Sejak kejadian foto Revan dan Varel pagi itu, semua siswa mulai menjodoh-jodohkan mereka. Fanbase mereka kini sudah memiliki followers paling banyak seantero sekolah. Isi dari fanbase itu juga banyak tentang hal-hal yang berhubungan dengan Revan dan Varel. Ada yang membuat cerita fiksi tentang mereka, ada juga yang mengedit foto mereka berdua seolah-olah sedang bersama. Pokoknya banyak yang menjadi shipper mereka di SMA Bangsa.
Pagi ini Varel masih menjadi Varel yang pada umumnya. Setelah turun dari mobil, ia langsung jalan menuju kelasnya. Banyak yang sudah mulai memotoinya. Risih? Sebenarnya iya. Tapi, apa boleh buat. Varel ke sekolah ingin menuntut ilmu, bukan hal lain.
Tiba-tiba, seseorang mencolek bahunya. Membuat Varel mendadak menoleh kebelakang dan mendapati Yulia. Gadis itu tersenyum padanya. Banyak gadis-gadis yang ingin seperti Yulia. Dekat dan kompak dengan Varel. Padahal gampang jika ingin dekat dengan Varel. Mereka saja yang terlalu over.
"Makin ganteng aja," puji Yulia.
Varel gak menjawabnya. Ia hanya tersenyum lalu lanjut jalan.
"Rel!" panggil Yulia.
"Hm."
"Lo kenapa sih hemat banget ngomong?"
"Maksudnya?"
"Yaa... Lo ngomong seperlunya aja gitu. Kok lo bisa tahan sih?"
"Apasih Yul, gajelas."
Yulia tak kehabisan kata. Dia hanya bisa mengembuskan nafasnya.
"Ada ya manusia kayak dia ini? Heran!" gumam Yulia.
Varel mendengarnya, tapi dia mengabaikannya. Menurutnya, dia sama seperti manusia lainnya. Kalau ngomong ya ngomong. Kalau diam ya diam. Kalau di sapa ya nyaut. Gak ada bedanya.
Tiba-tiba, seseorang gadis menghambat jalan Varel dan Yulia. Bisa dilihat dari gaya pakaiannya, dia adalah anak kelas X.
"Kak," sapa anak itu.
Varel melihat nametag yang ada di bajunya. Tertulis Bunga Putri Sari disana.
"Ya?" tanya Varel.
"Ini untuk kakak," Bunga memberijan sebuah cokelat pada Varel.
Varel melihatnya. Ia menatap Yulia lalu melihat cokelat itu lagi. Ia mengambil dengan perlahan sambil tersenyum kikuk.
Setelah cokelat itu diterima oleg Varel, Bunga langsung tersenyum girang. Ia langsung histeris dan melompat-lompat di depan Varel. Varel melihat itu dan terheran-heran.
"Maaf kak, permisi aku ke kelas dulu."
"I... Iya," jawab terbata.
Varel melihat kepergian Bunga sampai akhirnya gadis itu sudah menghilang. Ditangannya masih ada cokelat milik bunga. Ia menatap Yulia. Kemudian menatao cokelat itu lagi.
"Lo mau?" tanya Varel.
"Maulah gila!"
"Nih!" Varel memberikannya ke Yulia.
"Makasih Varel sayang, love you muaaaachhh!!" Yulia memberikan flying kiss ke Varel.
Tanpa menggubrisnya, Varel lanjut jalan menuju kelasnya. Kelakuan anak SMA Bangsa membuat Varel menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Jam pelajaran dimulai. Varel dengan santai memerhatikan Bu Nisah menjelaskan tentang Undang-Undang Dasar 1945. Pada sata itu juga pelajaran terhenti karena kedatangan seorang kepala sekolah ke dalam kelas mereka.
"Maaf bu, mengganggu waktunya," ujar pak kepala sekolah yang sering dipanggil dengan Pak Anwar.
"Silahkan pak."
"Varel Putra Anggara?" panggil Pak Anwar.
Dengan ragu, Varel mengangkat tangannya.
"Saya pak."
"Kemari, ikut bapak."
Varel hanya mengangguk lalu langsung berdiri. Sebelumnya, ia menatap Yulia terlebih dahulu. Gadis itu hanya memberikan semangat. Sementara Varel gak tau apa yang terjadi.
"Maaf bu, saya pinjam Varelnya dulu."
"Ya pak gakpapa, silahkan."
Pak Anwar dan Varel pun keluar kelas. Mereka kini menuju ruang kepala sekolah.
Sesampainya di ruangan kepala sekolah, Varel terkejut karena keberadaan siswa lain di sana. Bukan. Dia bukan kaget karena hal lain. Tapi, dia kaget karena orang itu adalah Revano. Pak Anwar mempersilahkan Varel duduk di samping Revano.
"Maksud bapak memanggil kamu, karena kamu jadi anggota olimpiade di bidang Fisika."
Varel mengernyitkan dahinya. Ia berpikir sejenak. Lalu kemudian berani mengeluarkan argumennya.
"Tapi pak, saya kan tidak mendaftar untuk menjadi anggota olimpiade?"
Revano menatap Varel dengam terkejut. Kenapa anak ini? Biasanya, siswa-siswa akan senang kalau terpilih sebagai anggota olimpiade. Tapi, dia sendiri menolak.
"Iya, tapi nilai kamu sangat memungkinkan untuk ikut. Jadi bapak yakin kamu bisa mewakili SMA Bangsa."
"Bukannya Bara ya pak, diakan mendaftar jadi anggota olimpiade dibidang fisika?"
"Bara dipindahkan dibidang kimia. Karena nilainya lebih mengarah ke kimia."
Bara adalah siswa berprestasi juga. Nilainya dibidang kimia juga sangat baik.
Karena penjelasan Pak Anwar, Varel akhirnya tak bisa berkata apa-apa. Ia akhirnya menyetujui keputusan Pak Anwar. Untuk Revan, ia menjadi anggota olimpiade di bidang olahraga yaitu basket. Apalagi itu memang bidangnya Revan.
***
Varel kini duduk di kantin bersama Yulia. Mereka berdua sedang menikmati makanan yang mereka pesan. Sembari melihat ponselnya, Yulia mencolek Varel. Menunjukkan ponselnya. Varel yang tidak begitu penasaran pun melihat ponsel Yulia.
"Apa?" tanya Varel.
"Gosip tentang lo sama Revan udah menjadi perbincangan sekolah."
"Trus?"
"Ck! Dahlah! Capek gue ngomong sama orang yang irit pulsa!"
Varel mengernyitkan dahinya. Ia kebingungan dengan kata-kata yang diucapkan Yulia barusan. Apaan irit pulsa? Varel aja gak pernah ngisi pulsa.
"Heran ya gue sama siswa di sini, segala cowok sama cowok dijodohin."
"Ehm," Varel tetap menikmati makanannya.
"Lo gak risih?" tanya Yulia.
"Enggak."
"Kok bisa sih?"
"Gak tau."
"Rel?"
"Hm."
"Lo manusia bukan sih?"
"Manusia."
"Serah!" Yulia lanjut menikmati makanannya.
Varel yang sedang menikmati makananya tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah kertas yang diserahkan di depanya. Dilihat tangan orang yang menyerahkan itu lalu melihat wajah si pemberi. Dia adalah Revan.
"Apa?" tanya Varel.
"Dari Pak Ardito!" jawab Revan singkat.
Varel meletakkan sendoknya lalu mengambil kertas-kertas itu. Dilihatnya isinya tentang soal-soal olimpiade. Kemudian meletakkannya ke atas meja.
"Makasih," ucap Varel.
Revan tetap berdiri di sana menatap Varel yang masih santai melanjutkan makannya. Merasa masih ditunggu, Varel melirik lagi ke arah Revan.
"Apa?" tanya Varel.
Revan hanya memberikan senyum miring lalu meninggalkan Varel dan Yulia di sana. Varel sama sekali tak mengerti maksud pria itu. Dia tadi memberikan soal-soal olimpiade. Ketika soalnya diterima dan Varel udah bilang makasih, Revan masih seperti mengharapkan sesuatu. Varel tak paham.
Ponsel Yulia berbunyi tanda notifikasi baru. Yulia melihatnya lalu membukanya. Ia kembali mencolek Varel lalu menunjukkan ponselnya. Di sana ada foto nya dengan Revan yang sedang saling tatap-tatapan lagi. Bisa dilihat, foto itu masih baru. Dan kejadiannya barusan. Varel melihat caption nya.
"Sebentar lagi kapal kalem bakal berlayar"
Varel yang tidak terlalu mengerti maksudnya kembali mengabaikannya. Apa maksudnya kapal? Sementara di foto itu tak ada kapal. Sungguh, siswa SMA Bangsa sedikit gila.
Varel mulai tak mengerti maksud dari semua ini. Intinya, ia mulai diganggu dengan fanbase Revarel 4 love. Apa yang siswa SMA Bangsa inginkan darinya? Apa tidak cukup dengan 1 fanbase saja? Kenapa harus ada fanbase baru yang mana tentang dirinya dan Revan. Kenapa harus Revan. Pria itu juga sama sekali tak tertarik di mata Varel.
Revarel 4 Love posted a new pic!
............
4/26/20