Pihak kepolisian sedang melakukan pengamanan di sekitar Bandara, mereka memasang garis polisi untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk.
Beberapa petugas lainnya masih mencari hal–hal yang mencurigakan, beberapa petugas lainnya berusaha menenangkan pengunjung bandara, dan sisanya menanyai pihak pengurus bandara untuk mencari keterangan yang bisa membantu penyelidikan.
Sementara itu Devina duduk sendirian di depan salah satu café di bandara.
"Aksi yang sangat berani," ujar seseorang pria tiba-tiba di belakang Devina.
Devina hanya tersenyum sedikit kemudian menoleh kebelakang, "Aku pernah menghadapi situasi yang lebih sulit daripada yang tadi, kau beruntung aku seorang professional, "Ledeknya sambil tersenyum.
"Apa kau menemukan sesuatu yang menarik? mungkin sesuatu yang bisa kau bagikan kepada kami?" tanya letnan Baso sambil menyodorkan secangkir coklat panas kepada Devina
Gadis itu seketika teringat pesan yang dikirim padanya. Namun, gadis itu merasa bahwa polisi tidak perlu mengetahuinya untuk sementara.
"Kasus ini sendiri, adalah temuan yang menarik," canda Devina, kemudian menyeruput coklat panas yang diberikan padanya, "hmm, ahh, Andi yang memberitahumu tentang coklat panas?" tanya Devina.
Letnan Baso hanya menatap gadis di hadapannya, jelas saja dengan banyaknya rumor miring tentang si detektif, sangat sulit baginya untuk bisa percaya pada gadis dihadapannya ini seratus persen, jika bukan saran dari komisaris dia tidak akan membiarkan anak ini ikut dalam penyelidikannya.
"Bagaimana menurutmu, tentang si pelaku?" tanya letnan Baso kepada Devina
"Sepertinya dia orang yang menyenangkan," ujar Devina kemudian menatap inspektur. dengan membulatkan kelopak matanya, "Hahaha, bercanda, jangan terlalu kaku inspektur, sejauh ini yang kusadari dari tersangka kita, apa pun yang dia lakukan sekarang, dia belum melakukan tujuan utamanya, oleh karena itu, aku menyarankanmu, untuk menyuruh anak buahmu mencari data sebanyak–banyaknya tentang teroris, atau organisasi–organisasi berbahaya di indonesia, maupun global. Sementara kita, akan bermain main sebentar mengikuti permainannya dan melihat apa yang akan kita temukan," jelas Devina.
"Mengikuti permainannya? lucu sekali, apa itu yang kau lakukan pada kasus terakhirmu? mengikuti permainan lawanmu, kemudian kalah di permainan itu? apa itu bagian dari rencana?"
Ekspresi Devina berubah seketika mendengar perkataan letnan Baso.
"Maafkan aku pak, kurasa kita tahu satu hal, semua orang benci kekalahan, kurasa kau termasuk. Daripada kalian para polisi, sangat mudah dieksploitasi, sangat mudah dimanipulasi, aku lebih efisien, lebih bisa di andalkan, kasus terakhirku, aku melakukan kesalahan, tapi kali ini, aku akan menang, dan akan kutunjukkan aku tidak butuh kepolisian untuk membantuku, dan saat aku menang, sebaiknya kalian mulai berpikir untuk mencari pekerjaan lain, karena aku bisa melakukan tugas kalian, di situ perbedaan kita, karena kalian tidak akan pernah melakukan semua yang bisa kulakukan," jelas Devina tampak mendekatkan wajahnya ke letnan Baso yang hanya duduk di kursinya.
Devina mungkin tidak menyadarinya, tetapi tampaknya perdebatan kecilnya dengan letnan Baso menarik perhatian anggota kepolisian yang lain
Hampir semua polisi di sekitar situ mulai memandangnya dengan tatapan dingin, beberapa terlihat curiga, beberapa terlihat waspada, ada yang terlihat berbisik satu sama lain sambil menatap Devina dengan tatapan tidak bersahabat.
Saat mulai menyadari situasinya, Semua tatapan itu tampaknya membuat Devina tidak nyaman dan mulai memundurkan tubuhnya kemudian duduk kembali di kursinya.
Devina kemudian meminum sedikit coklat panasnya, lalu menaruh gelasnya di meja.
"Permisi, aku akan kembali ke kantorku dan memulai penyelidikan," ujar Devina kepada letnan Baso