Kamu tahu tidak? Bahkan milyaran bintang yang ada di langit, tak bisa mengalahkan binar cahaya indah yang terdapat pada kornea matamu. Didalamnya, aku dapat menemukan galaksi miliku sendiri,
yang kuberi nama
'Lovesius'-Athalla Melody Haersa
**********
"I'm so sick of this fake love~ fake love~"
Athalla sedang menyiram tanaman di kebun kecil yang terletak di belakang rumahnya sembari bersenandung, sesekali menghirup udara sejuk pagi ini. Lumayan, membuat rilex paru-paru dan juga otaknya.
"I wanna be a go--"
"THA MASIH LAMA GA SIH?"
Athalla tak menghiraukan panggilan tersebut, ia terus bersenandung dan melanjutkan kegiatannya.
"Love you so bad, love you so--"
"WOY SOSIBUK AMAT NENEK CENTONG."
Setan.
"GALIAT GUE LAGI NYIRAM?!!" Cerca Athalla dengan wajah keki, melirik tepat pada ayunan kayu dimana Arsa baru saja duduk. Sedangkan cowok itu tertawa, meminum jus-nya yang tinggal setengah. Sedari pagi si dugong jadi-jadian ini sudah berada dirumah Athalla, berdalih untuk menjemputnya latihan pensi.
Heleh, ngomong aja mau numpang makan.
"Lagian dipanggil diem mulu."
"Mau banget ya gue notis?" Athalla membenarkan selang air yang terlipat, lalu melanjutkan kembali aktivitas menyiramnya.
"Gue bantuin dah, gabut nih."
"Gausah, lo bukannya bantuin nanti malah bikin taneman Mama gue berenang."
Athalla mematikan kran air lalu menggulung selangnya, menempatkan benda itu ke tempat semula. Athalla beranjak duduk disamping Arsa, menyenderkan tubuhnya pada ayunan kayu, sembari menatap langit cerah yang bersih tanpa awan sedikitpun.
"Sa."
Arsa menoleh, memperhatikan wajah Athalla dari samping, "Apa?"
"Lo, pernah ngerasain jatuh cinta ga?"
Dalam beberapa detik, hanya keheningan yang terjadi. Namun setelahnya Arsa mengikuti gaya duduk Athalla, ikut menengadahkan kepalanya ke arah langit. Kakinya bergerak mendorong ayunan dengan perlahan.
"Gue manusia normal, ya pernah dong."
"Gimana rasanya?"
"Lo akan ngerasa bahagia cuma karena denger namanya doang, lo juga akan selalu nyaman ketika ada disampingnya, selalu mikirin keadaan dia gimana, dan lo akan selalu seneng sama hal-hal kecil yang dia perbuat, ngerasa rindu banget kalo jauhan, bucin deh pokoknya."
Athalla hanya menggumam kecil.
"Dan satu hal lagi."
Athalla menoleh, memperhatikan apa yang Arsa lakukan, tangan cowok itu bergerak menyentuh dada bidangnya, lalu tersenyum tipis.
"Disini, lo bisa ngerasain detak jantung lo yang menggila setiap kali berdekatan dengannya."
Athalla sempat tertegun, tak ayal Arsa yang melihat itupun menarik senyumnya semakin lebar, namun terkesan mengejek, "Kenapa tiba-tiba nanya kaya gitu? lagi jatuh cinta ya?"
Athalla tersentak, refleks menganggukan kepalanya dengan cepat, "Iya."
Jawaban Athalla sukses membuat Arsa menegakkan tubuh seketika, diikuti tatapan penuh keingin tahuan yang sangat kentara, "Sama siapa Tha?"
"JUNGKOOK HEHEHE." Athalla tertawa girang, langsung membuat Arsa berdecak kesal.
"Yeuu bangsat, kenapa ga sekalian ajak nikah aja Oppa lo itu?"
"Can't rellate!! dia katedral, gue istiqlal, ga halal. Lagian, dia mana mau sama kentang kaya gue?" Athalla mendengus kasar, lalu mengubah posisi duduknya menjadi bersila.
"Yaudah, kalo gitu nikah sama gue aja, dijamin 100% halal." cowok itu mengedip-ngedipkan sebelah matanya genit. Membuat Athalla menatapnya horor, namun detik berikutnya Athalla mengubah raut wajah menjadi datar, tangan gadis itu bergerak menjambak rambut Arsa kencang.
"Muka gue keliatan peduli ga?"
"Engga sih." Arsa meringis, mengusap kepala bagian atasnya yang terasa perih,
Athalla merotasikan bola mata, selanjutnya gadis dengan rambut cepol itu bangkit dari ayunan, membuat Arsa sedikit oleng. Athalla melangkahkan kaki kedalam rumah, meninggalkan Arsa sendiran.
"Tha, mau kemana?" Teriak Arsa.
"Mandi."
Arsa bertepuk tangan dengan antusias, "GUE IKUT YA?"
"MAU MATI LO?!!!"
********
Milo sedang berusaha menyisir surai hitam legam miliknya sembari melihat pantulan dirinya dicermin. Tapi kemudian mendengus kasar, mau bagaimanapun dirinya tak bisa menyisir dengan rapih, serapih jika Athalla yang melakukan.
Milo masih menatap cermin yang ada dihadapan. Milo bingung, belakangan ini dirinya mudah sekali dilanda kelelahan, itulah sebab belakangan ini Milo sering absen latihan basket. Milo juga selalu teringat akan hal yang membuat hatinya gundah, lebih mengarah ke perasaan takut sebenarnya.
Dan Milo, ingin memastikan hal itu hari ini juga.
Milo beranjak mengambil Hoddie iron-man kesayangannya, menyambar kunci mobil yang tergantung di belakang pintu lalu menuruni tangga dengan tergesa menuju pintu utama.
Setelahnya, Milo bergegas menuju rumah besar yang berada tepat disamping rumahnya, membuka gerbang, dan langsung masuk begitu saja.
"Assalamualaikum."
Tak ada sahutan, Milo terus melangkahkan kaki kedalam, menyusuri ruang tamu dan ruang keluarga, namun tak menemukan atensi gadis manis itu dimanapun.
Mungkin didalam kamar.
Saat akan menaiki tangga, Milo dikejutkan dengan suara orang yang sedang bercengkrama dari arah dapur. Tanpa basa-basi Milo langsung mendekat,