33.

227 20 2
                                    

"I will tell it for you anymore. It just a little bit of peace in my heart. We are a secret, can't be exposed. As always, just it."

---

"Hey, Atha kesini untuk menjemputmu. Cepatlah bergegas!"

Bundanya sangat menyebalkan.

"Aku memakai baju ini saja."

Bundanya pasrah, terlihat Atha dan bundanya saling melempar senyum.

Setelah itu, tidak ada lagi yang Lopa bahas dengan bundanya sehingga dia berjalan untuk keluar dari rumahnya terlebih dahulu. Atha yang paham langsung mengejar Lopa.

Mereka sudah berjalan keluar dari rumah Lopa. Mereka berdua berjalan entah akan kemana tetapi kini Atha berdehem.

"Aku ingin tahu, apa rencanamu?" Tanya Atha.

Selagi memikirkan jawaban atas pertanyaan Atha, Lopa mulai berjalan santai begitu pun dengan Atha.

"Aku hanya ingin menghancurkan Metro. Kita yang tinggal disini bukan orang asli Metro. Kita semua dari luar Metro, kita harus kembali ke negara kita masing-masing. Para pendiri itu semuanya adalah seorang pengkhianat negara dan disinilah dendam mereka bisa terbalaskan. Tapi sayangnya, mereka membuat penelitiannya hancur. Termasuk aku." Penjelasan yang jelas menurut Atha.

Atha menghela napas.

"Sebelum itu, dimana kakakmu? Migas." Lopa hanya bisa diam.

"Dia masih di Metro tidak kemana-mana."

Setelah ucapan itu, Atha menggeret Lopa tiba-tiba ke gang kecil menuju bagian belakang perkomplekan disini. Di komplek dimana Lopa tinggal.

Lopa yang berada dipelukkan Atha, semakin membuatnya merasa risih. Dia ingin cepat keluar, ada apa sebenarnya.

"Ada Mahessa. Coba deteksi ibumu, apa dia di rumah atau tidak?" Suruh Atha.

Lalu Lopa dengan sigap melakukan pencarian melalui ponselnya. Untungnya, bunda tak di rumah. Sudah pergi, dan mungkin itu karena dia mendapatkan pekerjaan.

"Atha, lepas."

Atha belum sadar, mereka masih dalam keadaan berpelukan. Sungguh mengerikan, pelukan yang sangat merisihkan.

"Atha, lepas!" Sentak Lopa.

Atha terkekeh kecil, "maaf, tadi itu reflek." Ucapnya asal.

Atha mengintip lagi kearah rumah Lopa. Melihat sudah tidak ada lagi mobil-mobil seram milik Mahessa dan antek-anteknya.

"Ehm..."

Deheman itu membuat Lopa dan Atha menengadahkan kepala mereka.

"Boo!"

Sesuatu yang menggelikan.

Mahessa Nevada diatas atap milik rumah orang dan tersenyum licik melihat sejoli yang menyedihkan dibawahnya.

"Maaf sudah mengganggu keromantisannya, tuan dan nona." Ledekan yang menjijikan.

Atha mengulurkan pistol yang sepertinya ia desain sendiri dan membuatnya sendiri. Terlihat tidak ada yang menyamai senjata itu, Lopa ia seret untuk berdiri dibelakangnya.

"Dua manusia kelinci percobaan sedang berkencan dan Mahessa merusak momen itu. Sungguh sangat mudah ditebak dimana tempat kencan kalian, manusia buatan."

Turun seorang berbadan besar dengan kepala botak dan baju yang sangat mengekspos tubuhnya. Orang itu meraih Lopa dan menjunjungnya untuk ditaruh dipundak orang itu. Atha menghembuskan napas berat. Lopa yang tak berteriak hanya bisa menatap Atha dengan kesusahan, Atha menatap Lopa. Dia paham harus melakukan apa.

"Ada urusan apa?" Sangat kasual pertanyaan itu.

Mahessa melompat dari atap hingga kebawah dan ditangkap bawahan berbadan besar lainnya. Sungguh sangat dimanja sekali cucu Nevada yang satu ini.

"Pendiri ingin kalian menghadiri rapat nanti malam. Sebagai cucu Nevada dan manusia buatannya sangat diwajibkan untuk datang kesana. Bagaimana? Ada pertanyaan lagi tuan albino?"

"Napasku tersengal bodoh! Lepaskan atau aku berteriak, Mahessa bodoh!" Berontak Lopa namun orang berbadan besar itu menyuntikan bius untuk Lopa.

"Aku akan kesana dengannya tanpamu."

Mahessa terbahak mendengar ocehan anak albino itu. Lalu terhenti dan menatap kedua manusia buatan itu.

"Aku tidak akan membiusmu karena aku tahu bagaimana dirimu yang asli, Atha?"

Atha bergeming saat Mahessa mendekat kearahnya.

"Gadis itu telah meretas sebagian besar dokumen penting Metro dan kau yang juga membunuh sebagian besar bawahan pendiri Metro. Kalian berdua berbahaya untuk kelanjutan hidup kami jadi..."

Atha tetap bergeming saat wajah Mahessa mendekatkan diri kewajahnya seolah ingin berciuman.

"Argh!"

Ringkihan itu, Atha tersenyum licik saat melihat semua bawahan Mahessa kalang kabut. Mahessa disuntikan bius oleh Atha. Lalu, Atha menembakki hampir seluruh bawahannya itu hingga banyak sekali yang terkapar termasuk yang membawa Lopa.

Atha menggendong Lopa dibelakang punggungnya lalu berlari dan Atha sudah tahu bahwa keluarganya Atlantuisa serta keluarga Lopa dalam keadaan bahaya sekarang. Dia menuju rumah Lopa. Dimana mobilnya terparkir disana. Akhirnya ia bisa meletakkan Lopa dijok sebelahnya, ia pun segera mengendarai mobil ini keluar dari area ini. Mobil yang dibawa Atha adalah mobil yang sudah terlalu bisa ditebak oleh pihak Pendiri Metro. Pemuda itu mengendarai BMW series.

Sungguh disayangkan, pemuda itu harus merelakan mobil satu-satunya nanti hancur karena untuk bisa menghindari para pendiri sialan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh disayangkan, pemuda itu harus merelakan mobil satu-satunya nanti hancur karena untuk bisa menghindari para pendiri sialan itu. Dia tidak mau lagi menuruti perintah mereka, mereka hanyalah orang gila butuh perhatian lebih dan tak lebih dari sebuah parasit yang hidup di Metro.

Dia membawanya untuk pergi keluar dari Metro bagaimana pun caranya. Bagaimana pun dia juga sudah merencanakan hal ini dengan Asada. Kembarannya itu akan menyusul, dia mempercayainya.

Sangat cepat laju mobilnya, dengan left-stir dan interior yang sudah upgrading oleh Atha. Mobil itu sudah ia design sedemikian rupa didalamnya dan diprogram hanya untuk one driver in one car yakni Athanase Atlantuisa dan safety didalamnya sangat terjamin juga driving access-nya sangat sulit dijangkau karena itu mobilnya hanya untuk Atha seorang. Bahkan speed untuk mobilnya sudah re-program pula untuk kepentingan saat-saat tertentu dimana Atha membutuhkan kecepatan seperti sekarang. Atha membutuhkan Lopa, because she is a professional hacker that he has ever seen. And also, Atha needs her to destroy all.

***

Subuh telah tiba, Atha sudah ada ditempat persembunyian. Dimana dia juga menunggu Asada untuk ketempat itu dan merencanakan semuanya. Tiba-tiba dia melirik kearah Lopa yang mengeluh.

Atha tersenyum tipis, untungnya dimobilnya ada jaket miliknya maka Lopa tak kedinginan saat ini juga.

Atha langsung terdiam dan mencoba keluar dari mobilnya.

Ini bukan aku, batinnya.

Setelah keluar dan berdiri dihadapan mobilnya. Bisa ia lihat Lopa yang tertidur nyenyak. Lagi-lagi Atha tak mau membahasnya terlalu dalam.

Lupakan masalah cinta, itu hanyalah hal yang merepotkan.

---

AruHanjina

Semangat🍉

[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang