Hari Kelam.

35 4 0
                                    

Beberapa hari ini Raka tidak bertemu dengan Nadin. Dia hanya mampu memikirkannya tanpa berani mengunjungi rumahnya. Seperti biasa jika Raka memikirkan seseorang, dia hanya termangu di dalam kelas. Hanya teman sebangkunya yang berani mengganggu Raka, selain Deni tak ada yang berani menyadarkan singa yang sedang melayangkan pikirannya.

"Rak, punya rokok engga?" Teriak Deni yang mengintip dari luar jendela.

Raka melirik tajam Deni yang berada di depan kelas, "Di ruang TU ada pengeras suara, Den. Kenapa engga minta rokok dari sana aja. Biar semua orang tahu kalo gue sering ngerokok di sekolah," hardik Raka.

Deni melangkah masuk ke dalam kelas, duduk di atas meja berhadapan dengan Raka. "Emang ada yang belum tahu ya, kalo lo sering ngerokok di sekolah?" Deni tertawa kecil. Dibalas dengan senyum kecut oleh Raka.

"Lo kenapa sih, Rak, diem aja?" Tanya Deni.

Raka masih dengan pulpen di tangan yang sedang diputar-putarnya, "Engga apa-apa," Jawab singkat Raka.

Dari luar kelas terdengar teriakan histeris pria-pria yang sering dilakukan ketika ada seorang wanita cantik lewat di hadapan mereka. Deni yang penasaran siapa yang sedang lewat, tergesa-gesa keluar kelas sampai sempat terjatuh lebih dahulu sebelum sampai di mulut pintu kelas. Deni yang berpenampilan hampir sama dengan Raka, menggambarkan murid yang tak taat aturan sekolah pun ikut berteriak histeris.

Selang beberapa detik Deni menyuruh mereka yang di luar kelasa untuk diam. berbicara tanpa Raka tahu siapa lawan bicaranya. Deni masuk kembali ke dalam kelas, duduk di samping Raka yang masih dengan lamunannya. Deni berbisik bahwa wanita yang ada di depan kelas mencari Raka.

Raka menyipitkan matanya saat Deni berbisik, "Siapa?" Tanya Raka.

"Yang gue tahu, dia itu anak kelas satu, Rak."

"Suruh masuk aja,"

"Serius lo?" Deni mencoba meyakinkan Raka.

Raka menatap Deni. Dilanjut dengan senyum takut yang keluar dari mulut Deni, membuatnya kembali keluar dan menyuruh wanita yang mencari Raka masuk ke dalam kelas. Raka tak mengenal yang katanya adik kelas ini.

Wanita itu melambai kepada Raka yang mentapnya sinis. Namun wanita itu lebih berani dari Deni, ketika Raka menatap dia melangkah perlahan seakan hati-hati untuk mendekati Raka.

"Hai, Kak?" Wanita itu kembali tersenyum.

Akhirnya suasanya mencair saat Raka mengubah cara duduknya dan membalas senyum wanita yang sedang ada di hadapannya.

"Lo nyari gue? Ada apa?" Tanya ramah Raka.

Wanita itu terus mengalihkan pandangannya ketika Raka menatap matanya dalam-dalam untuk bertanya.

Wanita itu menundukkan pandangannya, "Emm.. ini, Kak. Aku mau bilang makasih, karena waktu itu Kakak udah nolongin saya dari Dio,"

"Oh itu. Iya sama-sama," Raka mencoba menggali memori itu dari dalam kepalanya.

"Ini Kak, tanda terima kasih aku," Wanita yang Raka belum tahu namanya itu memberikan sebuah coklat yang sudah diikat pita merah untuk menghiasi.

Raka mengambil coklat itu. Tiba-tiba wanita berbalik sampai Raka hanya bisa melihat punggungnya. Namun di pertengahan jalan untuk keluar kelas, dia berhenti dan menoleh kembali.

"Oh iya, Kak. Nama aku Widya." Widya menundukkan kepalanya, untuk memperkenalkan diri.

Lepas dari perkenal singkat itu Widya keluar kelas tanpa kata-kata lagi. Raka hanya tersenyum geli melihat tingkah yang dipertunjukkan Widya di depannya. Sorak-sorak menggoda terdengar kembali di depan kelas tatkala Widya berjalan menuju kelasnya. Disambung dengan tepuk tangan Deni yang masuk ke dalam kelas melukiskan wajah menggoda untuk Raka.

Cerita BahagiaWhere stories live. Discover now