Part 5 -- Slap

140 6 1
                                    

Charla berjalan tergopoh menuju ruangannya. Hari ini adalah hari peresmian manajer barunya, sehingga semua pegawai di bidangnya sengaja di kumpulkan untuk melakukan penyambutan. Dan sialnya, pagi ini Nean begitu rewel dan tidak mau untuk pergi ke sekolah. Bocah itu merengek ingin ikut Charla bekerja dan tentu saja itu tidak akan mungkin terjadi.

Nean mau ikut Chaca aja, janji akan jadi anak baik dan pipis sendiri.

Untungnya setelah dibujuk dengan bujukan maut dan memberinya pelukan akhirnya Nean mau pergi ke sekolah. Walaupun berakibat ia menjadi terlambat seperti saat ini -- kocar kacir. Ia terus berjalan menuju ruang pertemuan di lantai sembilan sambil melirik jam pada pergelangan kiri tangannya. Sedangkan tangan kanannya memegang satu cup es kopi.

Langkah tergesa Charla terhenti kala tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Tidak, lebih tepatnya seseorang telah menabraknya. Ia mendongkak, siap untuk memaki siapapun orang di hadapannya. Dahinya berkerut saat ia melihat siapa sosok di hadapannya. Ia mencoba mengenali orang tersebut. Hingga beberapa detik ia memejamkan matanya, dan akhirnya ia mengingat sesuatu.

"Kamu!!" Charla menunjuknya dengan jari telunjuk

Orang tersebut diam, Charla menyadari orang itu sedang memandang.... bagian dadanya. Matanya membulat sempurna saat ia melihat bahwa bajunya terkena tumpahan kopi dan menyebabkan dalamannya terpampang jelas karena ia memakai kemeja putih saat ini. Shit!!

Slap

Charla menampar pipi kiri pria itu dan spontan menutup dadanya dengan kedua tangan.

"Dasar brengsek. Mata keranjang!"

Laki-laki tersebut terlihat bingung. "W-what??"

"Kamu cowok yang di restoran waktu itu 'kan? Yang melihat saya kaya buaya yang udah nggak makan setahun!" Maki Charla

"Sengaja nabrak saya 'kan? Buaya darat!" Charla kehilangan kontrolnya, ia masih terus memaki sedangkan pria di hadapannya hanya diam dan bersedekap.

Laki-laki itu tersenyum miring dan mencodongkan wajahnya mendekat kearah Charla. Seperti pertemuan magnet yang memiliki kutub yang sama, ia bergerak mundur berlawanan dengan pria itu yang bergerak maju.

"Punyamu itu bukan tipe saya. Untuk seorang perempuan seusia mu, segitu bukanlah ukuran normal. Jadi saya tidak akan tergoda." Pria itu berbisik tepat pada telinga Charla, lalu pergi meninggalkannya dengan mulut terbuka.

"BRENG~sek." Charla hendak berteriak namun pada kata terakhir, kembali ia telan.

Ia menyadari bahwa saat ini masih berada di lingkungan kantor yang tidak memungkinkan untuk berkata kasar apalagi dengan berteriak.

~~

Charla mengetuk pintu ruang pertemuan lalu masuk. Semua pegawai yang telah berkumpul dan sedang fokus mendengarkan seseorang yang sedang berbicara didepan itu lantas menoleh padanya. Ia sedikit membungkuk sebagai isyarat ucapan maaf atas keterlambatannya. Kemudian ia segera duduk pada kursi yang sudah disiapkan oleh Nadine dan Devan untuknya. Mereka duduk berdampingan, dimana Charla berada diantaranya.

"Lo dari mana sih Cha?" Nadine berbisik padanya

"Tadi Nean rewel, jadi gue telat karena lama ngerayu dia dulu biar mau sekolah." Charla terus menunduk dan mengeratkan jaketnya.

"Ini kenapa pake jaket? Lo sakit nek?" Kini giliran Devan yang bertanya

Charla menggelengkan kepala. "Enggak. Baju gue kotor kena tumpahan kopi."

"Hidup lo itu yaa. Nggak bisa jauh-jauh dari kopi. Tsss." Nadine mendesis heran.

Saya menghargai orang yang pekerja keras tapi memiliki attitude yang baik

Finding Hope [COMPLETED]Where stories live. Discover now