Aku mau pulang ke rumah Mama sama Papa." Kata Gania "Tolong ijinin aku, aku nggak mau pergi tanpa ijin suami aku." Ujar Gania lagi dengan tangis terisak
"Kenapa mesti ke rumah Mama sama Papa, El? Kita bisa nyelesaiin masalah kita." Tahan Badra
"Aku kecewa sama kamu dan aku butuh waktu—kalo perlu surat kesepakatan itu aku batalin dan kita cerai."
"Ganiaa, jaga ucapan mu!" Bentak Badra membuang Gania kaget "kalo kamu mau butuh waktu oke, aku ijinin tapi setelah cukup waktu sendiri kamu udah cukup, kamu harus mau aku ajak pulang." Gania menangguk tanpa menatap Badra
"Aku pamit, Assalamualaikum." Pamit Gania dan mengambil tangan Badra untuk ia salami
"Wa'alaikumsalam." Jawab Badra dengan perasaan setengah ikhlas
Ternyata efeknya sechaos ini untuk hubungannya dengan Gania. Menyesal? Pasti. Namun, ini resiko yang harus ia terima bila meledeni Cyintia tanpa Gania tahu, disisi lain lain juga Badra bingung, bila Gania tahu rencananya ia yakin Gania tak akan mendukungnya, malah menyuruhnya melepas Cyintia.
"Maaf, El." Lirih Badra
🌼🌼🌼
Gania kesal hingga melakukan hal ini pada Badra, bahkan ia juga kecewa dengan Badra. Kenapa sejak awal ia tak mengakui bahwa ia kembali bersama Cyintia, kalo begitu kenapa Badra memilihnya untuk jadi istrinya, kenapa ia tak memilih dengan Cyintia saja, namun nasi sudah menjadi bubur mau mengelak pun tak akan bisa ia sudah menjadi istri sahnya Badra. Gania memasuki rumah orang tuanya dengan menarik koper sedangnya.
"Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumsalam." Balas sang Mama yang keluar dari dapur "Loh, loh—kok bawa koper? Mau kemana? Badra mana kok nggak ikut, Ni?" Tanya beruntun sang Mama
"Dinas keluar kota." Jawab singkat Gania
"Oh—eh tapi tumben, kamu nginep biasanya juga berani di rumah sendiri." Tanya sang Mama lagi
"Lagi males di rumah sendiri, Ma—udah ya, Gania capek sama pusing banget, mau istirahat bentar." Ijin Gania sebelum sang Mama kembali bertanya
"Ck, yaudah, sana!"
Gania meletakkan kopernya di dekat lemari bajunya. Badannya lelah, pikirannya pun juga lelah. Sebenernya Gania juga tak tega meninggalkan Badra namun ini patut ia lakukan, ia butuh sendiri, ia butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Ia memilih mengistirahatkan tubuh dan pikirannya tak ingin memikirkan hal-hal yang akan membuat kepalanya hampir pecah.
Gania terbangun dari tidurnya karena merasakan guncangan di badannya, saat ia mulai membuka mata ia melihat sang keponakan sedang memeluknya dengan senang, moodnya sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Nay?" Panggil Gania
"Ante Nia, pulang Nay seneng, Nay kangen ante Nia." Celoteh gadis kecil itu
"Ihhh—masak sihh, sini cium tante dulu." Naya memajukan badannya dan mencium Gania dengan senang hati
"Ante nggak akan kemana-mana lagi kan? Ante Nia disini telus kan?" Tanya Naya lagi
Gania menggeleng kencang. "Nggak dong, tante disini sama Nay, nanti malem bobok sama tante ya." Ajak Gania dan gadis kecil itu bersorak senang
Saat keduanya sedang asik bersorak, pintu kamar Gania terbuka memperlihatkan sang Mama yang sepertinya membawa sesuatu.
"Badra abis telfon nanyain kamu, jujur sama Mama, kalian sedang berantem kan?" To the point Ellie
Gania mengangguk lemah. "Iya, Ma."
"Naya, mandi dulu ya Nak, minta Mbak Ira buat mandiin Naya dulu ya, Uti mau ada bicara sama tante." Pinta Ellie pada cucunya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU DALAM HATI (SELESAI)
Romance(21+) Terjebak di usia rawan dan sudah pantas untuk segera menikah, Gania Vandella harus selalu di hadapkan dengan berbagai kosakata indah yang memohok hatinya. Namun, Gania tetaplah Gania masa bodoh adalah nama tengahnya tak perduli berapa pun oran...