Celine galau lagi. Berhari-hari ia menjadi sedikit pendiam dan membuat semua orang bertanya-tanya. Apa gerangan yang membuat Celine Sutjipto yang terkenal ceriwis menjadi begitu diam?.
Siapa lagi pelakunya jika bukan Eren yang banyak mengabaikannya semenjak kejadian di pujasera beberapa hari yang lalu?
Helen menghela napas. Ia bosan melihat sahabatnya yang terlihat seperti AC, yang hanya bisa menghirup dan mengembuskan udara sembari menatap layar ponselnya yang redup.
"Masih mikirin Eren?"
Celine menggeleng, menolak kenyataan bahwa otaknya memang tengah dipenuhi oleh sosok pemuda yang beberapa bulan terakhir mengisi hari-harinya.
"Udah, deh, nggak usah ngelak. Sebelum-sebelumnya juga nggak pernah kayak gini. Istimewanya Eren itu apa, sih?"
Celine diam, tetap diam tanpa bisa menjawab pertanyaan Helen. Ia tidak tahu. Selain karena Eren yang masih muda dan imut, Celine tidak tahu apa yang membuatnya segelisah ini saat Eren mengabaikannya.
Helen kembali menghela napas, kali ini lebih berat. "Yaudah, oke, aku nggak nanya lagi soal dia."
Ucapan Helen berhasil membuat Celine menoleh, menatap sendu pada Helen yang masih memperhatikannya.
"Nanti sore jalan-jalan, yuk!" Helen masih mencoba membuat perhatian Celine terhadap pemuda pujaan hatinya itu teralihkan.
"Ke mana?" Berhasil. Celine mulai terpancing.
"Tunjungan Plaza. Katanya ada butik yang baru buka dari brand lokal ternama."
Celine kembali menunduk, menopang kepala pada salah satu tangannya yang bebas. "Nggak ah, mager."
"Aku traktir di PH!"
"Deal!"
Semudah itu memancing Celine untuk menuurti keinginan Helen. Untung saja belum tanggal tua, jadi dia tidak akan sambat jika Celine memesan menu termahal nantinya.
"Tapi aku masih mikir, Len. Kenapa Eren jadi cuek dan jarang bales pesanku."
Entah sudah berapa kali Helen menghela napas bosan. Tadi, ia berkali-kali memancing Celine untuk cerita, tetapi gagal. Yang ada, Celine malah curhat tentang kehidupan melalui makanan.
"Emangnya kenapa kalo dia cuek? Kamu suka sama dia?"
Celine menoleh, menatap helen dengan wajah sedih dan mata yang berkaca-kaca, kemudian menggeleng pelan. "Nggak tahu …."
Helen menatap ke depan, menerawang jauh ke sebuah tempat yang dinamakan ingatan. "Aku nggak ngerti masalah abege jatuh Cinta, soalnya aku sama Mas Arya pacaran selama lima tahun sebelum menikah itu biasa aja. Nggak se-bucin ini."
"Aku kelihatan bucin, ya, Len?"
Tawa menggema dari Helen. Suaranya bahkan bisa didengar dari ruangan sebelah. "Indeed, Cel."
***
Sesuai rencana, Celine dan Helen pun memang pergi ke Tunjungan Plaza untuk bersenang-senang. Saat ini mereka berada di salah satu restoran cepat saji dengan menu pizza andalan.
Seloyang pizza berukuran besar dengan potongan daging ayam dan keju mozarela meleleh di atas roti pipih berbentuk lingkaran. Satu bagian yang paling Celine suka ialah paprika.
"Habis ini kita langsung ke butik, mumpung masih ada diskon G.O sampai besok." Helen berkata sembari mengunyah potongan pizza lumer di tangannya. Tangan kirinya menggeser layar ponsel ke atas dan ke bawah, menunjukkan sebuah katalog dari website butik ternama dengan keterangan diskon sebanyak 30%.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy, Me Gusta! [Tamat]
RomanceMemilih untuk melajang bukanlah sebuah kesalahan, tetapi bagaimana jika itu membuatmu tertekan karena setiap orang bertanya 'kapan kamu menikah?'. Celine Sutjipto merasakan itu. Berkat saran dari temannya, ia mengenal lelaki yang lebih muda darinya...