Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 😊✨.
***
"Semua pilihan dan keputusan itu tergantung dari kamu, tapi aku kasih tahu, sebelum ngambil keputusan pikirin dulu kedepannya gimana. Ingat ya, jangan jadi bodoh hanya karena rasa cinta kita kepada seseorang yang belum tentu menjadi jodoh kita kelak."
PAGI itu, tepatnya pukul delapan pagi, Raka membangunkan Alca. Awalnya, gadis itu tidak mau bangun karena hari ini adalah Hari Minggu, namun dia lupa satu hal kalau hari itu adiknya sudah berusia dua tahun.
"Ca, bangun napa? Lo lupa tugas lo hari ini?" tanya Raka sambil mengobrak-abrik tempat tidur Alca.
"Hm ... emang apa?" tanya Alca setengah sadar.
Raka menghela napas berat dan panjang karena adiknya itu sangat susah untuk dibangunkan pada hari Minggu, kecuali jika ia memang punya rencana untuk keluar, pergi ke Gramedia misalnya.
"Lo hari ini ada tugas nge-dekor rumah untuk ulang tahun Camila ntar sore," ucap Raka memberi tahu.
Sejenak, Alca tidak merespons, dan kembali mencerna perkataan Raka tadi. Mendekor? Ulang tahun Camila? ulangnya dalam pikiran. Sontak, kedua matanya terbuka lebar dan gadis itu segera bangun lalu turun dari kasur. Alca melangkah ke kamar mandi dengan cepat.
Raka yang memperhatikan itu hanya bisa diam dan ternganga karena bingung dengan reaksi tiba-tiba Alca. Ia menggeleng lalu melenggang pergi dari sana. Di bawah, sudah ada Rafa dan keluarganya, Zidan, dan Lizzi.
"Alca udah bangun?" tanya Lizzi yang baru saja datang bersama dengan Zidan.
"Oh udah datang lo pada, udah bangun tuh masih mandi," jawab Raka.
"Yaudah bagus deh. Bunda lo mana?" tanya Lizzi lagi.
"Tuh di dapur, cieee nyariin mamer," ejek Raka setengah bercanda.
"Apaan, sih?" Lizzi melirik sinis kearah Raka lalu melenggang pergi ke dapur untuk membantu Cerry.
"Ngeri juga, baru datang udah langsung nyariin Bunda lo, si Lizzi," celetuk Zidan sembari mengambil tempat duduk di samping Rafa yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.
"Iya dong, hahahah. Doain, ya, Bro? Semoga acara lamaran gue ntar bisa lancar," ucap Raka sembari tertawa kecil.
Zidan dan Rafa yang mendengar itu hanya bisa menggeleng.
"Halu," cetus Rafa.
JLEB!
"Banget," timpal Zidan.
JLEB!
"Jahat lo semua!" rengek Raka kesal.
Zidan tertawa geli, sedangkan Rafa hanya tersenyum kecil. Ia masih sibuk membalas pesan dari seseorang di ponselnya. Sesekali, Rafa mengembuskan napas dari mulut dan menghela pelan.
Tak lama kemudian, Alca turun dengan sebuah buku dan alat tulis di tangannya. Gadis itu tidak memperhatikan jalannya juga mereka bertiga di sofa, saat melewati ruang tengah itu. Alca sibuk memperhatikan ruangan tersebut, seperti sedang memikirkan konsep yang bagus untuk adik kecilnya itu.
"Woii Ca!" panggil Zidan.
Alca menoleh dan menatap kearah mereka bertiga yang sedang memperhatikannya. "Apa?"
"Ngapain sih lo?" tanya Zidan heran.
"Aku lagi mikir, jangan ganggu!"ucap Alca garang.
"Yee ... galak banget sih mbaknya," rajuk Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...