai, dan berpikir kalau dia begitu mengingatkanku pada seekor rusa. Aku sangat bangga memiliki seorang sahabat seperti Grace. Dia satu satunya gadis di kelas tujuh yang mendapat beasiswa olahraga untuk bersekolah di sekolah ini.

Setelah dia dan lainnya menghilang dari pandanganku, aku mulai masuk ke dalam duniaku sendiri, berjalan menuju Hazeldean sambil memandang langit yang semakin gelap. Aku masih belum begitu  yakin apa yang akan kulakukan atau kubuat pameran seni nanti, tetapi aku tahu karyaku harus berkaitan dengan cara kami semua melihat sesuatu yang sama, namun dimata kami hal itu terlihat sama sekali berbeda. Rasanya menyebalkan  harus masuk ke asrama karena aku ingin terus memandang langit agar aku bisa melihat saat bintang pertama muncul di langit mungkin jika aku memandang keluar dari jendela di tangga.....

Aku bergegas masuk kembali ke Hazeldean dan naik ke laintai pertama. Saat tiba diatas, jendela disana mengarah ke luar, memperlihatkan matahari tak sedang terbeban. Belum banyak bintang yang cukup ku lihat, tetapi rasanya mengagumkan sekali karena langit sudah terlihat semakin gelap. Sekarang pukul sembilan kurang dia pilih menit, dan walaupun sekarang adalah awal semester musim panas, langit masih terang sampai lewat waktu tidur kami seperti yang terjadi pada bulan juni.

The secret of my self in schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang