Tante Karina membelai lembut perut Ellena yang masih kecil. Membuat yang lain di ruangan itu heran. Termasuk Ellena sendiri.
"Udah berapa minggu sayang?"
"Jalan 16 minggu tante. Ehmm tante beneran udah enakan?" Mencoba mengalihkan pembicaraan. Karena Ellena merasa gak nyaman dengan pertanyaan soal kehamilannya.
"Sudah sangat membaik. Kamu bagaimana? Masih pusing atau mual gitu?" Bertanya kondisi Ellena yang terlihat masih pucat.
"Sedikit mual tante. Tapi juga sudah membaik kok." Dia melirik papa-mamanya. Mamanya mulai bersuara, seakan tahu ketidaknyamanan Ellena dengan pertanyaan dan perlakuan Karina terhadap putrinya.
"Jeng, kita duluan ya. Biar Ellen istirahat lagi. Nanti kapan-kapan kita sambung." Sudah berdiri menghampiri Ellena dan akan menuntunnya pergi dari ruangan itu.
"Ohh iya. Nanti diatur lagi waktunya. Ellena kamu hati-hati ya. Jangan banyak pikiran. Setahu tante yoga juga bagus buat kehamilan." Saran tante Karina saat Ellena dan keluarga berpamitan.
Tania terdiam seperti patung. Membaca situasi yang terjadi disini. Jadi Ellena hamil. Siapa ayahnya? Pertanyaan yang muncul otomatis dari benaknya. Keluarga Dave memang ramah, padanya pun juga. Tapi perlakuan tante Karina sangat berbeda pada Ellena. Seperti tadi, Tania masih jadi orang asing.
Perbedaan sikap itu membuat hati Tania mencelos. Apalagi sikap Dave yang biasa aja saat tahu tania sudah ada di ruang inap mamanya. Tanpa menanyakan darimana Tania tahu atau menanyakan keadaan Tania pagi ini. Terasa hambar hubungan mereka.
Kemarin saat Tania datang ke rumah Dave. ART memang sudah bilang jika tante Karina sakit dan dirawat di RS. Tapi saat Tania bertanya ke Dave, dia malah berbohong. Karena itu ia memutuskan untuk menjenguk Tante Karina tanpa memberitahu Dave terlebih dahulu.
Sampai rumah pikiran Ellena juga belum tenang. Kemarin ia terlalu buru-buru memutuskan. Membuat keadaan semakin rumit. Entah dia dan Dave. Atau dia dan Victor. Lalu harus bicara bagaimana ke Victor saat ia kembali nanti.
Pagi-pagi sekali Victor memberitahunya gak bisa mengantarnya pulang. Victor harus ke Bali. Keluarganya ada yang tertimpa musibah. Kepergian Victor membuat Ellena sedikit berkurang rasa bersalahnya. Dan ia masih punya waktu buat berpikir. Mematangkan sikap dan hatinya yang goyah lagi.
Dia meminta Victor merealisasikan janjinya, menikah dengan Ellena meski hamil anak orang lain. Tapi setelah itu malah Dave tahu ia hamil anaknya dan Dave mau bertanggung jawab menikahi Ellena. Semua jadi membingungkan.
Pintu kamarnya diketuk, lalu papa masuk membawa beberapa kotak obat milik Ellena. Menaruhnya di atas meja. Kemudian duduk disamping Ellena.
"Mikir apa? Kan dokter jasmine udah bilang, jangan mikir berat-berat. Kasihan cucu Papa." Mengusap kepala Ellena pelan.
"Gpp. Ellena cuman sedih udah nyusahin Papa sama Mama. Harusnya ellena buat kalian bangga. Bukan nambah pikiran gini." Rasa bersalah pada orangtuanya terus membuat Ellena bersedih.
"Siapa yang bilang kamu nyusahin? Siapa bilang ke Papa? Papa jewer. Kamu itu gak nyusahin. Tapi beban. Beban yang nambah terus. Sampe gendut." Canda Papa sambil mengacak-acak rambut Ellena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
RomanceMenata karier sebagai desain interior, sukses tanpa campur tangan orangtua, itu cita-citaku. Bagiku pacaran belum jadi prioritas. Apalagi perjodohan, sesuatu yang kekanakan. " Ellena Claire Wijaya " Sebagai Pengusaha aku tak ingin ada kesalahan apap...