#Enam

5 2 29
                                    

Ada saatnya kita menyapih dari cahaya dan merengkuh kegelapan untuk merenung, memulihkan fokus dari keterlenaan..
———

Debur ombak dan desau ribut angin laut yang dinaungi langit malam bertabur bintang. Mareza tengah menyapih diri cahaya lampu untuk merenung dan memulihkan logika yang sempat hilang saat adu mulut singkat dengan beberapa pelanggar  batas resort yang meracau dengan suara keras hingga menggangu kenyamanan tetamu resort akibat tenggakan miras. Kedatangan mereka luput dari pengawasan sekuriti karena mereka datang dengan menyusuri tepian pantai yang tak terpagari dari arah pemukiman penduduk.

········
"Cuma mo dudu nda lama disini le kong nimbole?! (Cuma duduk disini sebentar saja dilarang?!)" ucap salah satu dari mereka dengan nada tinggi.

Mareza menjelaskan dengan nada sesopan mungkin, kalau bungalow tempat mereka berada saat ini ada tamu dan sudah jadi kewajibannya untuk menjaga privasi tamu yang menginap disitu.

"Jang stel ba user ngana, sabantar ta se ancor tre ni rumah papang ni nidia!!.(Jangan sok mengusir kamu, kalau mau akan kami rusak rumah dari papan ini !!..)" hardik yang lain dengan nafas naga yang pekat.

Merusak properti resort? Sudah siap memang ganti rugi?

"Ini so peraturan resort bukang da bekeng sandiri..(Ini sudah peraturan resort, bukan peraturan sendiri..)" tekan Mareza dengan suara yang masih netral.

"Tuangali, berapa so harga menginap di rumah bagini? Yang bagini pa kita banyak le..(Cih, memangnya berapa biaya menginap di rumah seperti ini? Yang seperti ini di tempatku banyak..)

" 1,5 juta satu malam voor satu orang, jadi kali tiga sekitar 4,5 bagitu (Satu malam 1,5 juta untuk satu orang, dikali 3 jadi sekitat 4,5 juta)" jelasnya

"Pe mahal..(Mahalnya..)" dengus seorang lagi.

"Soitu lebe bae tidor di rumah sandiri to..(Makanya lebih baik tidur di rumah sendri kan?)" bujukku.

Pada saat bujukanku menunjukkan hasil, Ceppy dan dua security yang memang orang lokal datang marah-marah sambil melontarkan makian kebun binatang dan sejenisnya hingga pada akhirnya bara perselisihan yang hampir padam kembali membara lalu menyulut adu mulut dibarengi adu jotos. Menghela nafas kasar, Mareza mencoba melerai perkelahian yang terlanjur berkobar dan berakhir dengan lebam di pelipis mata kiri.

...........

Dering ponsel menyudahi kilas balik kejadian tadi, Mareza sedikit mengaduh saat tak sengaja benda pipih itu menyenggol pelipisnya.

Dari Ayang bebeb..

“Halo..”

“Nyet, udah bisa nelpon kan?"

Mareza hanya menjawab dengan 'Mm' singkat hingga membuat sang penelpon penasaran akan reaksi ini.

“Nggak senang ditelpon?”

“Mulai deh nada bicaranya..”

“Iya-iya, sensi amat!”

Mareza hanya nyengir dibalik ponsel.

“Lagi ngapain Ay?"

Basa-basi, Mareza bisa mendengar denting sendok-garpu dan cecapan samar yang ditanya.

“Lagi makan, situ udah makan?"

“Belum, udah ngambil tapi ntar lagi baru makan”

“Lagi dimana? Ribut amat.."

“Selonjoran di pasir, main sama kepiting..”

Suara gelakan pun terdengar.

“Ada-ada aja sih nyet, nggak ada mainan lain selain itu? Lagian tumben jam segini udah free? Biasanya diatas jam 9 masih sibuk”

“Resort lengang malam ini karena tetamu semuanya langsung balik ke bungalow setelah makan malam mungkin kecapekan akibat diving trus teman sekamar sama teman yang biasanya nongkrong bareng lagi off, jadi mau gimana lagi?"

“Kesiann..”

“Mmm..”

Ya, kesian..
Mau balik kamar belum ngantuk, dipaksa mejam nggak bakal berhasil
Mau makan masih belum lapar, maksa makan takutnya nggak selera dan bersisa banyak, mubazir

“Oiya nyet, mau ngasih tau kalo besok sampai dua hari setelahnya aku mau ikut pelatihan jurnalistik di Sutanraja..” info Zahra seketika ingat salah satu alasan dia telfon.

“Oh, hati-hati ya..”

“Aku kan selalu hati-hati nyet”

Ada jeda sebentar sebelum Zahra lanjut bertanya.

“...tunggu dulu, hati-hati dari apaan dulu nih?"

Mareza tergelak, dia sebenarnya hanya ingin berkata demikian tanpa maksud menggodanya dengan hal seram yang paling dia takuti.

“Dari kendaraan, dari jatuh, dari pecicilan, dan banyak lagi hati-hati yang lain.."

“Prettt..berasa dinasehatin emak sama disamain sama bocah ingusan..”

Tawa Mareza seketika menguar, mengalahkan desau angin pantai yang mengacak rambutnya sedari tadi.

“Pokoknya jaga diri aja yah..”

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang