Pohon Beringin

46 7 6
                                    

Masih Di Warkop

Dania memegang perutnya yang setengah buncit itu, sambil mengelus-elus menirukan ibu hamil yang duduk di kursi seberang mereka.

Ia terkekeh geli membayangkan jika perutnya kelak akan diisi sesuatu yang disebut janin, atau hasil fertilisasi dengan calon suaminya dimasa depan.

"Gila! Lo ngajak gue berumah tangga?!?!"

Dania hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Idih, ogah banget. Tepos gitu mana nafsu gue ngehamilin lo" ucap Alvaro remeh

Dania tak terima selalu dibilang tepos oleh Alvaro, jelas-jelas sahabatnya itu hanya melihat dari luar pakaiannya. Dan Ia mungkin tak tau bahwa didalam ada dua buah semangka matang yang siap dipanen.

"Cihh, kalo ditempelin juga lo keenakan entar" balas Dania

Alvaro memajukan wajahnya menghadap Dania yang asik meminum kopi,
"oke nanti lo coba aja tempelin, kalo sampe yang gue rasain cuman busa, lo otomatis didiskualifikasi dari daftar calon istri gue" ucap Alvaro tersenyum evil, Iapun langsung mundur dan kembali meminum kopinya.

Tak terima, Dania memukul kepala Alvaro dengan sendok bekas kopi,
"Semua cewek juga pake itu busa kali!!"

"Iya gue tau, tapi ga semua kayak lo. Lo sengaja beli beha yang busanya gede"

"Daripada implan kan mahal"

"Apalagi implan, ogah gue. Ga bebas kalo diremas, ntar meletus"

"Bodo Al, Bodo.. Gue ga denger, gue tutup mulut. Udah ilang selera gue jadi istri lo"

Dania sudah malas meladeni omong kosong sahabatnya yang makin melenceng jauh. Ia langsung mengajak Alvaro pulang karena jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, yang artinya sebentar lagi orangtuanya akan segera pulang kerumah.

Ia tak mau jika ketahuan jalan keluar bersama Alvaro. Terlebih Ia tak tega jika melihat sahabatnya itu terus-menerus dimarahi oleh orangtuanya, apalagi sampai dipukul seperti dulu.

"Al, pulang yuk. Udah malam"

"Baru jam delapan lewat semenit, Dan. Sans ae ngapa"

"Orang tua gue, Al. Lo mau dimarahin lagi? Mau dipukul lagi?? Hah?? Belum jera??"

Alvaro hanya tertawa, seolah belum kapok

"Lo bodoh ya, Al. Gue denger cerita Oma aja udah ngeri. Lo dulu katanya ampe babak belur"

Alvaro mendecih sekilas,
"buktinya gue masih idup dengan ketampanan yang makin nambah ini" jelas Alvaro percaya diri

Dania memutar bola matanya malas kemudian menatap serius ke arah Alvaro,
"Al, bisa ga sih lo nanggepin omongan gue sekarang gapake becanda? Lo it-"

Alvaro membungkam mulut Dania dengan telunjuknya,
"Sssttt.. apa salahnya sih lo biarin gue buat nyoba lagi. Gue bakal ngomong baik-baik sama orangtua lo. Dan Lo tau kan gue itu tipikal orang yang gabisa jadi pengecut"

"Masalah kalo cuma di diemin mana bisa kelar, harus ada pihak yang berjuang buat ngelurusin. Biarpun percuma, tapi seenggaknya udah ada usaha" sambungnya

"Lo tumben bija-"

Lagi-lagi ucapan Dania dipotong oleh Alvaro,

"Yang kedua itu kata-kata gue ambil dari google, ceritanya tadi buat bokap lo, eh gue keceplosan" jelas Alvaro

Dania menatap kecewa, niat hati ingin memuji tapi ternyata tak sesuai ekspektasi
"Jujur amat ni bocah" gumamnya


Pukul 21.00

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DISPARATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang