Mobil warna hitam dilajukan Fariz di jalanan kota. Malam ini, dengan disaksikan rembulan yang terang pertemuan dua keluarga akan terjadi. Pertemuan yang dapat dianggap sakral bagi Fariz. Di depan toko buku yang tak jauh dari kafe, Fariz memakirkan mobilnya. Bukan tanpa sebab, melihat tempat parkir kafe telah disesaki oleh kendaraan-kendaraan manusia yang hendak melewati malam mereka di tempat itu. Fariz dan ibunya membuka seatbelt lalu turun dari mobil.
"Buk, kita parkir di sini gak masalah, kan?" tanya Fariz.
"Nggak, masalah kok, Nak. Oh, ya ingat, kamu harus sopan sama keluarganya Pak Broto. Tunjukkan bahwa kamu adalah pemuda yang baik," ucap Bu Arini. Fariz hanya tersenyum mendengar keinginan ibunya itu.
Lampu lampu indah bergelantungan di atas. Deretan lilin disusun begitu rapi dan menakjubkan. Makanan dan minuman yang berada di atas meja pun tak kalah menakjubkannya.
"Selamat datang di Kafe Victoria, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan kafe.
Bu Arini dan Fariz saling menatap tanda terkejut.
"Begini, kami di sini diundang oleh keluarga Pak Subroto Wirawan," jawab Bu Arini.
"Sebentar, saya tanyakan dulu ke rekan saya," balas pelayan tersebut.
Pelayan itupun berjalan menghampiri rekannya yang berada di meja resepsionis. Tak butuh waktu lama pelayan tersebut kembali mendatangi Bu Arini dan Fariz.
"Begini, Pak Subroto sudah memesan sebuah meja untuk bapak dan ibu. Mari saya tunjukkan," kata pelayan.
Di lantai atas meja pertemuan itu berada. Setelah pelayan tersebut meninggakan Fariz dan ibunya, perasaan Fariz tak karuan. Sebentar lagi, Fariz akan melihat perempuan yang digadang-gadang akan menjadi istrinya. Di lain sisi, ternyata Pak Broto sudah melihat kehadiran mereka.
"Bu Arini," sapa Pak Broto sambil melambaikan tangan. Lambaian itu dibalas Bu Arini dengan senyuman.
"Ayo, Nak. Kita ke sana," ucap Bu Arini sembari menarik tangan Fariz.
Sebuah meja kotak berukuran 3 x 4 m menjadi saksi bisu pertemuan ini. Meja yang telah dipenuhi makanan dan minuman yang mewah nan lezat menjadi gairah tersendiri bagi perut Fariz. Tapi tunggu! Dimana perempuan itu? Mengapa hanya ada Pak Broto dan Bu Broto?
"Silakan duduk," kata Bu Broto mempersilakan Fariz dan ibunya.
"Terima kasih, ngomong-ngomong putrinya mana?" tanya Bu Arini.
"Baru saja, putri kami tadi pamit ke kamar kecil," sahut Pak Broto.
Sesuatu melintas di benak Fariz. Rasanya, bukan hanya dia yang sedang gugup. Perempuan itu juga.
"Ah, itu putri kami sudah datang," ucap Bu Broto girang.
Desiran napas Fariz semakin kencang. Bagaimana wajah perempuan itu? Bagaimana tabiatnya? Ah, sudahlah. Perempuan itu kini sudah terduduk di kursinya, tepat di hadapan Fariz. Fariz yang sedari tadi menundukkan kepala tak kuasa untuk mengangkatnya. Kepalanya menjadi kaku.
"Fariz, ayo lihat wajah dia!" perintah Bu Arini.
"I... Iya Bu," balas Fariz.
Dengan sekuat tenaga, Fariz mengangkat kepalanya. Setelah kepalanya terangkat, betapa tercengangnya Fariz melihat wajah perempuan itu. Perempuan itu adalah....
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Siapa tak kenal Subroto Wirawan, pengusaha jasa pengiriman barang yang bernama,"Antar Barang Dengan Hati Expresss."
Usaha Pak Subroto tergolong sukses. Kini beliau sudah memiliki beberapa cabang di berbagai kota. Berkat kesuksesannya ini, tak khayal banyak masyarakat yang menyoroti gaya hidup Pak Subroto. Diketahui Pak Broto memiliki dua orang putri. Namun Pak Broto selalu menutupi identitas kedua putrinya tersebut. Beliau tidak mau anaknya disorot oleh media massa yang hendak memberitakan mereka. Kedua putri Pak Broto pun jarang berada di rumah. Selama bertahun-tahun kedua anaknya tinggal dan menempuh pendidikan di Jerman bersama tante mereka. Kini, kedua anak Pak Broto dikabarkan telah pulang dari negara Nazi tersebut.
Belum selesai membaca artikel menarik dari koran tersebut, Fariz malah melipatnya. Mungkin karena gambaran isi artikel itu sudah berhasil ditangkap oleh otaknya.
"Tok tok tok." suara pintu diketuk.
"Masuk!" ucap Fariz.
Seorang perempuan berambut panjang dengan sedikit semir bewarna cokelat di rambutnya membuka pintu dan langsung menghampiri Fariz.
"Selamat siang, Pak. Saya ingin melaporkan surat permohonan resign beberapa pegawai," ucap perempuan itu sembari menyodorkan map warna merah.
Dengan wajah tidak menyangka, Fariz menarik map itu lebih dekat padanya. Dibukanya cover map. Matanya bergerak ke kanan kiri.
"Karena gaji yang tidak sesuai. Cihh, kantor ini baru dibuka. Kerja mereka juga belum ada dua bulan. Ya sudah, Jessi. Sekarang kamu buat lowongan pekerjaan. Nanti pelamarnya kamu interview sendiri, ya. Cari yang mau bekerja dengan hati."
"Tapi, Pak. Apa tidak sebaiknya...."
"Saya harus jemput ibu saya di supermarket. Tolong kamu urus masalah karyawan itu," ucap Fariz terburu-buru.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN, YA. ❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pencuri
RomanceBerkisah tentang perjuangan perempuan bernama Sandra Rastanty untuk mendapatkan cinta Fariz. Memiliki paras cantik dan sifat yang humoris ternyata belum mampu meluluhkan hati pemuda tersebut. Akankah Sandra mendapatkan hati Fariz?