The Alter 6 : pertemuan kembali

29 12 3
                                    

Pagi hari, masih di mansion yang sama. Putri membuka pintu kamar Yuuto, ada Mii juga di sana.

"Ohayou." kata Putri sambil tersenyum.

"Ohayou hime," balas Yuuto sambil tiduran dan mendengarkan lagu, tak lupa dia juga menggunakan penutup mata, bukan untuk tidur tapi hanya untuk menghayati lagu dan mendapatkan ketenangan. Putri melangkah, hingga duduk di atas kasut, samping Mii.

"Yuuto-nii terlihat sangat menyebalkan ketika marah, tapi disisi lain dia terlihat tampan ketika sedang tenang begitu," ujar Mii, entah apa yang merasuki gadis itu. Tiba-tiba memuji kakaknya. Putri tertawa kering.

"Ahaha, ya. dia memang mahkluk tampan, dingin, tapi sangat menyebalkann."

Putri terus memperhatikan Yuuto. Pemuda berambut biru yang sedang tenang-tenangnya itu jadi merasa terganggu. Yuuto pun membuka penutup matanya, menyorot mata Putri dengan tatapan dingin.

"Hee begitu rupanya." seringai Yuuto, agak mengerikan memang. Walaupun dia sudah terbiasa mengeluarkan senyum smirknya.

"Yahh tapi kau itu tsundere," seloroh Putri.

"Aku tak begitu."

Yuuto memalingkan wajahnya, tak suka disebut begitu.
"Kau begitu Yuuto."

"Tidak," balas Yuuto, lebih dingin.

"Ahh iya-iya, aku menyerah. Lihat, rambutmu sudah berubah sebagian,"

Sebulir keringat dingin hayalan terjun dari pelipis gadis itu, sedangkan Mii menahan tawa, kedua orang dihadapannya memang kadang kelihatan sangat cocok, andai mereka peka saja. Dan, ya, rambut Yuuto telah berubah sebagian menjadi warna putih yang menandakan kalau dia sudah kesal dan marah, ciri khas seorang alter ego. Yuuto paling tidak suka disebut tsundere.

"Jaa aku mau keluar dulu ada yang mau ku kenalkan pada kalian," lanjut gadis bersurai coklat tersebut.

"Baiklah" kata Mii. Belakangan, ini Putri sering sekali keluar mansion. Tapi dia dan kakaknya enggan beranggapan yang aneh-aneh.

•°•°•°•°

Putri mendongakkan wajahnya ke atas pohon. Dia sebenarnya agak ragu, untuk naik menemui Meimi dan Yukito, namun dia sudah terlanjur menaiki tangga, hingga-

"Jangan katakan pada mereka."

"Tapi Yuki, mungkin mereka bisa membantu."

"Masalah ini belum selesai, dan kita justru sudah melibatkan banyak orang. Dan kau ingin menambah masalahnya lagi?"

"Tapi ... hiks, kalau begini terus-"

"Mei, dengarkan aku."

Gadis berambut cokelat itu mematung. Apa kedua orang yang tinggal di rumah pohonnya itu sedang bertengkar? apa yang harus dia lakukan, ketika terdengar isakan kecil dari mulut Meimi? Putri menunggu jawaban berikutnya, Yukito seolah akan bicara lagi.

"Setidaknya, tidak akan ada orang yang dikorbankan lagi."

"Lalu bagaimana dengan dirimu Yukito?"

Sunyi ... ini gawat. Putri kembali turun ke bawah sebelum benar-benar sampai di atas. Dia berdiri di sana, seolah-olah baru datang, dan tidak mendengarkan percakapan itu. Gadis penyuka hal-hal imut tersebut menarik napas, ini satu-satunya cara menghentikan perdebatan itu sebelum benar-benar serius.

"Mei, apa kau didalam?!" teriak Putri memanggil. Cukup lama dia menunggu, hatinya gundah, apa yang terjadi di atas sana? tiba-tiba pikiran Putri teralih, dengan satu kata yang termasuk dalam percakapan tadi. 'Dikorbankan'. Apa maksud dari kata itu? Putri sendiri tidak tahu.

          

"Ya, ada apa? naiklah."

Ajakan Meimi membuyarkan lamunan Putri, gadis yang mengajaknya untuk naik itu tersenyum lembut, berbeda dengan intonasi suaranya beberapa saat lalu- serasa tertekan.

"Tidak, aku hanya mau mengenalkan kalian pada Yuuto dan Mii, di mansion." kata Putri berterusterang. Sedari awal dia menahan diri untuk tidak bertanya.

"Ahh ya Natsu kemana?" lanjut Putri.

"Aku tidak tahu, dia pagi-pagi sekali pergi, entah mau kemana." Putri manggut-manggut, sudah tak heran dengan Natsu- dia memang tidak bisa diam.

"Ya sudah, kalau begitu kalian saja dulu yang aku kenalkan pada Yuuto dan Mii."

"Yaa oke."

Mei tersenyum senang, karena mungkin akan mendapatkan teman baru yang bisa di percaya. Di tambah orang-orang itu adalah orang yang telah membantu mereka. Yukito ikut, dia mendengar percakapan tadi. Lantas turun ke bawah, disertai wajah datar pastinya.

+++++@++++

"Yuuto, Mii, ayo kemari. Ada orang yang mau aku kenalkan."

Mii dan Yuuto segera turun ke lantai bawah, ketika Putri memanggil. Kakak beradik itu agak terkejut, nyatanya, mereka mengenal kedua orang yang kini menjadi tamu di mansion tersebut.

"Iya-iya tadi kan kau sudah bilang Put," ujar Mii, yang muncul sambil berlari dari lantai dua. Sedangkan yuuto berjalan dengan santai tak lupa juga dengan aura dingin yang terpancar dari dirinya. Yuuto dan Mii pun duduk di ruang tamu.

"Jaa silahkan duduk."

Yukito dan Meimi duduk.

"Terimakasih," senyum Mei.

"Nee ,Yuuto, Mii perkenalkan ini mei dan itu yuki" kata Putri.

"Mei, Yuki perkenalkan itu Mii yang perempuan, pastinya kalian sudah tau dan laki-laki dingin dan menyebalkan itu Yuuto," lanjut Putri.

Yuuto menghela napas, itu sudah kesekian kalinya Putri menyebut dia dingin dan menyebalkan. Apakah benar dia seperti itu? pemuda bermata biru tersebut mengabaikannya saja, dia lebih tertarik memandangi tamu mereka. Terutama Yukito, sahabat lamanya, entah mengapa pemuda tersebut diam saja, seolah mereka tidak saling kenal.

"Ha- halo, aku Mei," sapa Meimi gugup. Sedangkan Yukito tetap diam dan tenang tanpa sepatah katapun, sebenarnya dia sedikit kaget, namun dengan wajah datar tentunya, melihat Yuuto dan Mii yang putri kenal memang benar orang yang mereka cari selama ini.

"Ara-ara rupanya kalian yang akan di kenalkan Putri pada kami, ku kira siapa, kalau begitu perkenalkan namaku Mii," kata Mii sedikit tak peduli. Sedangkan Yuuto ekspresi nya mungkin terlihat biasa saja dan dingin namun dalam hati kecil nya dia terperangah, tidak percaya akhirnya dia bertemu teman lama nya yang sekian lama ia cari.

"Ya memangnya siapa lagi sihh" kata Putri dengan cuek.

"Nee, Put, jadi laki-laki itu yang kau bilang Yuuto?" tanya Mei.

"Yaa dia Yuuto, kakak nya Mii," kata Putri.

"Dia sangat keren yaa," kata Mei sedikit kagum.

"Mei kau tidak salah mengatakan dia keren? Dia itu tidak sekeren itu tahu," kata Putri.

"Dia keren, keren sekali, dia datang untuk membebaskan Yukito waktu itu, tapi sayang sekali, Natsu mengerjainya ehehe."

Wajah Yuuto memanas, dia memalingkan wajahnya. Kenapa pula Meimi harus mengingatkan mereka akan kejadian itu. Memalukan.

"Eh? sungguh? Ahahahaha ... memang dasar. Tapi dia tidak sekeren Yukito kau tahu?"

Antara tidak peduli atau memang sifatnya pendiam, Yukito tidak menanggapi sama sekali. Hanya mengangkat kedua alisnya.

The AlterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang