KASUS YANG TIDAK TERSELESAIKAN

83 1 0
                                    


KASUS YANG TIDAK TERSELESAIKAN (1)

Sore pun berganti malam. Sinta terkapar di atas ranjang masih dengan pakaian kuliahnya, sebelah sepatunya masih berada di kaki, sebelah nya lagi di lantai bersama tas jinjing kuningnya. Elis yang masih di rasuki masuk ke kamar dengan membawa sekardus Ind*mie.

Sinta membuka sebelah matanya. "Beli Mie?"

"Bukan, ini berkas kecelakaan 12 tahun lalu."

Sinta menutup lagi matanya dan mengangguk lambat.

"Bagaimana dengan Daniel Luth? Bisa di hubungi?" Tanya Sinta.

Hantu itu teringat cerita Elis saat mereka pertama kali bicara. "Ah, Dokter Forensik itu belum ku hubungi, soalnya kemarin-kemarin aku sibuk dengan kasus my lovely Angga Aldo."

"Mulai lagi deh," gumam Sinta dan dia membuka satu matanya lagi. "Oh ya, gue dengar pembunuhnya Angga itu pacarnya sendiri, lalu kenapa si sasaeng fans itu juga di tangkap? Dia 'kan nggak membunuh."

"Jangan lupa ya, dia menyembunyikan Angga, dan sesuai Pasal 181 UU no 27 tahun 1999 'Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya. Diancam pidana selama Sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."

"Ya, memang." Gumamnya. "Tapi hakim setidaknya harus toleransi dong, kalau bukan karena dia yang berada di rumah itu, bukti bantal mungkin akan di musnahkan pacar Angga duluan, dan dia juga merupakan saksi utama yang membuat pembunuh aslinya di tangkap. Lagian, mungkin aja si Sari ini punya penyakit jiwa."

"Dengar, pertama, hukum tetaplah hukum. Walau pun seorang nenek mengambil sebuah mangga tetangga tanpa izin, dia akan di tangkap dengan tuduhan mencuri, karena hukum pakai logika, bukan pakai perasaan. Kedua, tidak ada keterangan dari dokter manapun kalau Sari mengalami penyakit kejiwaan, dia hanya orang waras yang sangat mencintai Angga."

"Masa lo nggak bisa liat sih Nam, kalau Sari mengalami Syndrom De Cleambault?"

"Syuutt! Udah Sin, nggak usah di bahas lagi."

Sinta bangun dari tidurnya. Ia mengernyit bingung melihat Elis yang berbicara seperi tidak punya perasaan, ini tidak seperti Elis yang biasanya. Wanita berambut Bob itu turun dari ranjang, berdiri menjauh dan mengucapkan satu kalimat dengan gelagapan,

"Lo siapa?"

Elis menelan ludah dan menoleh pada Sinta setenang mungkin. "Apa maksudmu Sinta? Aku Elis, sahabatmu." Ucapnya dengan nada dramatis.

Sinta menggeleng, bergerak mundur ke arah meja rias, menarik laci diam-diam sambil berkata, "No, lo bukan Elis-gue dan gue yakin. Jadi kau cepat keluar dari sana."
Tiba-tiba Sinta mengeluarkan sepucuk jimat berwarna kuning dengan tinta merah.

Mata Elis melebar dan hantu itu segera keluar dari sana.

Sesaat Elis yang siuman pun bingung melihat Sinta dengan posisi seperti itu, lalu dengan cepat ia sadar dengan apa yang terjadi. Elis segera berdiri dan menghampiri Sinta.

"Sinta, ini aku El—"

Sinta menjerit-jerit sambil berkata, "Jangan mendekat! Kalau tidak aku akan menempel jimat ini padamu!"

Elis tetap saja mendekat hingga jimat yang di genggam Sinta menempel di bahunya. Sinta diam dan membuka matanya.

"Elis?" Tanya Sinta hati-hati.

Elis mengangguk mantap.

"Benar? Aku tidak sedang di tipu dukun palsu dan jimat palsu 'kan? Coba bicara dengan Bahasa Korea."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 31, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ghost Jaman NowWhere stories live. Discover now