02. Aku Melihatmu

23.9K 2.5K 197
                                    

Jangan lupa pencet bintang🌟

Warning! Psycho is here!

Happy Reading

PRANGG!!!

Gelas yang terletak di atas meja terlempar begitu saja ke lantai. Pecahan kaca dari gelas itu berhasil melukai kaki wanita yang tak jauh dari meja. Dia terkejut, jantungnya semakin berdetak kencang. Tubuhnya lemas dan bibir keringnya bergetar ketakutan.

"Kenzie?"suaranya bergetar. Dia tau siapa laki-laki yang ada di hadapannya ini. Anak tirinya yang sudah lama menghilang.

Kenzie membuka masker yang sedari tadi dipakainya. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman remeh,"akhirnya kau mengenaliku juga, apa kau terkejut?"

"Ken, i-ibu bisa jelaskan."

"TUTUP MULUT BUSUKMU ITU!" teriak Kenzie seraya menodongkan pisau tajam ke leher wanita yang merupakan ibu tirinya.

"Sudah terlambat untuk kau menjelaskan semua itu. Dan sekarang biarkan aku melakukan hal yang tidak bisa kulakukan dulu," bisiknya yang terdengar seperti ancaman.

Kenzie mengeluarkan tali dan mengikat ibu tirinya itu pada kaki meja. Wanita itu shock dan mencoba memberontak tapi semuanya sia-sia. Dimatanya saat ini Kenzie lebih terlihat seperti seorang... iblis.

"Ken, lepas! arghh!" wanita itu menjerit kesakitan saat Kenzie menggoreskan benda tajam itu ke pipinya.

Jeritan kesakitan yang nyaring menggema di seluruh ruangan. Kenzie tersenyum puas, ini semua... sangat menyenangkan. Ibu tirinya menggeleng saat Kenzie kembali menodongkan pisaunya," ini untuk mulut busukmu itu."

Seakan tuli, Kenzie tidak menghiraukan ketika wanita itu memintanya untuk berhenti. Dia kembali mengarahkan benda tajam itu ke pipi sebelah kiri wanita itu. Dia mengarahkan ujung pisaunya secara vertikal dari bawah mata hingga dagu. Cairan merah kental memenuhi tangannya yang berbalut sarung tangan.

Kenzie mencengkram keras dagu wanita itu," kau tau? Darahmu sangat menjijikkan, bahkan anjing pun tak ingin menjilatnya."

Kenzie berdiri. Dia berjalan mengambil sesuatu, garam dan segelas air. Kemudian, kembali ke hadapan wanita itu. Dia berjongkok,"biar kubersihkan wajahmu itu. Bagaimana? Aku baik bukan?"

Kenzie mencampurkan garam ke dalam segelas air yang diambilnya tadi. Dia memasukkan tangannya ke dalam air itu lalu berniat mengusapkannya pada wanita yang telah ia cap sebagai mangsa. Wanita itu menggeleng," jangan Ken."

"Kenapa? Aku ingin berbuat baik kepadamu," ucapnya murung.

Gila!

Tangan Kenzie hampir saja menyentuh wajah wanita itu, namun pergerakannya berhenti dan-

Byurr

Wanita itu memejamkan matanya merasakan perihnya air garam itu saat mengenai luka yang ada di wajahnya. Sungguh, dari pada seperti ini ia lebih memilih untuk segera dibunuh.

"Kau pikir aku akan membiarkan kau mati dengan mudah? Mimpi saja sana!"

Bibir wanita itu tidak bisa terbuka lagi. Terlalu sakit jika dia bersuara saat mulutnya sudah robek. Matanya terpejam merapalkan doa agar Kenzie segera membunuhnya.

"Oh, ayolah, mana ekspresi bahagiamu itu saat menyaksikanku terkurung hah?" Wajah Kenzie murung, ekspresi yang sengaja dibuat.

Kenzie meraih tangan wanita itu lalu memaksanya mengenggam pisau tersebut," ayo kita akhiri ini."

Kenzie menarik kasar rambut wanita itu lalu berbisik" aku HIDUP. Pengganggu MA-TI."

"Say 'hi' to hell," senyuman Kenzie semakin melebar.

"ARGHH!!!"

****

Kenzie melenggang pergi keluar dari dapur. Darah segar menitik ke lantai dari pisau yang digenggamnya. Senyumanya merekah mengingat mahakarya yang baru saja dibuatnya. Jeritan kesakitan dan wajah ketakutan itu...,sangat menyenangkan.

"Bang Ken?" Anak laki-laki yang lebih muda darinya terkejut dengan keberadaan Kenzie di rumahnya.

"Halo... adik?" Kenzie sedikit memiringkan kepalanya lalu tersenyum.

"Apa yang...," sang adik melirik pisau yang berada digenggaman Kenzie.

Kenzie melangkah mendekati sang adik lalu berbisik," berani membuka suara, maka kau yang selanjutnya."

Setelahnya Kenzie pergi meninggalkan sang adik yang mematung di tempat.

****

"Hati-hati di jalan," Hana melambaikan tangan pada pasiennya yang bernama Nia. Gadis remaja usia enam belas tahun itu tengah digandeng oleh seseorang. Mereka nampak seumuran. Hari ini, Lucky mengantarkan Nia untuk berkonsultasi dengan Hana.

"Oh, ya, aku lupa sesuatu," Nia kembali berbalik badan menatap Hana seakan hendak memberitahukan sesuatu.

"Apa?" Hana memperhatikan Nia yang seolah-olah sedang berpikir.

"Jangan datang ke warung depan sana pada jam dua belas malam, ya, kak."

Mendengar itu, Hana melirik sekitar. Hening dan sepi. Dia sedikit menggeser tubuhnya mendekat ke arah Nia," kenapa? Ada hantu ya?"

Nia menoleh," gak ada kok. Aku cuman mau ngasih tau kalau jam segitu warungnya udah tutup."

Wajah Hana yang mulanya nampak penasaran berubah menjadi datar. Dia menghirup nafas dalam. Apa yang baru saja dilakukannya?

"Huft, yaudah. Nia pulang ya, ini udah larut malam," ujar Hana lembut pada gadis itu.

"Ayo," ajak Lucky pada Nia. Laki-laki itu berpamitan pada Hana.

Akhirnya dua orang itu pergi. Hana memejamkan matanya sebentar, dia seketika tersenyum miris. Tidak ada banyak hal yang bisa dilakukannya untuk mereka yang datang kepadanya. Mereka yang datang ke kliniknya itu tidak gila. Kata itu terlalu tidak manusiawi untuk seorang manusia. Mereka hanyalah orang-orang dengan mental yang berbeda. Seorang manusia yang membutuhkan uluran tangan untuk menariknya dari lubang kegelapan. Tidak ada orang gila di dunia ini. Mereka...hanya berbeda.

Tanpa Hana sadari, dari ujung jalan ada sepasang mata yang memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi. Maniknya menatap dalam ekspresi yang ditampilkan Hana. Dia tersenyum miring,"bunuh."

****

Gimana? B aja ya?
Iyalah aku masih harus banyak belajar. So, i need you're comment and vote

See you~

Follow juga ya aku di ig
@Rekim13

My Psychopath Patient (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang