9. Butterfly

Mulai dari awal
                                    

Jujur saja, dia tadi hanya membual. Rosaline tidak mengetahui apa-apa mengenai pria dingin itu selain nama dan nomer telepon di kartu namanya.

"Kau memanggil namaku seakan-akan kita dekat." Ucap Jerome dengan sorot mata yang masih datar. Rosaline sudah semakin terbiasa dengan tatapan itu

"Lalu, sebaiknya aku memanggilmu dengan sebutan apa? Apa kau punya nama belakang? Beri tahu aku kalau begitu. Mungkin aku akan berbaik hati memanggilmu dengan nama itu." Rosaline menopang dagunya dengan tangan kanan, sambil masih memperhatikan Jerome yang berdiri beberapa langkah di hadapannya. "Atau kau mau kupanggil dengan sebutan, Sayang?"

Rosaline mati-matian mencoba untuk menyembunyikan senyumannya. Dia tidak tahu, kalau dia bisa berubah menjadi perempuan genit seperti ini. Sejak kapan Rosaline si perempuan berlidah setajam belati itu menjadi pintar mengucapkan kata-kata manis?

Jawabannya apa lagi kalau bukan karena Jerome. Melihat wajah datar tanpa ekspresi itu membuat Rosaline ingin melakukan sesuatu untuk membuat pria itu memunculkan emosinya. Rosaline ingin melihatnya tersenyum, meringis, tertawa, ketakutan, atau mungkin malu-malu karena godaan Rosaline tadi.

"Di kelas taekwondo, semua murid memanggil pelatihnya dengan sebutan Sabeum. Aku ingin kau memanggilku dengan sebutan itu."

Rosaline mengangat bahunya, "Baiklah, meskipun aku sedikit kecewa karena ku pikir kau ingin aku memanggilmu dengan sebutan Baby, atau mungkin Honey?" Goda Rosaline.

Tapi sepertinya kalimat manis dan genit itu benar-benar tidak mempan kepada Jerome. Karena pria itu masih tetap berpegang teguh pada wajah datarnya.

"Aku hanya bercanda, oke?" Lama kelamaan Rosaline takut juga dipandangi seperti itu oleh Jerome. Dan dia tentu saja tidak mau pria itu salah sangka dan menyangka Rosaline benar-benar serius dengan kalimatnya dan mencap gadis itu sebagai perempuan genit.

"Bisa kita mulai sekarang? Kau harus pemanasan sebelum kita mulai kelas hari ini. Pemanasan bertujuan untuk mencegah cidera."

Rosaline menghembuskan napas berat, "Sudah kubilang, aku tidak ingin pemanasan. Aku tidak akan latihan taekwondo hari ini!" sisi keras kepala Rosaline muncul.

"Kalau begitu, kau bisa keluar dari kelas ini sekarang." Jerome berucap dengan suara seperti biasa, tapi Rosaline dapat merasakan ketidak sukaan pria itu padanya. "Aku tidak ingin membuang waktu, untuk membujuk anak manja sepertimu."

What? Anak manja?

Rosaline merasa tersindir.

"Tahu apa kau tentang hidupku, hingga menyebutku anak manja?" Rosaline bangkit dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan Jerome. Meski Jerome jauh lebih tinggi dan kekar dibanding Rosaline, dia tidak takut.

"Memang sebutan apa lagi yang cocok untuk anak perempuan yang selalu mengeluh dan merengek di depan orang lain?"

Rosaline tersulut emosi.

"Aku bukan anak manja, dan aku tidak pernah mengeluh apalagi merengek."

"Lalu apa yang baru saja kau lakukan di depanku?" Jerome dan Rosaline saling tatap dengan pandangan tidak suka.

Tidak.

Hanya Rosaline saja yang memandang Jerome dengan tatapan tidak suka, sedangkan pria itu hanya—lagi-lagi—memandang dengan sorot datar tanpa emosi.

"Cih," Rosaline berdecih dan membuang mukanya. "Seharusnya aku tidak perlu berubah pikiran dan tetap membencimu. Kau memang pria dingin yang patut dibenci." Ucapnya dengan suara pelan.

"Jadi kau ingin belajar taekwondo atau pergi? Kita hanya buang-buang waktu sekarang." suara Jerome, membuat Rosaline kembali menatapnya.

"Aku akan pergi! Aku tidak akan belajar taekwondo, apalagi orang yang mengajariku adalah laki-laki dingin sepertimu. Ini adalah kelas pertama dan terakhir kita. Aku akan bilang Hans kalau aku tidak akan ikut kelas ini lagi. Selamat tinggal, Au Revoir" Rosaline melambaikan tangannya acuh tak acuh kepada Jerome dan berbalik untuk keluar dari ruangan ini.

SEÑORITA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang