Ghanim

167 82 54
                                    

Ku sarankan untuk tak jatuh hati pada anak manusia.
Magellan.

"Namanya Ghanim, dia anak manusia dan dia tampan sekali." Ucapku pada Creaam pendampingku.

"Matanya sipit, tapi tajam seperti harimau." Imbuhku dan Creaam masih diam. Menyebalkan.

"Dia juga baik, kulihat dulu dia membantu seorang tua yang membawa banyak tumpukan buku." Aku melirik Creaam lagi. Raut mukanya masih saja tegang seperti itu.

"Creaam, aku lelah berjalan kaki seperti ini ditambah kau yang seperti mayat jalan itu." Akhirnya aku duduk sembarang setelah bertemu pohon besar yang rindang.

"Nona tidak boleh menyukai manusia bukan?" Tanya Creaam datar akhirnya. Dia tetap berdiri disamping kiriku.

"Kau tidak mau duduk dulu? duduklah. Aku juga tau soal itu Creaam. Yang ku ingin tau apa kau juga menyukai Ghanim sepertiku?" Aku menopang daguku, badanku lelah setelah berjalan seharian. Aku tau Creaam tidak mungkin duduk disampingku. Dan kuyakin seratus persen Creaam tidak punya cinta kasih bahkan pada sesama kami, apalagi dengan Ghanim ku, ini jadi makin menyebalkan.

Huh, kenapa harus Creaam si anak buah Barbarossa yang menemaniku.

Aku menerawang ke depan sambil menyenderkan tubuhku ke pohon, aku bisa merasakan Creaam yang mengamati lekat-lekat pohon ini. "Tenang saja ini cuman pohon oak. Kita membuat gabus botol dari kulit kayunya. Manusia juga melakukannya." Ucapku pada Creaam yang akhirnya diam mematung lagi.

Di depan sana aku melihat pohon magnolia, bunganya yang putih kekuningan seperti bercahaya dibawah sinar mentari. Tapi, dia sendirian dan berbeda dari tanaman-tanaman liar di sekitarnya. Aku bisa merasakan bagaimana kesepiannya, aku mungkin tidak setua pohon seratus juta tahun itu tapi aku sendiri diantara mereka yang berbeda dariku.

"Anakku, besok berangkatlah ke pengasingan. Ayah tidak ingin kau masih memikirkan anak manusia itu." ini adalah perintah ayahku.

Ayahku bukan seorang raja bangsa kami, tapi dia juru bicara raja. Orang kepercayaan raja kami. Jadi, ayah hanya ingin mengabdi pada kerajaan. Dan itu yang dia inginkan juga padaku. Bersama Creaam anak buah ayah, aku menuju pengasingan. Pengasingan ada di danau common, dan sekarang aku bisa membayangkan pohon willow yang tumbuh ditempat lembab itu.

"Nona,apa nona sudah lebih baik? hari semakin gelap sebaiknya kita segera bergegas." Creaam mengaburkan lamunanku.

"Baik lah baik. Ayo Creaam." Kulangkahkan kakiku yang terasa lebih ringan daripada beberapa saat lalu.

Kulihat tupai-tupai terbang terlihat bergerombol tak seperti biasanya. Mereka mengingatkanku pada Ghanim lagi. Ghanim punya mata harimau tapi pipinya yang terlalu tebal membuat nya lebih mirip tupai.

Kami berjalan kembali, aku hanya mengandalkan Creaam karena aku tak tau jalan. Beberapa kali aku bertanya padanya 'apa sudah dekat?' tapi dia selalu menjawab 'sebentar lagi nona'

Aku sebenarnya tidak benar-benar lelah. Aku mudah mengisi energiku dengan oksigen yang dihasilkan pohon-pohon rindang dihutan ini. Aku lebih lelah karena tidak ada teman bicara, Creaam berbeda sekali dengan Ghanim. Aku baru bertemu sekali dengan Ghanim dan dia sudah membuatku akrab dengannya. Aku jadi ingat pertemuanku dengan Ghanim hari itu. Iya, hari itu sekitar 10 tahun lalu hitungan manusia.

10 tahun yang lalu, aku tersesat di sebuah tempat penuh manusia yang ku tahu sekarang bernama bumi. Aku bertemu Ghanim yang masih muda. Ghanim memakai baju warna putih, dan celana abu-abu.Orang-orang yang kulihat hari itu juga memakai baju yang sama. Dia juga menggendong tas hitam yang jelek sekali buatku. Tapi, katanya isi tasnya sangat penting karena itu hidup dan matinya. Hari itu Ghanim menyembunyikanku, menarik ku kebelakang bangunan yang kutahu juga sekarang namanya sekolah.

ᴅᴇᴀʀ ᴍʏ ꜰᴀɴᴄʏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang