CHAPTER 6 : ITS ABOUT TO BEGIN

37 3 0
                                    

*AAAAAAAAAAAAAAAAAAA*
-
Keadaan berubah seketika.

Chacha berlari kearah ku begitu aku teriak.

Aku segera menghubungi ibuku, sementara chacha masih menangis ketakutan.

"Nak ada a.."

"Bunda, aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi kiky hilang"

Kupotong perkataan ibuku sembari panik.

"Palingan main nak, kenapa sampai nelfon bunda?"

"Main apa nda? Seluruh kamar dipenuhi darah!!"
Ujarku menjelaskan, sembari memaksa chacha untuk menghubungi pihak kepolisian.

"Astaga nakk, yang benar saja. Cepat hubungi pihak polisi, bunda pulang sekarang"

Telfon seketika mati, tak lama kemudian pihak kepolisian sampai disusul dengan ibuku.

Hampir 3 jam kami di introgasi, dengan keputusan bahwa pihak kepolisian akan membuka kasus ini lebih lanjut, dan mencari tau apa yang terjadi.

.
.
.

27 Januari 2020

Aku yakin sekaligus ragu dengan apa yang terjadi. Aku yakin bahwa itu bukanlah sebuah kecelakaan, tetapi ragu pula kalau itu sebuah kasus pembunuhan. Terlalu berantakan bagiku tentabg apa yang terjadi di kamar sana.

Semenjak kejadian itu, kami sekeluarga pindah kerumah kakek kami, jaraknya sekitar 7 km dari rumah awal ku.

Hari hari kami jalani dengan sebuah keputusasaan, kesengsaraan serta kesedihan yang amat sangat.

Aku tidak bisa percaya, baru saja kehilangan adik yang amat dekat denganku, yang paling aku sayangi.

Satu satunya hal yang aku perdulikan, dan hal tersebutlah yang malah direbut dariku.
.
Tapi entah mengapa, hati kecilku mengatakan, kalau kiky masih hidup.
.
.
.

23 Februari 2020

Semenjak hari itu, aku masih mengurung diriku dikamar, aku hanya keluar untuk mengambil makanan, lalu membawanya kekamarku.

Tak pernah sedetikpun terlintas dibenatku, hal seperti itu akan terjadi kepada keluarga kami.
.

Namun tiba tiba

"Nak, bunda tau kamu masih terpuruk, kita semua terpuruk, tapi jangan sampai berlarut, kehidupan masih harus tetap berjalan. Besok hari pertama mu kuliah di semester baru, bersiap lah "
Suara ibuku dari depan pintu kamar, memecah pikiranku.
.
Karena tak kunjung kujawab, ibuku pun pergi meniggalkan pintu kamar.
.
.

Bergegas aku persiapkan perlengkapanku. Ini kali pertama aku bersemangat untuk melakukan apapun.

Aku bersumpah atas nama orang tuaku, bahwa aku akan mencari segala cara, mengetahui kebenaran tentang adiku.

Dengan sebuah langkah pertama kecil, kembali dari keterpurukan, serta mendapatkan pengetahuan sebanyak mungkin.

"Oh iya nak, jangan lupa berhubung kendaraan akan bunda pakai, besok cobalah naik Transmusi dulu untuk kekampus"
Saut ibuku dari luar pintu kamar, lalu langsung pergi.

"Transmusi? Astaga"
Sautku dalam hati karena kesal, sebab aku belum pernah menggunakan transportasi tersebut.

"Apa boleh buat".

.
.
.
.
.

Disaat yang sama, sedang terjadi kerusuhan di kantor pusat Transmusi.

*AAAAAAAAAAA*

*TOLONGGGGG*

Terdengar suara teriakan saling bersautan, kerusuhan terjadi dimana mana, sesama pegawai kantor saling menyerang satu sama lain.

.
.

Dengan ini perjalanan panjang seorang mahasiswa akan segera dimulai.

TRANSMUSI MENUJU POLSRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang