part20

1.2K 83 28
                                    

Sepanjang perjalanan menuju tangan kiri tzuyu enggan untuk melepaskan jemari jemari sana yang terus saja ia genggam. Sedetik pun tzuyu tak mau melepaskannya. Ia hanya menyetir dengan satu tangannya.

"Tzu, lepas deh. Nyetir pake dua tangan lebih baik dari pada nyetir pake satu tangan"ucap sana. Bukan maksud sana tidak suka dengan gengaman tangan tzuyu. Justru ia begitu menyukai gengaman tangan tzuyu yang begitu hangat. Hanya saja sana berfikir tentang keselamatan mereka.

"Kasihan tangan kamu dianggurin san, kalau digenggam seperti ini kan lebih berfaedah, apalagi kalau seperti ini"tzuyu menarik tangan sana. Memberikan kecupan lama dipunggung tangan sana. Sana tersenyum kearah tzuyu.

"Iya iya aku ngerti, tapi ini demi keselamatan bersama"
Tzuyu menghela nafas pasrah. Ia segera melepaskan genggaman erat ditangan sana.

"Oh iya dahyun sama siapa? Kenapa tidak ikut sama kamu?"tanya tzuyu.
Sana menepuk jidatnya. Ia baru ingat jika dahyun masih dititipkan dirumah jeongyeon. Andai saja tzuyu tidak menanyakan tentang keberadaan dahyun, mungkin saja sana lupa menjemput dahyun. Ah sana benar benar bukan kakak yang baik, bisa bisanya ia melupakan adik satu satunya itu.

"Dahyun masih dirumah jeongyeon"

"Kok bisa dirumah jeongyeon? Gimana ceritanya?"tzuyu memotong ucapan sana yang belum terselesaikan.

"Jadi tadi jeongyeon minta dahyun buat nemenin orang tuanya karena jeongyeon anak tunggal dan gak bisa nemenin, makanya jeongyeon minta dahyun nemenin mereka"tutur sana sesuai dengan faktanya "jeongyeon baik banget yah sama orang tuanya, peduli banget"lanjut sana.

"Yang namanya anak udah kewajiban san buat peduli sama orang tua. Aku sih gak mau mikir negatif tentang jeongyeon yaa walaupun aku ada pemikiran kalau itu cuma alasan jeongyeon aja"sahut tzuyu jujur.

Bukan tzuyu bermaksud berfikiran buruk pada jeongyeon, hanya saja tzuyu yakin bahwa jeongyeon pasti sengaja memberikan ide dengan mengatasnamakan orang tuanya, agar sana mau menitipkan dahyun supaya tidak ada yang mengganggu acaranya dengan sana.

"Berfikir positif aja"ucap sana lembut.
Tzuyu menoleh, mengulum senyumnya.

"Rumah jeongyeon dimana?"tanya tzuyu.
Sana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia mengingat suatu hal jika ia tidak tahu rumah jeongyeon. Saat perjalanan menuju rumah jeongyeon, sana mengisinya dengan memfikirkan tzuyu. Wajar saja jika sana tidak bisa menghafal jalan menuju rumah jeongyeon.

"Aku gak tahu rumah jeongyeon, tadi pas dijalan ke rumahnya aku mikirin kamu terus jadi iya itu"

"Iya udah sekarang kamu kirim pesan ke dia. Suruh jeongyeon kirim alamat rumahnya"perintah tzuyu.
Tanpa menolak sana segera melakukan apa yang tzuyu perintahkan.
Tiga menit kemudian pesan yang sana kirim mendapat balasan dari jeongyeon.

"Kamu tahu?"tanya sana menunjukan layar ponselnya yang menampilkan balasan pesan dari jeongyeon yang berisi alamat lengkap rumahnya.

Tzuyu menoleh, menatap layar ponsel sana dan membaca nya dengan cepat sesekali kembali memperhatikan kearah jalanan.

"Iya aku tahu kok, gak jauh dari sekitar sini"sahut tzuyu.

Tzuyu pun langsung menjalankan mobilnya menuju alamat yang di tuju
"Ini rumahnya bukan?"tanya tzuyu yang sudah menghentikan laju mobilnya didepan rumah yang begitu megah. Sana tersentak kaget. Tidak menyadari jika sudah sampai
"Iya ini rumahnya"sahut sana 

Tzuyu membuka pintu dan berjalan keluar. Begitu pula dengan sana. Biasanya sana akan menunggu tzuyu membukakan pintu walaupun nanti ujung ujungnya ia membuka sendiri tapi kali ini ia tidak mengharapkan itu semua. Perlakuan manis dari tzuyu bukan prioritasnya lagi

[satzu] heart strength [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang