21# Ini Tentang Laut dan Kita

16.8K 4.1K 533
                                    

When we finally meet
If we can stand outside the borders of time
Without stepping on the past
I will dance till I run out of breath...

Saat itu cahaya matahari meredup. Bukan pertanda hujan, hanya awan-awan putih tebal yang menutup panasnya mentari. Sejujurnya, Raja sama sekali tidak pernah merencanakan pertemuan ini. Sebelumnya ia sering bermimpi, bertemu Natta, bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah tahu bahwa akhirnya dia berada di sini. Di sebuah pantai untuk pertemuan yang tak pernah terencana.

"Sorry, gue terpaksa minta anak-anak buat bawa lo ke sini. Gue tahu, kalau gue minta ke lo secara langsung, lo pasti bakalan nolak. Tapi lo harus tahu, kita nggak bisa kayak gini terus-terusan, Ja. Gue nggak mau persahabatan kita hancur cuma gara-gara ego kita. Gue berharap lo ngerti."

Raja menunduk dan tersenyum gamang pada ujung-ujung sepatunya. Omongan Jeno tidak salah. Karena mau bagaimanapun, Raja ingin memperbaiki semuanya. Masalahnya adalah, dia tidak punya keberanian. Dia terlalu cupu untuk kembali bertemu dengan teman-temannya.

Setelah berseteru dengan dirinya sendiri, Raja menatap lurus ke depan. 80 meter dari tempatnya berdiri, Natta tengah memejamkan matanya dengan senyum tipis yang terurai di bibirnya. Perempuan itu masih cantik, sama seperti saat ia melihatnya di pameran waktu itu.

Melihat senyum itu, Raja ingat bagaimana ia memutuskan untuk merelakan Natta berakhir dengan Jeno. Sementara akhir baginya adalah, mencintai dari belakang. Dan kini, mata itu kembali menatapnya. Sudah tidak jalan lagi untuk pergi dan melarikan diri. Akhirnya, dengan hati bergetar, ia memutuskan untuk melangkah.

Selangkah demi selangkah, dengan sangat hati-hati. Seumpama berjalan di jalan berjurang yang bisa membuatnya terjatuh kapan saja.

"Lama nggak ketemu." Raja berusaha tersenyum, susah payah agar ia terlihat baik-baik saja di depan perempuan itu.

"Apa kabar, Nat?" Pertanyaan itu sederhana, tapi kenapa Raja merasa dadanya sesak?

Terlebih saat Natta terlihat menghindarinya, terus terang saja sikap perempuan itu melukainya. Natta jelas sudah menolaknya. Lalu dengan perasaan getir, Raja memutuskan untuk berlutut di depannya. Tidak apa-apa untuk terlihat semenyedihkan ini. Kalau Natta mau melihatnya berlutut untuk menebus semua kesalahannya, dia dengan senang hati akan melakukannya.

"Raja--"

Untuk pertemuan kedua ini, Raja tidak punya apa-apa selain senyuman getir. "Lo berhak marah sama gue. I deserve it, i know." Katanya. Sadar diri.

"Bodoh," Raja menatap ujung sepatu Natta, dan tiba-tiba saja ingatan malam itu kembali muncul dalam kepalanya. "Harusnya gue lakuin ini 4 tahun yang lalu."

Ketika Raja memutuskan untuk menatap dua obsidian Natta, dia melihat betapa hancurnya perempuan itu. Raja tahu, ini semua bermula dari dirinya. Dan Jeno benar, dia sendiri yang harus mengakhirinya.

"Gue... gue minta maaf, Nat. Nggak tahu malu memang, ini udah lewat 4 tahun tapi gue baru berani bilang itu ke lo sekarang." Akhirnya, mata mereka bertemu dalam satu titik. Tepat saat Raja menitihkan airmata.

Bilang, Nat! Bilang sesuatu supaya gue tahu perasaan lo sekarang..

5 detik.

10 detik.

25 detik.

Natta hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan. Pada akhirnya Raja tertawa gamang. Seharusnya laki-laki itu tahu, tidak semua orang bisa melupakan masa lalu dan memaafkan dengan mudah. Bahkan dirinya juga tidak mampu melakukannya.

Dia sudah mengubah hidup Natta yang semula berjalan baik, menjadi sehancur sekarang. Bahkan kalau Natta membencinya seumur hidup, dia bisa menerimanya dengan sepenuh hati. Raja tahu, dia memang tidak pantas untuk dimaafkan.

Kaleidoskop✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang