Happy reading ❤️
Stay enjoy and relax!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 🌟
..."Lo ada acara gak bentar malam?" tanya Rael pada Mei, mereka sekarang sedang berada di taman. Akhir-akhir ini taman sekolah mereka jadikan tempat bolos, tentu juga menjadi tempat favorit mereka.
"Kenapa?"
"Gue mau ngajak jalan,"
Mei belum bergeming. Ia sebenarnya ingin, tapi ia juga sudah ada janji dengan anggota mafianya. Dan ia juga harus profesional sebagai leader. Mereka juga pasti sudah menyiapkan berbagai atribut untuk merayakan kemenangan mereka di London.
"Woi, melamun mulu lo ah." gerutu Rael, Mei langsung memukul pelan mulut pria itu membuat sang empu mendelik kesal.
"Jangan gitu. Jijik," ucap Mei ketika melihat ekspresi kesal Rael yang terlihat seperti anak TK.
"Jadi gimana? Mau gak?"
"Maaf banget. Gue ada janji sama keluarga," Rael tersenyum menanggapi jawaban Mei, pria itu langsung mengacak-acak rambut Mei membuat sang empu mengerucutkan bibirnya.
"Gak usah gitu. Mau dicium?"
"Ngeselin banget sih lo," Mei langsung pergi meninggalkan Rael yang masih tertawa.
"Lah, di tinggalin. Mei! Meirel!"
Langkah Mei terhenti. Apa-apaan itu, Rael memanggilnya Meirel. Mei berbalik menatap Rael yang masih mengatur nafasnya, ia jadi merasa bersalah karena meninggalkan pria itu. Padahal niatnya tadi hanya bercanda.
"Enak aja lo ganti-ganti nama gue!"
"Ya emang bener kan? Meirel, Mei dan Rael. Hahaha,"
Mei menutup wajahnya yang memerah, Rael benar-benar menyebalkan. Rael yang melihat Mei yang salah tingkah langsung berjalan maju mendekati gadis itu. Sedangkan Mei berjalan mundur hingga tubuhnya mentok ke dinding taman.
"Mau apa lo?" tanya Mei mencoba menatap mata Rael dengan lekat.
"Mau..."
Chup
Mata Mei membulat sempurna, Rael mencium keningnya tiba-tiba membuat hatinya berdebar. Gadis itu menahan nafasnya selama Rael belum melepaskan ciumannya.
"Cuma gue yang boleh ngelakuin itu! Yang lain gak boleh!" ucap Rael penuh penekanan kemudian menarik hidung mancung Mei dengan pelan membuat Mei tersadar dari lamunannya.
"Ayok ke kelas!" Rael menggenggam erat tangan Mei seakan tak mau kehilangan. Ah, Mei baru ingat. Ada yang ingin ia berikan pada Rael.
Ia segera menghentikan langkahnya membuat Rael ikut berhenti.
"Kenapa?"
Mei tak menjawab, ia merogoh saku bajunya untuk mengambil sesuatu. Sedangkan Rael hanya menunggu apa yang akan gadis itu tunjukkan padanya. Sebuah gelang, dua gelang berwarna silver, ada yang berlambang bulan dan matahari. Mei menarik tangan kiri Rael dan memasangkan gelang yang berlambang matahari.
"Kenapa lo bulan gue matahari?"
"Karena lo itu bagaikan matahari yang menyinari bulan, lebih tepatnya lo menyinari hari-hari gue."
Rael yang gemas dengan tindakan Mei langsung memeluk gadis itu erat. Andai Mei adalah pacarnya, sudah ia cium sedari tadi. Benar-benar lucu.
"Siapa sih yang ngajarin?"
"Sesuatu yang romantis itu gak harus kita tunjukkan setelah kita pelajari, tetapi setelah kita saling memiliki hati. Kayak gue sama lo, sahabat,"
Rael tersenyum menatap Mei. Gadis itu benar-benar bijaksana, cantik luar dalam, perhatian, dan selalu mendukungnya ketika rapuh. Bagaimana bisa ia membenci gadis didepannya, jika satu hari tak ketemu sudah membuatnya rindu.
¥¥¥
Pukul 08.00. sesuai dengan perjanjian Mei pada anggota mafianya. Ia sudah berada di markas lima belas menit yang lalu. Biasanya suasana markas saat malam akan mencekam, tapi tidak untuk malam ini. Acara yang dilakukan di outdoor dengan lampu kelap-kelip yang tidak terlalu terang, karena ada bulan dan bintang yang membantu menyinari. Pakaian hitam putih mereka dengan masing-masing masker berlambang 'BD'.
"Nona, apa kau mau minum?" tanya Axel, tangan kanan Mark. Mei hanya mengangguk kemudian mengambil segelas anggur merah dan langsung ia teguk hingga tandas.
Drtt... Drt...
"Ck," Mei mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggu acaranya malam ini.
Acara di markas sangat meriah, jangan berpikir jika hanya Mei yang bergender wanita. Ada beberapa anggota mafia wanita yang ikut hadir, mereka kebanyakan dari luar negeri. Mereka semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang berdansa, bercanda gurau, bahkan bernyanyi. Kapan lagi mereka akan mendapatkan kesempatan emas ini? Dihari biasa tidak ada waktu mereka hanya untuk sekedar bersenda gurau, apalagi wajah-wajah konyol mereka malam ini. Jika sudah tidak ada acara seperti ini, wajah mereka akan kembali seperti biasa, sangar.
"Mau berdansa?" tawar Mark pada Mei.
"Aku sedang malas. Pergilah!" Mark mengerucutkan bibirnya, kemudian melangkah pergi ke dance floor.
"Wah, yang benar saja. Tuan Mark bertingkah manja seperti itu?"
"Aku benar-benar tidak menyangka,"
"Sangat imut. Andai aku bisa melihat nona Liana seperti itu,"
"Kau bermimpi?"
Mei hanya terkekeh pelan mendengar bisikan-bisikan anggota mafianya. Seseram itukah dirinya? Padahal jika di luar kerjaan ia akan bersikap biasa saja. Saat sedang santai-santai nya, Mei merasa bumi berputar. Sial, dirinya pasti sudah mabuk karena terlalu banyak meminum anggur merah. Mei segera masuk ke dalam markas dan menaiki lift menuju lantai 3, kamarnya.
Sebelum itu terjadi, Amel memotret Mei yang menggunakan baju mafia. Ia sebenarnya juga terkejut, ternyata gadis yang ia bully adalah seorang leader mafia. Tapi, ia tak boleh kalah untuk sekarang. Ia akan memberitahu Rael sesegera mungkin. Amel tak peduli dengan yang ia dapatkan nantinya, yang penting Rael membenci Mei yang selalu mantannya itu banggakan. Ia tersenyum licik, dan langsung pergi.
Disisi lain, Rael sedang bermain dikamar Ralita untuk menjaga adiknya, karena Alia dan Rahel sedang pergi membeli popok bayi, dan Rafa juga belum pulang dari kantor. Jadilah ia sendiri.
Ia menatap gelang silver pemberian Mei tadi siang. Senyum langsung terukir diwajahnya yang tampan, mengingat bagaimana cara Mei menggombal. Ah, bukan gombal kata gadisnya. Bukan bukan, sahabat dan tidak lebih. Tapi kenapa hatinya meminta lebih.
"Lo imut banget sih Mei. Pengen cium jadinya,"
Sementara pikirannya dipenuhi Mei, tiba-tiba notif pesan masuk diponselnya. Rael melihat nama Amel yang mengirimkan sebuah foto. Betapa terkejutnya Rael ketika melihat foto itu.
"Liana? Tapi, kenapa Mei---"
"Gak mungkin. Pasti Amel bohong," Rael langsung menelpon Mei namun hanya ada suara operator.
Rahang pria itu mengeras, ia masih belum percaya dengan kenyataannya bahwa Liana yang merupakan leader mafia adalah Mei. Meilly Syahna, orang yang menjadi sahabatnya sekaligus gadisnya. Sakit hati? Tentu saja. Dibohongi oleh orang yang disayang sudah pasti sakit. Kenapa Mei menyembunyikan ini semua? Katakan pada Rael sekarang! Bisakah ia kecewa?
...
Kurang greget? Author itu gak pinter bikin orang greget. Nanti aja pas menuju ending baru author bikin kalian greget.
Senangnya hatiku...
Udah mau end🤣🤫
Happy or sad nih?JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 🌟🙏🏻😌
See you next chapter ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelap(Completed)
Teen FictionAku ingin berteman dengan gelap, hitam, malam, dan juga kesunyian. Aku membenci terang, lampu, pagi, matahari, dan keramaian karena aku ingin merasakan kelamnya kehidupan yang kujalani sekarang. Copyright ® 2020 By Min_Yeonjun05 Assalamualaikum, han...