33. Sahabat

67 7 0
                                    

Bagian Tiga puluh Tiga

Semenjak kejadian itu, Jasmin berusaha mati-matian untuk menghindari Ankara, sebisa mungkin ia mempersempit peluang untuk bertemu dengan Ankara.
Padahal kejadian itu sudah tiga hari yang lalu, namun masih saja membekas di ingatannya. Akibat kejadian itu Jasmin juga sering melamun, tak jarang temannya sering memergoki ia yang sedang melamun.

Selama tiga hari berturut-turut Ankara berusaha mencari kesempatan untuk bertemu dengan Jasmin, namun Jasmin menghindarinya. Jasmin juga sering mendapatkan pemberian dari Ankara yang diberikan melalui temannya dan juga Sticky Notes yang berisi permintaan maaf yang terkadang tertempel di loker hingga dimeja tulisnya.

"Jas." Tepukan dibahu kanan membuyarkan dari lamunannya, dan menghempaskan dirinya pada kenyataan saat ini.

Jasmin mendongak. "Aa-ah ya? Kenapa?" tanya Jasmin.

"Mau ikut ke kantin? Lo akhir-akhir ini suka ngelamun," ucap Mauryn.

"Gua dikelas aja, bawa bekal kok."

Mauryn mengangguk. "Yaudah kalo gitu kita duluan ya," ucap Mauryn.

Hanna sudah memanggil Mauryn didepan kelas untuk ke kantin, sebelum Mauryn menghampiri Hanna. Mauryn menyempatkan berbisik ditelinga Jasmin, "kalo kangen, samperin orangnya. Masalah Hanna gampang biar gua atur, lo gak usah takut."

"Apa sih. nggak," elak Jasmin.

Belum sempat Mauryn menyahut, suara Hanna memanggilnya.

"MAURYN AYO KE KANTIN, GUA LAPER. CACING DIPERUT GUA UDAH BERTRANSFORMASI JADI NAGA."

Suara cempreng milik Hanna dari depan kelas, membuat mereka berlonjak kaget. "Udah sono ke kantin, sebelum sekolah ini roboh," ucap Jasmin.

Mauryn pun menghampiri Hanna, ia menyempatkan mengedipkan sebelah matanya. Setelah Mauryn sudah tidak terlihat, Jasmin pun membaca novel yang dipinjam nya dari perpustakaan minggu lalu. Saat sedang membaca novel dengan saksama.

Sebuah suara memanggilnya. "Jas?" panggil Fira teman sekelasnya.

Jasmin mendongak. "Kenapa, Fir?" tanya Jasmin. Fira memberikan roti dan susu kepada Jasmin.

Jasmin mengernyit bingung. "Apaan nih?"

"Tadi ada yang nitip, katanya disuruh kasih ke lo."

"Siapa?" tanya Jasmin.

"Anak ips, kayanya dia yang suka bareng lo deh," ucap Fira.

"Oh, yaudah kalo gitu makasih ya." Fira pun mengangguk dan berjalan menuju ke mejanya.

Jasmin menutup novel nya dan menaruhnya dibawah meja, ia menimbang-nimbang apakah ia akan memakan atau membuang nya, tapi mubazir jika ia buang. Akhirnya ia memutuskan untuk memakan makanan pemberian dari Ankara.

***

Bunyi bel pertanda bahwa istirahat telah selesai, teman-teman kelasnya masuk kedalam kelas. Elvan memberitahu, bahwa guru yang mengajar berhalangan hadir maka kelas mereka free. Mereka sekelas bersorak riang, namun kembali kecewa karena diberikan tugas. Mauryn menghampiri Jasmin yang sedang membaca novelnya.

"Jas anterin gua ke kamar mandi," ucap Mauryn. Jasmin mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya.

Disepanjang jalan mereka hanya diam, hingga Mauryn membawa nya ke taman dan mendudukan dirinya.

Jasmin menoleh, "Kok kesini?"

Mauryn cengengesan. "Mau nyari udara segar, sumpek dikelas mulu."

"Gimana udah lo pertimbangin?" sambung Mauryn.

Jasmin mendongak. "Apaan?" tanya Jasmin tak mengerti.

Mauryn berdecak kesal. "Ish itu loh, saran gua."

Jasmin meliriknya sekilas, "Gua udah maafin dia, tapi buat kaya dulu lagi gua gak bisa dengan kita kaya gini gak akan menyakiti siapapun."

Jasmin menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan. Jasmin kembali melanjutkan, "Mungkini ini yang terbaik."

"Terbaik buat siapa Jas? Gua tau lo sayang dia, dan dia pun begitu. Semuanya pantas mendapatkan kesempatan, jangan nyiksa diri lo Jas. Gua tau lo gak pengen kaya gini, gua lebih suka lo yang dulu. Meski lo bilang, lo selalu bilang baik-baik aja tapi hati lo berkata sebaliknya."

Mata Jasmin memanas, ia menundukan kepalanya dan meremas jemarinya.

"Gg-ua jug---" Mauryn membawanya kedalam pelukan dan mengusap bahunya lembut.

"Gak pa-pa keluarin aja."

Kristal-kristal bening membasahi pipinya, bahunya gemetar. Jasmin terisak, sementara Mauryn menenangkan. Setelah Jasmin cukup lega, ia melepaskan pelukannya dan mengusap pipinya.

Jasmin mengulas senyum. "Makasih Ryn."

Mauryn menepuk lengannya kemudian ia berucap, "sama-sama, yang perlu lo tau. Gua selalu mendukung lo kalo itu buat lo bahagia karena itu tugasnya sahabat, Balik lagi ke kelas yuk. Takut dicariin,"

Mereka berdua beranjak dari duduknya dan meninggalkan taman menuju kelas.

Bersambung.

Ankara [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang