♡♡♡♡
"Langit! Berhenti!" teriak Senja saat ia melihat Langit terus menerus memukuli Galaksi.
Saat Senja ingin pergi ke gudang sekolah untuk mengambil sapu, tiba-tiba saja ia mendengar suara ribut-ribut di belakang gudang sekolah. Tentunya, Senja penasaran. Ia kemudian pergi ke belakang gudang sekolah. Wanita itu sangat terkejut saat ia mendapati Langit sedang memukuli Galaksi tanpa henti.
Langit dan Galaksi langsung mengarahkan pandangannya kepada Senja saat wanita itu berteriak. Langit menatap Senja dengan tatapan dinginnya. Beberapa detik setelahnya, lelaki itu kemudian memutuskan kontak matanya dari Senja dan kembali menatap Galaksi dengan tatapan tajam.
Dengan emosi yang masih tersisa, Langit kembali melayangkan pukulannya kepada Galaksi. Tetapi, Senja menggagalkan rencananya. Wanita itu menahan tangan langit yang tadinya hendak memukul wajah Galaksi yang sudah dipenuhi oleh banyak luka lebam. Langit kemudian kembali menatap Senja dengan tatapan datarnya. Sedangkan Senja, ia menatap Langit dengan wajah memelas. Seakan, Senja tidak ingin Langit menyakiti Galaksi lebih jauh lagi.
Mengerti dengan ekspresi wajah Senja yang seperti itu, Langit kemudian melepaskan cengkramannya pada kerah baju milik Galaksi dengan kasar. Sedetik setelahnya, ia kemudian menggenggam tangan Senja dan membawanya pergi dari sana meninggalkan Galaksi.
"L-lo mau bawa gue ke mana?" tanya Senja heran sembari memandangi tangannya yang kini tengah digenggam oleh Langit.
Bukannya menjawab, Langit hanya diam sembari terus menarik Senja agar ikut dengannya.
Setelah sekian lama mereka berdua berjalan, akhirnya, mereka berdua sampai di kelasnya Langit.
"Langit, lo ngapain bawa gue ke kelas lo?" heran Senja.
"Liat kolong meja gue," jawab Langit dengan wajah datarnya.
"K-kenapa? Ada apa sama kolong meja lo?" tanya Senja lagi.
Langit kemudian memutar kedua bola matanya malas. Lelaki itu lalu memasukkan tangannya ke dalam kolong meja. Ia mengeluarkan beberapa coklat dan surat-surat yang berada pada kolong meja miliknya, lalu menyimpannya di atas meja yang berada tepat di hadapan Senja.
"Ini semua lo yang simpen, kan?" tanya Langit datar.
Senja tentunya kaget saat Langit mengatakan hal itu kepadanya. Ia bingung harus menjawab apa. Karena memang benar, yang menyimpan coklat-coklat di kolong meja milik Langit itu adalah dirinya. Senja suka kepada Langit. Oleh karena itu, ia menjadi pengagum rahasia Langit selama beberapa hari terakhir ini.
Wanita itu kemudian sedikit menundukkan kepalanya.
"I-iya, itu ... itu ... gue yang simpen, Lang," ujar Senja.
"Lo suka sama gue?" tanya Langit sembari menatap kedua mata milik Senja. Wanita itu kemudian mengangguk pelan.
Langit sadar bahwa Senja suka kepadanya dari surat-surat misterius yang Senja tulis untuk Langit. Awalnya, Langit juga tidak tahu siapa yang mengirim coklat dan surat-surat itu. Tetapi, saat Langit berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya, ia tanpa sengaja melihat Senja menyelinap masuk ke dalam kelasnya dan kemudian meletakkan beberapa coklat dan surat pada kolong meja milik Langit.
"Jangan terlalu banyak berharap sama gue. Jangan pernah suka sama gue. Kalo lo suka sama gue, itu cuman bakalan nyakitin hati lo doang. Gue bukan orang baik," ucap Langit yang masih menatap Senja dengan tatapan datarnya.
Mendengar hal itu, Senja kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Enggak, Lang. Lo baik, makannya gue suka sama lo. Gue juga gak tau kenapa gue bisa suka sama lo. Yang jelas, gue selalu ngerasa nyaman saat gue ada di deket lo," tutur Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit, Biru dan Angkasa
Teen Fiction"Orang bilang, cinta itu adalah sahabat. Berarti, lo cinta gue dong, Bi?" tanya Langit kepada Biru. Perkataan Langit barusan membuat kedua orang yang sedang bersamanya itu menatap ke arahnya. "Kalo cinta itu adalah sahabat, berarti, gue harus milih...