Ini masih tentang kenangan ya...
Saat itu, aku lagi diem di koridor sendirian. Terus, ada adik kelas yang nyamperin.
"Kakak aku boleh kenalan gak?". Itulah yang adik kelas itu katakan.
Terus, aku setuju-setuju aja lah.
Akhirnya, kita pun kenalan. Dan ternyata, namanya itu adalah Clarisa Luna Lavender.
"Emm.. kakak manggil kamu Luna aja gapapa kan?". Tanya Alin pada Luna.
"Boleh kok kak, boleh banget malah". Jawab Luna.
Dan gak lama dari itu, adik aku, Ali, dia tiba-tiba nyamperin.
"Eh kak, boleh minjem uang bentar gak? buat bayar uang kas". Ujar Ali sambil cengegesan.
Terus aku kasih uang jajan aku ke Ali.
"Ehh li, emang uang Ali kemana?". Tanyaku.
"Gak ada kembalian kak". Jawab Ali.
Entah kenapa, pas aku liat wajahnya Luna, wajahnya itu langsung merah-merah gimana gituh.
"Ya udah kak, syukron yah". Ujar Ali lalu kembali ke kelasnya.
"Emm, kak Alin". Ujar Luna.
"Iya Lun?". Tanyaku heran, karena wajah Luna memerah dan ia terus menunduk.
"Jadi, kakak itu kakak kandungnya Ali yah?". Tiba-tiba Luna nanya kaya gitu.
"Iyaa.. Luna suka yah sama adik kakak?". Akh to the point aja yah kan, aku langsung nanya gitu sama Luna.
Dan ternyata, dia ngangguk.
"Tapi kak Alin jangan bilang ke Ali nya ya. Luna gak mau Ali tau kalau Luna suka sama Ali". Ujar Luna yang wajahnya sudah sangat merah.
"Aduh hihi.. iya iya Lun, tenang aja.. insyaa Allah kakak gak akan bilang sama Ali kok". Ujarku sambil menepuk-nepuk pundak Luna.
Entah kenapa, dari situ, aku langsung dekat sama Luna. Selain itu, aku sendiri juga keceplosan nyebutin nama orang yang aku suka.
Dan siapa sangka? ternyata Zaran itu kakaknya Luna.
***
Di kelas 9 ini, banyak sekali kegiatan. Mungkin karena terlalu lelah, kondisi kesehatan Alin jadi menurun.
Alin punya penyakit maag. Selain itu, kepala belakangnya sering terasa sakit. Namun, meski begitu Alin tetap mengikuti eskul Marching Band.
Suatu hari, Marching Band dari pesantren itu akan mengikuti kejuaraan di tingkat nasional. Alin sebenarnya tidak mau mengikuti lomba tersebut, namun pelatihnya sendiri yang langsung menyuruhnya.
Akhirnya, karena Alin ingin menghargai pelatihnya, ia pun menyetujui itu. Sedangkan Ali? Ali itu sama sekali tidak berminat mengikuti eskul semacam Marching Band, dia lebih aktif dalam kegiatan yang lainnya, asal bukan Marching Band.
Suatu hari, Alin bersembunyi di bawah kolong meja karena kepalanya terasa sangat sakit.
"Lin, ente kenapa?". Tanya Zaran yang mulai khawatir.
"Gapapa ran, cuma sedikit sakit aja". Ujar Alin.
"Jangan ikut lomba Marching Band lin, kalau kondisi kamu kaya gitu". Tiba-tiba Zahra juga ada di situ.
"Engga kok, gapapa, aku gapapa". Hanya itu yang Alin katakan.
***
"Zahra bener juga. Seharusnya aku gak usah maksain diri, mungkin aku bilang aja sama pelatih". Suara Hati Alin berkata.
Namun, baru saja ia hendak mengatakan bagaimana kondisinya pada pelatihnya, Alin mendengar ada beberapa teman Marching Band nya yang dimarahi gara-gara mengundurkan diri dari lomba.
Alin jadi tidak enak, ia pun bertemu dengan Nurul.
"Ehh Alin, udah lama kita gak ketemu". Sapa Nurul pada Alin.
"Ehh Nurul, iyaa yah". Jawab Alin dengan sedikit kaku.
"Alin lagi ada masalah yah?". Tanya Nurul memastikan.
Bagaimanapun juga, Nurul adalah sahabatnya, Alin pun menceritakan semuanya.
***
Di saat hari latihan
"Ya Allah... Kepala Alin sakit banget". Suara hati Alin berkata.
Namun, Alin tetap mengikuti latihan. Karena teman-temannya selalu menegurnya.
Teman-teman satu tim nya mengira bahwa Alin itu selalu malas-malasan. Padahal, tidak ada yang tau kalau Alin itu sedang menyembunyikan rasa sakit.
"Alin, serius donk..."
"Lin, fokus, jangan ngelamun terus..."
"Aliana, kamu dari tadi salah ketukan terus, serius donk jangan main-main, fokus..."
Itulah yang ia dengar. Namun, Alin tidak menggubrisnya, karena ia hanya menahan sakit kepalanya juga maag nya yang kambuh saat itu.
Hingga akhirnya, tibalah waktu istirahat dan shalat ashar. Alin pun shalat di masjid, dan ia bertemu dengan Elsa.
Kak Elsa terus menanyakan kondisi Alin karna ia memang terlihat sangat lemas.
Akhirnya, Alin pun menceritakan bagaimana kondisinya.
Elsa ikut kesal mendengar bahwa teman-teman nya Alin itu tidak ada satupun yang sadar bahwa wajah Alin sangat pucat.
Lalu, Elsa menyuruh Alin untuk tidur di atas baju gamisnya.
Elsa pun mengelus-ngelus kepala Alin sehingga Alin merasa sangat tenang.
"Ya Allah... Jika Engkau akan menjemput hamba. Maka jemputlah hamba dalam keadaan sedang beribadah kepada-MU atau ketika hamba sedang mengingat-MU"
The Sound Of My Heart
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of My Heart
Short StoryEkspresi ku bisa ku sembunyikan, perkataanku bisa aku sembunyikan, namun ketika suara hatiku berkata bahkan berteriak, gurat matalah yang tidak bisa disembunyikan.