Prasangka

29 3 0
                                    

Keesokan harinya, seperti biasanya. Lisa dan Alia mulai bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Asti sudah menyiapkan sarapan untuk kedua putri kesayangannya.

"Ma, Lisa berangkat duluan ya, udah telat soalnya," pekik Lisa dari luar rumah.

"Lisa! Makan dulu, Mama udah buatin kamu sarapan!" balas Asti.

"Lisa makan di sekolah aja, Ma. Udah ya, assalamu'alaikum, Ma."

Lisa pun langsung berlari menuju ke sekolah. Asti hanya menggelengkan kepalanya melihat putri sulungnya itu. Alia hanya diam sambil menikmati sarapan paginya.

Dengan ngos-ngosan, Lisa berlari memasuki gerbang sekolah. Tentu saja, sekolahan masih sepi. Jam baru saja pukul 06.40. Padahal, mereka masuk pukul 07.15.

Lisa memang sengaja berangkat cepat. Ia mau mencatat semua hasil kerja, yang belum sempat Lisa kerjakan, ya karena ia sakit kemarin. Butuh waktu yang lama untuk Lisa menyalin semuanya.

"Woi!" Lisa terperanjat kaget dan langsung menatap pelaku dengan kesal. Dan ternyata itu adalah Jina. Oh Jina, kau sungguh menyebalkan!

"Ah, ngagetin aja," protes Lisa. Jina hanya terkekeh dan duduk di samping Lisa.

"Ngapain sih, Lis. Serius banget?" tanya Jina yang penasaran dengan yang Lisa kerjakan.

"Ini lho, kerja proyek kemarin. Aku 'kan belum siap ngerjain," jelas Lisa.

"Ooh." Jina memutar tempat duduknya, dan menatap ke depan. "Itu 'kan, bisa besok. Ngebut banget, ngerjain sekarang. Pasti ada apa-apanya," tebak Jina asal.

Lisa melototkan matanya dan menatap horor ke Jina. "Gak usah seudzon deh, aku cuma mau bantuin Varel," gumam Lisa keceplosan.

"Hah, tuh 'kan, ada apa-apanya," cetus Jina sambil tertawa renyah.

"Eh." Lisa menutup mulutnya rapat-rapat. "Aduh, nih mulut. Gak bisa diajak kompromi, deh," gerutu Lisa merutuki dirinya sendiri.

"Emangnya, kalian ada hubungan apa sih. Kok deket banget?" tanya Jina penasaran.

Sangat diakui Lisa. Jina mempunyai jiwa kekepoan yang tinggi. Mungkin bisa dibilang, Ratu kepo. Huh, kenapa Lisa harus mempunyai teman seperti Jina?

"Aku gak ada apa-apa sama Varel. Beneran deh," ucap Lisa. Jina menatap Lisa dengan tajam. Seperti mengintimidasi gitu deh. Serem amat dah!

"Aduh, kok perut aku tiba-tiba sakit ya. Eh, aku mau ke toilet ya, udah gak tahan, nih." Jina langsung berlari sekencang mungkin menuju toilet. Sudah menjadi kebiasaan buruk Jina, setiap pagi selalu saja kebelet boker. OMG!

Lisa menghela napasnya lega. "Untunglah," gumam Lisa.

Akhirnya Lisa selesai menyalin semua catatan proyek kemarin. Tidak beberapa lama, lonceng masuk berbunyi. Semua siswa mulai masuk dan memulai pelajaran.

***

Jam istirahat pun telah tiba. Semua langsung bersiap-siap untuk menuju ke kantin sekolah.

"Eh, guys. Varel ke mana sih? Gue kangen banget tau gak?!" celetuk Fira sambil memasang wajah cemberutnya.

"Denger-denger, katanya dia sakit. Ya 'kan, Lis?" tanya Angga, ketua kelasnya.

"Emm, eh iya. Dia sakit," jawab Lisa.

"Guys, bukannya Varel sakit gara-gara Lisa ya? Aduh, mau aja ya yayang bebeb aku sakit demi cewek cupu, kayak dia," cibir Fira seakan menyindir Lisa.

"Woi, Bangs*t! Jaga omongan lo, ya. Varel ngelakuin itu ya karena dia peduli sama Lisa. Emangnya lo, taunya cuma ngehina orang, kenapa? Sirik lo sama Lisa!" bentak Risa kepancing emosi.

Cinta Sang Pangeran DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang