"Kami sudah mencarinya kemana-mana. Seharian penuh. Tapi kalung itu tidak juga ditemukan. Kami berspekulasi, kalau Anda bilang tidak pernah melepas kalung itu, maka hanya ada satu kemungkinan. Kalung itu terlepas dan telah ditemukan oleh orang lain. Dan hanya ada satu pelaku yang kami curigai, Yang Mulia. Gilroy atau anak buahnya."
Allan berkata kepada Ishbel di malam hari menjelang subuh, membuat Ishbel yang sedari tadi merasa gelisah dan tidak bisa tidur menjadi lebih tidak tenang lagi. Ishbel mondar mandir di depan kaca jendelanya yang ia biarkan terbuka dan tidak merasa dingin samasekali meskipun angin malam secara beruntun singgah ke dalam ruang kamarnya.
"Yang Mulia?" kata Allan saat melihat Ishbel yang tak kunjung menggubrisnya sejak ia menuturkan kejadian yang sebenarnya.
"Diamlah, Allan. Aku sedang berpikir." Jawab Ishbel yang berhenti mondar-mandir lalu menatap Allan dengan tajam, dan kembali lagi mondar-mandir di depan jendela tersebut.
Allan tak bisa berkata-kata. Hanya diam, berdiri mematung sambil melihat ke bawah, ke ubin kamar tersebut, berpikir sambil terus merasa bersalah karena gagal menemukan kalung mutiara seperti yang diperintahkan kepadanya. Ishbel tiba-tiba berhenti. Berjalan ke arah jendela yang sejak tadi terbuka, menutupnya dengan terburu-buru, lalu berbalik badan menghadap Allan yang sudah melihatnya bingung sejak tadi, dan dengan wajah yang sangat semangat tapi terlihat aneh –mungkin karena efek kelelahan yang tampak jelas di wajahnya, Ishbel berkata,
"Aku tahu. Aku ingin kau mengundang Yvone untuk minum teh bersamaku besok sore. Tapi pastikan tidak ada yang tahu hal ini, terutama Edgar."
The Earl of Belfast tidak main-main dengan perkataannya. Edgar dan Ishbel menjadi asing. Pagi itu, Ishbel bangun tepat waktu. Meskipun hanya bisa tertidur tidak lebih dari 2 jam, namun sang Countess tetap menunjukkan energi yang sama seperti orang yang memiliki jam tidur normal. Ishbel berpakain rapi, dengan rambut pirangnya yang ditata sesuai dengan keinginannya. Ishbel sedang menunggu suaminya, sang Earl untuk sarapan dengannya. Tapi sang Earl tak kunjung datang. Hingga akhirnya, dengan berat hati Ishbel memulai sarapannya seorang diri.
Edgar sedang sarapan di balkon kamarnya. Meskipun merasa ada yang kurang, tapi Edgar berusaha menghilangkan perasaan itu dengan fokus pada hidangannya. Edgar melalui makan paginya dengan tenang. Setelah sarapan, ia memutuskan untuk tidak keluar dari kamarnya dan mengatakan kepada Gilroy untuk tidak digganggu selama beberapa waktu. Tidak ada yang berani mempertanyakan, semua hanya menunduk dan mengiyakan perkataan sang Earl.
Ishbel mulai merasa aneh. Sejak pagi ia belum melihat Edgar. Ishbel tahu ia seharusnya tidak melakukan ini, tapi hatinya terasa tak tenang. Perlahan namun pasti, Ishbel berjalan menuju kamar Edgar. Dua orang penjaga sedang berdiri di dekat pintu kamar tersebut, membungkukkan badan memberi hormat kepada Ishbel saat wanita itu datang.
"Apa Lord Edgar ada di dalam?" Tanya Ishbel.
"Benar, My Lady. Tapi My Lord sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun saat ini."
"Tapi...." Ishbel menghentikan kalimatnya. Lama ia mematung dan menatap ke arah pintu kamar Edgar sebelum akhirnya berbalik dan berjalan meninggalkan area tersebut. Siang menggantikan pagi begitu juga dengan udaranya yang terasa sedikit lebih hangat. Ishbel sudah berada di meja makan, menunggu Edgar kalau-kalau pria itu sudah kembali waras. Namun lagi-lagi Ishbel dikecewakan karena harapannya sendiri. Edgar tidak datang. Sang Earl memutuskan untuk makan siang di dalam kamarnya.
Makan siang dilalui Ishbel seorang diri. Meskipun hidangan yang disajikan terasa sangat lezat, namun pikiran Ishbel tak bisa teralih dari Edgar. Ada perasaan bersalah yang menghantuinya terus menerus sepanjang hari ini. Besok mereka akan kembali ke Belfast dan tak lama setelah itu mereka akan mengadakan perayaan penyambutan dan penobatan besar-besaran. Belum lagi Ishbel yang harus menunjukkan sikap bahagia dan perasaan cintanya untuk Edgar di hadapan semua orang terkhusus sang mertua, Lady Zyta. Memikirkannya saja sudah membuat Ishbel merasa mual.
Sore hari menggantikan posisi siang hari yang menyambut mereka dengan sedikit cahaya mentari. Ishbel sedang bersiap di kamarnya. Cuaca memang tak pernah cerah di Bushmills. Tapi bukan berarti hal tersebut menyulut ketidakinginan Ishbel untuk melanjutkan acara minum tehnya. Ishbel memutuskan untuk memakai kostum terbaik ala bangsawan yang sedang mengadakan pesta minum teh, meskipun pestanya tidak besar dan mewah. Beberapa orang pelayan membantu Ishbel berpakaian. Retro Hepburn Style Short Sleeves Dress menjadi pilihan Ishbel. Dengan Belt berwarna hitam yang menyempurnakan dress bercorak floral yang memiliki dasar berwarna kuning gading dan beberapa sentuhan merah di corak kelopaknya. Ishbel menginginkan agar rambut pirang ikalnya di ikat menjadi satu dan sedikit ditata agar terurai ke bahu, lalu disempurnakan dengan fascinator hat hair clip dengan aksen bulu berwarna merah. Sebelum Ishbel keluar dari kamarnya, seorang pelayan memasangkan stiletto shoes berwarna kuning gading yang membuat Ishbel sangat anggun.
Yvone diundang untuk menghadiri acara minum teh bersama Countess of Belfast yang baru, sore ini pukul empat. Tapi Yvone datang pukul 3:25 sore dengan memakai dress biru sederhana. Melalui undangannya, Ishbel menegaskan bahwa Yvone tidak perlu berpakaian formal. Begitu tiba di depan gerbang kastil, Yvone langsung disambut oleh petugas keamanan yang memang telah ditugaskan oleh Ishbel, lalu dituntun oleh beberapa orang pelayan kastil menuju sebuah gazebo yang terletak di halaman belakang agak jauh dari kastil.
Yvone dipersilahkan duduk dan diminta menunggu kedatangan sang Countess di dalam gazebo. Betapa terpananya Yvone saat melihat gazebo yang usianya sudah sama tuanya dengan kastil tersebut. Bahkan beberapa tanaman merambat sudah hampir menelan habis bebatuan yang menjadi fondasi gazebo tersebut, namun justru terlihat semakin indah dengan pemandangan pepohonan rindang di bagian belakang. Ishbel menyuruh agar gazebo tersebut dihias secantik mungkin untuk acara minum teh sore ini yang membuat gazebo tersebut justru terasa nyaman.
Lebih dari setengah jam Yvone menunggu kedatangan Ishbel namun dirinya tidak merasa bosan samasekali. Yvone duduk dan memperhatikan sekelilingnya. Bahkan sesekali ia menghirup dalam-dalam udara segar yang ditawarkan alam sekitarnya. Warna kuning kejinggaan yang mendominasi membuat Yvone mencoba mengingat kembali masa-masa dirinya sering berkunjung ke kastil ini saat Edgar memintanya untuk datang dan menemaninya menghabiskan hari. Bahkan dalam ingatannya sekalipun, Edgar adalah sesosok yang dingin dan kaku. Kehadiran Yvone hanya sebagai teman agar Edgar tidak merasa dunia ini runtuh secara perlahan. Yvone yang baik hati, menawarkan rasa sayang dengan harapan suatu saat sang Earl mau melihatnya. Tapi untuk sebuah senyuman pun Yvone tak kunjung mendapatkannya.
Hingga akhirnya, Ishbel pun datang yang membuat semua pelayan yang berada di sekitaran gazebo tak terkecuali tamu undangan yaitu Yvone serentak membungkuk di hadapan Ishbel.
Semuanya kembali tegak saat sang Countess sudah duduk di tempatnya, berseberangan dengan tempat duduk Yvone.
"Duduklah, Yvone." Perintah Ishbel yang membuat Yvone langsung menarik kursinya dan duduk.
"Saya sangat tersanjung mendapat undangan minum teh bersama Anda, My Lady. Saya minta maaf jika penampilan Saya kurang pantas untuk menghadiri acara pada sore hari ini." Kata Yvone yang langsung merasa buruk tak lama sesudah melihat penampilan Ishbel.
Bukan ingin menunjukkan perbedaan kasta, Ishbel justru tak ingin merepotkan Yvone jika mengharuskan perempuan itu memakai pakaian formal. Dengan sebuah senyuman yang terukir di bibirnya yang berwarna peach itu, Ishbel pun menjawab,
"Kau terlihat cantik. Tidak perlu merasa buruk seperti itu. Oh iya, apakah undangan ini merepotkanmu?"
"Tidak sama sekali, My Lady."