Chapter 15

272 6 1
                                    

Jacob tersenyum tipis saat mendengar penjelasan Fernan. "Kau terlalu bodoh. Jika aku menjadi Annya sudah pasti aku akan menjauhi mu, coba kau bayangkan memperkenalkan seorang wanita hanya karna tidak ingin dijodohkan?"

"Tapi aku juga menyukainya" balas Fernan.

"Dasar manusia kutub, jika kau menyukainya kenapa tidak terus terang saja? Apa kau tidak memikirkan perasaanya Annya?" ucap Liam.

Fernan mengangkat alisnya. "Apa maksudmu?"

"Kau memperkenalkan Annya sebagai kekasihmu hanya karna kau tidak ingin dijodohkan. Wanita mana yang tidak sakit hati jika diperlakukan seperti itu?" jelas Jacob. Liam mengangguk membenarkan ucapan Jacob.

"Damn it! Mengapa aku tidak memikirkan hal itu" desis Fernan. Sekarang peluang ia untuk mendapatkan Annya semakin menipis.

"Kau terlalu bodoh" ucap Jacob dan Liam secara bersamaan.

Fernan menatap kedua sahabatnya. "Lalu aku harus bagaimana?"

"Minta maaf, jika perlu beri tahu saja tentang perasaanmu" ucap Liam.

"Bagaimana bisa aku meminta maaf? Sedangkan dia menjauhiku" balas Fernan.

"Beri dia waktu dude, biarkan dia tenang" timpal Jacob.

"Baiklah" ucap Fernan. Terdengar lagu intentions yang berasal dari ponsel milik Jacob.

"Sebentar" Jacob mengangkat ponselnya lalu berjalan sedikit menjauh dari Fernan dan Liam.

"Halo" ucap Jacob.

"Apa kau sudah bertemu denganya?" tanya seseorang kepada jacob.

"Ya, kebetulan dia melamar kerja dicafeku"

"Awasi dia dan jaga dia dari jauh"

"Pasti karna dia sangat berharga bagiku"

Jacob pun mematikan ponselnya.

"Siapa?" tanya Liam.

Jacob kembali ke tempat duduknya. "Kau tidak perlu tau"

Liam mendengus kesal. "Ada apa kalian ke sini?" tanya Fernan.

"Hanya ingin berkumpul" balas Liam.

"Hanya itu?" tanya Fernan. Liam dan Jacob mengangguk.

Fernan mendengus kesal. "Lebih baik kalian pergi, aku ingin menenangkan fikiranku"

"Kau mengusir kami?! Sungguh tega" ucap Liam dengan nada suara yang dibuat-buat.

Tak tak

Fernan dan Jacob memukul kepala Liam. "Dasar tidak waras"

🍁🍁🍁

Hari demi hari berlalu, semakin kesini Annya semakin menjauh dari Fernan. Hal tersebut membuat Fernan pusing.

Setiap Fernan ingin berbicara Annya selalu saja beralasan, setiap Fernan datang ke apertement Annya ia selalu tidak ada disana.

Disisi lain, Annya baru saja keluar dari minimarket sambil menenteng dua plastik berisikan kebutuhan bulanannya.

Annya pun menunggu bus dihalte yang berada didekat minimarket.

Tanpa Annya sadari ada sepasang mata yang menatap Annya dari kejauhan.

"Bos aku sudah melihatnya, ia baru saja berbelanja" ucap seseorang pria berpakaian serba hitam.

"Jalankan tugasmu. Tapi ingat jangan sampai dia terluka" ucap seseorang yang dipanggil Bos tersebut.

"Tentu saja" pria tersebut pun mematikan ponselnya dan melakukan tugasnya. Ia pun berjalan mengendap-ngendap ke arah Annya.

Annya sedang asik memainkan ponselnya, sampai sebuah tangan kekar menutup mulutnya menggunakan sapu tangan yang telah diberi obat bius.

Seketika Annya pun pingsan, pria berpakaian hitam tersebut melambaikan tangan. Tidak lama kemudian, sebuah mobil berhenti dihadapan mereka.

"Ayo bantu aku" ucap pria tersebut kepada anak buahnya yang berada didalam mobil.

"Kita bawa dia ke bos" mobil tersebut melaju menuju tempat bos mereka.

Tidak lama kemudian, mobil tersebut telah sampai disebuah rumah mewah. Dan terdapat seseorang laki-laki yang menunggu kedatangan mereka.

"Apa kau melukainya?"

"Tentu saja tidak bos" ucap pria tersebut.

"Bos" tersebut memberikan amplop cokelat kepada pria tersebut dan menggendong Annya.

"Terima kasih bos" Pria yang dipanggil bos tersebut mengangguk dan membawa Annya masuk ke dalam rumah mewah tersebut menuju kamarnya.

Dengan pelan pria itu membaringkan Annya diatas ranjang. Dan menatap wajah manis Annya.

"Maafkan aku harus menculikmu, itu salahmu sendiri mengapa kau terus menghindar dariku" lirih pria itu sambil merapikan anak rambut Annya.

Pria tersebut adalah Fernan. Fernan tidak memiliki cara lain selain menculik Annya, terdengar gila memang dan beruntungnya kedua orangtua Fernan sedang pergi ke Jepang. Jadi tidak ada yang mengetahui hal ini.

.

.

.

.

.

Danger BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang