Benjamin Rig 11

1K 126 5
                                    

Dan mulai saat itu, Ben melihat sosok Adam Rig yang sebenarnya. Apa yang telah ia ajarkan dan perlihatkan kepada Adam ternyata sangat membekas di kepala anak itu, dan dalam keadaan terdesak seperti ini Adam benar-benar melakukannya. Mulutnya penuh dengan darah sementara pria itu terjatuh keatas lantai dengan darah mengalir deras dari urat nadi yang telah putus. Adam lalu memuntahkan kembali daging yang telah ia rusak bersama urat-urat nadinya.

Keempat anggota Night Hunter yang lain ikut terkejut dengan hal itu, Ben mengambil kesempatan itu dan merebut sebuah senjata lalu menembakannya ke mereka semua. Seketika kepala mereka tertembus timah panas dan berhasil tumbang hanya dengan satu kali tembakan.

Hanya deru nafas Adam dan Ben yang terdengar.

Ketika lima orang lagi sudah tidak bernafas dan bernyawa.

Ben masih menatap heran kearah Adam, Ben menyadari. Meskipun ia telah berupaya keras untuk menutup jati diri Adam yang pada dasarnya berjiwa sadis dan tergolong aneh, nyatanya Benjamin Rig sekalipun tidak dapat mengelak karakter Adam Rig. Yang sejatinya adalah seorang Psikopat.

"Apa kau masih ingin pergi ke perkumpulan itu?" Tanya Ben yang masih tergeletak di atas lantai, Adam hanya mengangguk dengan mulut penuh dengan darah.

"Baiklah, aku akan membawamu kesana besok" ucap Ben sambil teetawa sumbang menatap langit-langit kamar dengan mayat masih bergeletak di sampingnya, dunia ini memang gila.

Bahkan ketika ia mengadopsi seorang anak kecil untuk memulihkan kewarasannya, Ben malah menciptakan seorang monster yang sejatinya memang memiliki jiwa sadis di dalam dirinya. Esok hari, Ben akan menjelaskan pengertian Psikopat yang sebenarnya. Semua orang yang akan ditemui lelaki itu bukanlah pedagang atau pemilik bisnis elit semata, namun memiliki berbagai penyimpangan.




...

Asap mengebul melalui sebuah pan, aroma rempah yang sangat kuat menambah cita rasa dari sebuah masakan. Daging segar yang dipanggang ditemani beberapa sayur dan saus buatan rumah, Adam mengunyah makanannya. Gigi gerahan putihnya beradu dengan lidah.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Ben menaruh potongan daging terakhir di sebuah piring saji, Adam terlihat berpikir.

"Rasanya, sama saja dengan daging lain." Jawab Adam.

"Apa masih kurang?" Tanya Ben.

"Ya, aku mau lagi." Balasnya.

"Baiklah, sekarang giliranmu memotong" tukas Ben, lalu menyerahkan sebuah pisau yang sangat tajam.

Adam mengambil pisau besar tersebut, menuju ke sebuah meja yang dipenuhi darah segar lalu memilih bagian yang penuh dengan daging.

Meskipun Adam tak perlu khawatir akan daging tersebut, karena para anggota Night Hunter yang telah mati itu memiliki postur tubuh yang bagus dan sudah pasti tidak memiliki banyak lemak ditubuhnya.

Tak lama kemudian, Adam memilih lengan bagian kanan. Melihatnya dengan teliti sambil membungkuk.

"Pastikan menggores kulit dan dagingnya hanya sekali Adam, itu akan membuat tekstur dagingnya bagus dan tidak seperti tercabik-cabik." Seru Ben.

"Ya Sir."

Perlahan, Adam menyayat kulit terlebih dahulu. Sangat pelan hingga ia dapat melihat darah segar mengalir keluar dari sayatan yang ia hasilkan.

Adam menyayangkan bahwa kulit yang sedang ia sayat ini berasal dari tubuh yang telah mati, Adam jadi bertanya-tanya bagaimana jika kulit tersebut adalah kulit orang yang masih hidup.

Sayatan lurus dan berbelok, mementuk sebuah kotak, lalu Adam menarik kulitnya perlahan. Membuang kulit tersebut dan mengambil daging merah yang masih segar tergumpal menjadi satu dengan darah.

Adam menarik daging tersebut sebelum memotongnya terlebih dahulu. Ternyata, dibalik sebuah kegiatan memotong daging. Ada kepuasan tersendiri yang Adam rasakan, yaitu dengan membuat lubang ditubuh korban dan menyisakan darah di sana. Belum lagi cara menyayat yang ekstra hati-hati dan membutuhkan keterampilan.

Itu sungguh memabukan bagi Adam...

Setelah itu, Adam mencuci sebuah potongan daging yang telah berhasil ia ambil. Dan meletakannya di pan penggorengan, seketika membuat asap penggorengan menguap begitu saja bersama aroma daging tersebut.

"Jangan lupa untuk memberikan rempah-rempah Adam, itu adalah hal utama yang diperlukan." Kata Ben mengingatkan. Ben memiliki selera yang tinggi dalam urusan makanan, sehingga pria itu tidak ingin melewatkan satu bumbupun di dalam hidangannya.

"Bawang putih dan lada." Tambah Ben, Adam mengangguk. Mengambil beberapa siung bawang putih lalu menggepreknya, serta menaburkan lada di atas panggangan bersama bawang putih tersebut.

"Kau pandai memasak sekarang Adam..." puji Ben, saat sepiring daging panggang terhidang rapi di hapadannya.

"Aku hanya berusaha membuatmu bangga Sir." Balas Adam lalu kembali duduk berhadapan dengan Ben dan melanjutkan makan malam mereka.

"Kau selalu membuatku bangga dan tidak pernah mengecewakanku" kata Ben, menambah kepercayaan diri Adam. Meskipun hingga detik ini, Ben belum mengijinkan Adam untuk memanggilnya dengan sebutan 'Ayah'.

Mereka berdua makan dengan lahap, tak merasa terganggu dengan mayat yang ada di atas meja tak jauh dari meja makan mereka. Ini kali pertama Adam merasakan sensasi membunuh sekaligus menjadi seorang kanibal seperti Ben, saat Ben bertanya kepada Adam, bagaimana rasanya?

Adam hanya menjawab, 'tidak ada'.

Adam juga menjelaskan tidak ada rasa apapun setelah membunuh, itu terjadi begitu saja secara spontan guna menyelamatkan Ben.

Ben mengangguk, Adam mungkin belum sepenuhnya sempurna. Tapi lelaki itu sudah memiliki banyak bakat bahkan sebelum Ben mengajarinya banyak hal.

Besok adalah hari yang besar, Ben akan memberi pelajaran nyata kepada Adam. Tanpa teori lagi, tanpa pengertian dan perandai-andaian lagi. Tapi benar-benar dilihat dan dilakukan...

Adam memiliki karakter yang sadis, bahkan jauh lebih dari sadis ketika ia menggigit leher pria itu hingga urat nadinya terkeluar. Entah dari mana Adam dapat berpikir sampai sejauh itu disaat keadaan sangat mendesak.

Adam juga memiliki otak yang cerdas, dengan imajinasi dan perandai-andaian yang selalu ia lakukan jika ingin melakukan observasi. Karena jawaban yang berasal dari sebuah pertanyaan, belum tentu benar. Jadi, Adam lebih memilih melakukan penalaran yang logis dari pada bertanya-tanya. Tebakan dari imajinasi, bagi sebagian orang sangat sulit melakukan hal ini.

Adam juga tidak memiliki perasaan apapun, datar. Tanpa emosi dan rasa simpati ketika membunuh, ia hanya melakukannya. Setelah ditanya bagaimana rasanya, dia hanya menjawab biasa saja. Itu artinya, Adam kesulitan menjawab sensasi membunuh yang baru saja ia lakukan. Dengan kata lain, Adam memang tidak dapat merasakan apapun.

Tapi, dari itu semua. Ben belum pernah melihat karakter yang manipulatif dari Adam, apakah lelaki itu memilikinya? Jika iya, maka sempurnalah sebuah karya Benjamin Rig yang secara tidak sengaja telah ia ciptakan. Bukan hanya wajah yang rupawan, tapi Adam memiliki segalanya yang dibutuhkan setiap Psikopat.

Pada akhirnya, Ben merelakan bahwa Adam Rig adalah seorang Psikopat murni.



***

To be continue

2 Maret 2020

#ReadTogether
#HomeTogether
🖤🖤🖤

Adam RigTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang