bagian 7

8.3K 263 7
                                    

Untuk pertama kalinya Eela mulai menjalani aktivitas seperti biasa setelah ia menikah. Tepat pukul sembilan pagi setelah Aksa, suaminya berangkat terlebih dahulu pergi ke kantor  ia pun berangkat ke butik miliknya yang berada di daerah kemayoran. 

Sebelum berangkat ke butik, ia sempat menyantap sarapan terlebih dahulu. Sejak kecil ia selalu dibiasakan sarapan hingga kebiasaan itu masih saja ia lakukan hingga kini. Berbeda dengan kebiasaan Aksa yang tidak pernah sarapan sama sekali. Lelaki itu hanya minum satu gelas air putih hangat lalu pergi ke kantor. Meskipun tidak pernah melihat secara langsung suaminya berangkat ke kantor, namun melihat gelas basah yang terletak di rak piring seakan memberitahunya selama ini, segala kebiasaan yang selalu Aksa lakukan setiap pagi. 

Mereka memang tidak pernah mengganggu aktifitas masing-masing, namun bukan berarti Elea tidak tahu hal-hal kecil yang mulai ia tahu dan menjadi kebiasaan suaminya. Meskipun terkadang tidak tegur sapa, namun Elea selalu memastikan segala keperluan suaminya. 

"Bi, saya berangkat ya?" Pamit Elea pada asisten rumah tangganya Bi Isah. 

Bi isah memang sudah lama bekerja di rumah Aksa, bahkan sebelum Elea datang pun bi Isah sudah terlebih dahulu tinggal di apartemen Aksa. Namun karena sekarang Aksa sudah memiliki seorang istri, bi Isah hanya datang di siang hari dan pulang sore hari. 

"Iya neng. Hati-hati di jalan." Balas bi Isah, mengantar Elea sampai depan pintu.

Mengendarai mobil sedan putih kesayangannya, Elea berangkat menuju butiknya. Ia sangat merindukan suasana butik, karena selama satu minggu ini ia hanya bisa bertanya pada asisten nya Sibil bagaimana kondisi butik. 

Butik yang dikelola Elea bukanlah butik besar, namun kualitas keterampilannya tidak diragukan lagi. Sudah banyak pelanggan yang merasa puas dengan berbagai rancangannya, termasuk rancangan gaun pengantin. Satu minggu kemarin, ia hanya bisa memantau semua kegiatan karyawannya dari rumah, yang terdiri dari dua orang perempuan dan satu laki-laki.

Di tempatnya hanya dipergunakan untuk menerima pesanan, dan mendesain saja, sedangkan untuk tim produksi Elea menempatkan di tempat lain secara terpisah. Menjadikan kantor kecil miliknya terasa nyaman, dan tertata rapi. Sangat cocok dengan kepribadiannya yang tidak menyukai kebisingan. 

"Selamat datang mbak El!" Seru ketiga karyawannya begitu ia membuka pintu, lengkap dengan taburan bunga untuk menyambutnya.

"Ya ampun! Kalian ngagetin aja!" Elea tersenyum menerima sambutan dari para pekerjanya, bahkan Sibil langsung menghampirinya memberikan satu buket bunga mawar putih kesukaan Elea. 

"Selamat datang! Dan selamat menempuh hidup baru!" Elea menerima buket mawar putih, menghirup aroma wangi dari bunga itu. 

"Terimakasih banyak." 

Satu persatu mereka menyalami Elea, memberinya selamat atas pernikahannya. Mereka bertiga memang tidak diundang ke acara pernikahannya. Bukan karena Elea tidak menyayangi karyawannya, tapi karena ia pun merasa tidak menganggap pernikahannya penting jadi ia tidak ingin menambah ramai acara yang sebenarnya tidak diharapkan. 

"Bagaimana keadaan butik selama aku gak ada?" Tanya Elea,

"Baik mbak. Semua sesuai perintah mbak El, tinggal satu lagi yang harus dikerjakan yaitu gaun untuk pasangan Pak Elnandar dan Bu Monica." Jelas Sibil, ketika mereka berdua sudah berada di ruangan pribadi Elea. 

"Kapan acara pertunangan mereka?" 

"Menurut data yang saya terima, acaranya bulan depan." Elea mengangguk, mengamati catatan yang diberikan Sibil padanya.

Aksara untuk EleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang