13

311 27 4
                                    

Aku melangkah ke luar ruangan sesaat setelah mendapat telpon dari seseorang. Karena tak mau mengganggu yang lainnya, aku izin ke luar ruangan.

"Iya?"

"........."

"Oh serius? Alhamdulillah ya."

"......"

"See yaaa soon."

Aku memutuskan sambungan telpon, lalu kembali ke ruangan. Tak ada yang spesial hanya saja di ruanganku sedang ada rapat dan tak mungkin aku mengangkat telpon.

Aku kembali ke ruangan, melihat jam yang ada di dinding bercat putih, sudah menunjukkan pukul dua belas lebih empat puluh satu menit. Rapat yang sepertinya sangat penting dan mendesak jadi semua program kegiatan harus selesai dibahas sampai besok pagi. Jadi, wajar saja kalau adzan pun sudah dianggap angin lalu.

"Kita makan di ruangan saja, tadi sudah pesan nasi kotak." Suara orang itu sudah dipastikan si empu rapat.

Aku, Ela, Yuni dan Rasti mengangguk patuh.

Setelah rapat selesai barulah kami merasa sedikit longgar. Ela melakukan perenggangan karena tadi ia menjadi notulen mendampingin bu Indah untuk rapat kali ini. Sementara aku dan Yuni sibuk menjadi penerima tamu, dan Rasti sibuk mengambil foto rapat untuk laporan SPJ.

"Salat dulu, yuk!" ajak Yuni yang langsung kami ikuti langkahnya.

Cuma Yuni yang paling sering mengingatkan untuk salat.

Selepas salat aku melihat ada pesan WA masuk. Kubaca sekilas dari popup ternyata ada dari Ares.

Ares biadab
Lo pulang sendiri nanti ya.
Gue ada kerjaan!

Lagian yg mau minta jemput sama lo
Siapa?

Jangan jutek gitu dong,Nay
Gue kan orang sibuk
Wajarlah nggak bisa jemput

Y

Aku langsung keluar dari aplikasi whatsapp. Sejujurnya nih ya aku senang diantar sama dijemput Ares cuma untuk penghematan. Kalau semisal dia nggak bisa jemput aku sih nggak masalah. Tapi, itu loh pesan-pesannya yang bikin aku kadang kesal. Aku ngomong apa dia jawab apa, nggak nyambung. Giliran masalah yang lain aja dia pinter.

Sore ini aku sudah nelpon mama untuk nggak langsung pulang karena aku ada janji untuk bertemu Dita sahabat kesayanganku. Tadi yang nelpon aku adalah Dita. Dia hari ini menjemputku dan kami akan ke suatu tempat untuk bertrmu yang lainnya. Katanya hari ini ada reuni dadakan, alumni SMP. Aku yang standby  di kota ini selalu saja siap selama itu tidak mengganggu jadwalku, terutama jadwal nonton korea.

Kami tiba di easy way caffe, tempat andalan karena pemiliknya adalah salah satu teman kami. Aku begitu merindukan Dita yang kini menggangdeng tanganku. Karena kesibukan masing-masing akhirnya kami jarang bertemu dan juga setelah Dita pindah rumah semakin jarang dan mungkin sebulan sekalipun masih sulit untuk bertemu.

"Gimana lo sama Ares, Nay? Masih suka berantem?" tanya perempuan berlesung pipi itu penasaran.

"Pertanyaan lo, nggak ketemu nggak di whatsapp selalu ngebahas Ares." Aku mencebik tak suka.

Aku mendahului Dita yang masih sibuk dengan ponselnya, setelah menemukan di mana para punggawa SMP Harapan Bangsa, akhirnya aku melihat sosok yang sangat aku rindukan, aku punya kontak wa-nya tapi tak ada keberanian untuk memulai obrolan. Ia melambaikan tangannya ke arahku sambil tersenyum.

Miracle In 29thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang