Nayab berdiri di hadap cermin, dia sudah siap untuk pergi ke Carty resto, sebuah resto mewah dan besar di pesisir pantai kota.
Dengan bismillah Nikab merah muda itu sudah menutup wajahnya,kecuali hanya mata saja.
Pukul empat sore. Nayab sudah duduk sendiri di sana. Dia menunggu Amri yang pernah ia lihat secara langsung di rumah sakit. Tapi apa dia masih ingat lagi dengan sosoknya? Entah?, Nayab harap dia yang akan mengenalinya lewat nikab yang ia kenakan itu, tentu pemberian dari Amri.
***
Tegukan yang berat Amri lakukan terus dan terus, tangannya lemah memegang botol yang memabukkan itu. Ada yang pecah karna tidak kuatnya kontrol kesadarannya itu, tapi masih ia lakukan dengan bahagia."Kakak!"
Teriak Sofi yang datang melihatnya.
"Kau tahu kenapa aku duduk di jendela"
Kata Amri disusul tegukan yang semakin mabuk.
"Karena hidupku disini diantara gelap dan terang. Aku suka gelap dan sendiri, tapi kau memaksaku untuk keluar. Aku tidak akan lihat apapun disana pastinya"
Sofi diam menahan marah kenapa dia mabuk sekarang. Ini adalah waktu untuk bertemu calon istri nya. Tapi dia ingkar tak datang.
***
Satu jam berlalu Nayab masih sendiri. Pria itu apa mencoba mempermainkannya namun Nayab tetep berpikir positif dan masih sabar menunggunya...
How do i
Ponsel Nayab berbunyi disamping jus jeruk yang belum di minum,"Nona Shofi"
Gumam Nayab melihat layar ponselnya..
"Asalamualaikum"
"Nayab pergilah dari sana kakaku tidak akan datang"
Suara Shofi di balik ponsel. Nayab sudah mengira sebelumnya.
"Iya. Baiklah nona"
Shofi memutus panggilan.
Nayab hanya menarik nafas membuang rasa jengkelnya. Ketidak datangan Amri merupakan sebuah tanda yang Nayab terima, hanya dia yang mengerti. Dan sudah memutuskan sesuatu disore itu dan entah apa itu?.
Nayab memang beranjak dari tempat duduknya. Tapi dia tidak langsung pulang. Ternyata dipinggir pantai sedang mengadakan pameran lampion. Nayab akan pergi mungkin setelah melihat pelepasan lampion serempak. Ahh ini pasti akan indah dan sedikit membuat hati Nayab senang.
"Ikutlah melepaskan lampion, satu saja"
Tawar seorang wanita seumurannya. Dengan senang hati Nayab langsung menerimanya.
"Kita lepaskan lampion bersama-sama ya. Kita hitung mundur"
Kata wanita yang memberi Nayab lampion.
rupanya dia salah satu panitia acara ini.
Orang-orang bersiap mereka menghitung mundur bersama lalu melepaskan banyak lampion di sisi pantai.
Ah indahnya langit yang gelap dan terang lampion naik ke langit, membuat orang-orang tersenyum dan bahagia merasakannya.
Begitu juga disudut gelap pun merasakannya.
Amri melihat nya dan tersenyum dalam bawah sadar tapi di bergumam "dari Carty resto" dan sekelebat mengingat Nayab
Haha pasti gadis itu sedang jengkel disana dan akan marah lalu membencinya. Ini akan bagus karna setelah menikah Amri ingin sekali menghindar kontak langsung dengannya walau sekedar hanya mengobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Untuk Asma
RandomSebuah takdir tergaris dengan bentuk melingkar. Seperti takdir Amri dan nayab yang mengulang kembali takdir cinta mereka