Bercintalah Denganku (part 6)

163K 1.5K 12
                                    

Pram pov

Suasana coffeeshop tempatku berada saat ini tidak terlalu ramai. Tapi aku tetap memakai headset untuk mendengarkan rekaman wawancara sambil membuat transkripnya di Macbook.

Sesekali kusesap kopi hitam di cangkir yang ada di sebelah Macbook. Roti croissant di piring kecil itu sudah kuhabiskan sejak tadi, namun transkrip wawancara selama 2 jam itu belum selesai juga.

Aku menghela napas lelah. Kutekan tombol pause untuk menghentikan rekaman. Kulepas kacamataku dan memejamkan mata yang terasa lelah sambil memijitnya dengan jari.

"Pram?" Sebuah suara membuatku membuka mata.

Di hadapanku berdiri seorang perempuan berambut hitam sebahu, ia memakai kemeja putih dan celana jins berwarna biru. Di tangannya bertengger sebuah tas berwarna merah bata.

Kulihat perempuan bermata bulat dengan bibir tipis itu tersenyum padaku. Tak urung aku juga membalas senyumannya.

"Arlin..." sapaku. Arlina adalah teman kampusku, juga mantan pacarku.

"Boleh kududuk di sini?" tanya Arlina setelah aku mengenalinya. Aku mengangguk pelan.

"Ya ampun, nggak nyangka ya kita bisa ketemu di sini. Kamu apa kabar Pram?"

"Kabarku baik, kamu sendiri gimana? Sibuk apa sekarang?" Aku balik bertanya.

"Yah selain kerja, aku sibuk nyiapin pernikahanku bulan depan. Bentar, kayaknya aku masih ada satu undangan deh." Arlina membuka tasnya lalu mengambil sebuah undangan dan memberikannya padaku."Kamu jangan lupa datang ya."

Di sampul undangan berwarna merah itu tercetak inisial nama A&A dengan tinta emas. Seketika rasa dejavu menghampiriku.

Situasi ini mirip dengan saat Vanya memberikan undangan pernikahannya padaku. Di mana aku berusaha tersenyum walau hatiku sedang hancur.

"Woi!" Arlina melambaikan telapak tangannya di depan wajahku, membuatku tersadar dan kembali ke masa kini.

"Kok malah bengong sih?"

Aku tersenyum salting, dan menggumamkan "Sorry"

Kubuka undangannya dan kulihat nama Alvian sebagai mempelai pria.

"Wait, ini bukan Alvian temen kampus kita anak jurusan IT itu kan?" tanyaku setelah membaca undangannya.

Arlina tertawa kecil sebelum akhirnya mengangguk.

"Wah, ternyata jodohmu nggak jauh ya. Temen kampus sendiri, hehe," ujarku.

"Iya, aku juga nggak nyangka bakalan jadi sama dia. Aku bahkan hampir lupa. Habis lulus kan kita nggak pernah ketemu atau komunikasi, eh ternyata dia satu kantor sama aku. Karena dia orang yang kukenal, kami jadi sering makan siang bareng. Lama-lama dia bilang suka, ya karena aku suka akhirnya kita jadian. Setelah jalan bareng setahun, dia ngelamar aku." Wajah Arlina terlihat berbunga-bunga saat berbagi kisah cintanya padaku.

Aku tersenyum mendengarnya. Ikut bahagia karena temanku menemukan jodohnya.

Sedangkan aku sendiri masih berkutat pada bayangan Vanya dan belum bisa berpaling darinya meski sudah setahun berlalu sejak ia menghilang sama sekali dari hidupku.

"By the way...Pram, apa kamu masih suka sama Vanya?"

Aku yang sedang menunduk membaca undangan langsung tersentak mendengar nama Vanya disebut. Kepalaku langsung mendongak menatapnya.

"Kenapa kamu tiba-tiba nanyain itu?" tanyaku.

"Come on, Pram. Ini aku, bukan orang lain. Aku tahu bagaimana perasaanmu padanya," kata Arlina.

Kumpulan Cerpen : Aku Milikmu (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang