Semoga sesuai dengan ekspetasi kalian ya.
Selamat memabaca!
*****
"Gimana skripsi lo, lancar?" pemuda berstatus mahasiswa itu bertanya pada teman seperjuangannya.
"Hm," dengan memakan baksonya laki-laki tersebut hanya berdehem. Menjawab pertanyaan teman 1 kelasnya tersebut.
Kantin masih sepi karena junior mereka masih melakukan belajar mengajar mereka, sedangkan mereka hanya tinggal menunggu sidang. Setelah itu wisuda, dapatlah mereka gelar sarjana.
"Ray, ada Loli thu mau kesini," Almeer Sarfraz Faizan, teman kelas Ray menunjuk gadis yang cukup populer di kampus mereka.
Sudah bukan rahasia lagi jika Loli menyukai Ray sejak masuk kampus, namun sayang sekali Ray tidak tertarik sedikitpun padanya.
Loli duduk tepat dikursi kosong disamping Ray, meletakan tas jinjing yang berisi laptop dan skripsi nya.
"Hai Ray," sapa Loli ramah pada Ray, percayalah Ray bahkan tak memandang sedikitpun ke arahnya.
"Gue gak disapa nih Li?" Fraz pun sudah tau jika Loli sangat menyukai teman kutub nya tersebut.
"Oh, hai Fraz" sapa Loli pada Fraz hanya sekedar basa-basi semata,"Ray gimana skirpsi kamu, lancar?" Loli memperhatikan Ray yang tengah memakan baksonya.
Ray tetap diam tanpa menoleh pada gadis disamping nya, Fraz nampak menahan tawanya melihat Loli yang menahan rasa kesalnya.
"Ray masa dosen pem-"
"Fraz, cabut" Ray beranjak keluar dari kantin, Fraz meledakan tawanya sebelum meninggalkan kantin karena melihat wajah Loli yang kesal.
"Apa gue bilang, mending sama Abang Fraz neng, Abang Ray gak bakal buka hati buat lo," diakhir dengan kedipan manja dari Fraz lalu menyusul Ray.
"Awas aj Ray, aku bakal buat kamu berlutut mencintaiku," ucap Loli penuh dengan ambisinya.
Diparkiran Ray menuju mobilnya, diikuti Fraz yang setia membuntut bak anak kucing dengan induknya, saat Ray akan menutup pintu mobilnya Fraz terlihat nyengir dan menggaruk belakang telinganya.
"Naik," titah Ray, selama duduk dibangku kuliah Ray mengenal Fraz, dan sangat tau kebiasaan Fraz saat ingin nebeng padanya.
"Peka banget si Abang,entar berhenti dibengkel biasanya ya" dengan wajah bahagia Fraz membuka pintu belakang penumpang, kenapa tidak disamping Ray?
Karena pernah saat pertama kali dia nebeng sama Ray, dia duduk disamping Ray dan berhasil mendapat bogeman mentah dari Ray, alasanya sangat membuat Fraz tercengang
"Kursi ini hanya milik gadis gue, gak ada siapapun yang berhak duduk disamping gue selain dia," Ray lebih memilih dianggap sopir daripada ada yang duduk di kursi sampingnya.
Karena hal itu Fraz cari aman dan duduk dibelakang, dengan leluasa dan membuka aplikasi gamenya. Ray pun menjalankan mobilnya.
Setelah menempuh 15 menit perjalanan Ray menurunkan Fraz dibengkel tempat dia bekerja, Fraz bekerja disana. Bukan karena untuk mendapatkan uang, bahkan Ray tau Fraz adalah anak rekan bisnis Ayahnya yang masuk dalam keluarga menengah atas, alasan dia bekerja hanya ingin menyalurkan Hobinya saja.
"Makasih Ray," Fraz keluar dan membungkuk disamping mobil bagian depan,"Gak mampir dulu?" Fraz menatap Ray dari kaca mobil yang diturunkan.
"Gue harus ke kantor," Ray membunyikan klakson lalu pergi dari dari hadapan Fraz.
"Seberapa hebat pengaruh gadis yang bikin lo segila ini sih Ray, padahal gadis itu udah tenang disana," Fraz bermonolog menatap kepergian Ray.
*****
Dikantor Ray menatap semua berkas laporan para karyawan yang harus di tanda tangani, jasnya sudah terlepas dari tubuhnya menyisakan kemeja putih dengan dasi yang melonggar dan 2 kancing atas yang terlepas.
Sudah pukul 9 malam, Ray masih dikantor mengerjakan semua pekerjaannya, beginilah Ray jika sudah dihadapan dokumen-dokumennya, sang penggila kerja.
Ray menyandarkan tubuhnya dikursi kebesarannya, meregangkan ototnya yang sudah kaku karena terlalu lama duduk, dilepas pula kaca mata yang dipakainya.
Cairan merah keluar dari hidungnya, Ray mengambil tisu lalu mengelap darah mimisannya.
"Selalu seperti ini," tubuhnya memberi alarm jika sekarang waktunya untuk dia beristirahat.
Dibuang tisu ditempat sampah, lalu mengambil jasnya dan keluar dari ruangannya, masih ada beberapa karyawan yang ada disana, sepertinya mereka lembur.
Ray masuk kedalam mobilnya, matanya menatap foto yang ada didasbord mobilnya.
"Aku sedang sakit, kau tak ingin mengobatiku hmm?" lagi dan lagi, Ray mengeluarkan semua keluh kesahnya pada foto gadisnya.
Dia tak pernah mengeluh pada siapapun, bahkan kepada keluarganya pun dia tak pernah mengeluh dan mengeluarkan apa yang dia rasa.
"Besok aku ada sidang skripsi, apa kau tau aku sangat gugup sebenarnya," Ray terkekeh dengan foto yang ada ditangannya.
"Penguji dan ketua sidang nya galak, menyeramkan, dan terlalu banyak bertanya, aku tidak menyukainya," Ray mengeluarkan semua apa yang dia pendam akhir-akhir ini.
"Besok aku akan menemuimu, kau ingin kubawakan bunga apa?"
"Mawar putih?" dia memang gila karena berbicara dengan benda mati ditangannya,"Baiklah aku akan membawa mawar putih untukmu besok, tenang disana sayang, Rayhan mencintaimu," Ray mencium foto ditangannya, lalu pulang menuju apartemennya, besok dia akan menghadapi hari yang sangat melelahkan.
*****
Akhirnya seorang Rayhan Dirgantara dapat bernafas dengan lega setelah menghadapi sidang yang luar biasa panjang.
"Selamat bro, sarjana juga lo akhirnya," Fraz memeluk Ray ala pria, dibalas Ray dengan menepuk pundak Fraz.
"Lo kapan?" Ray bertanya pada Fraz, sebab jadwal sidang mereka tidak sama.
"Gue minggu depan, awas kaga nemenin gue lo, ketua sidang gue si ketua jurusan kita, sama dosen yang kumis nya udah kayak tanduk kerbau," Fraz saja membayangkan bergidik ngeri.
Ray pun mendapat banyak ucapan selamat dan juga buket, coklat, dan surat dari para penggemarnya. Sampai Fraz kuwalahan membawa semua hadiah itu.
"Selamat ya Ray, akhirnya perjuangan kamu berbuah manis, terlebih kamu mendapat camlude," Loli berdiri didepan Ray, dengan wajah kemayunya.
"Hm," sudah dikatakan Ray bahkan tidak tertarik sedikitpun pada gadis didepannya.
"Ini hadiah buat kamu," Loli memberikan paper bag yang didalamnya Ray pun tak tau,"Terim-" tangan Ray tertahan karena mendengar suara seseorang yang amat familiar ditelinganya.
Ray melihat orang tersebut berlari kearahnya dengan membawa buket yang amat sangat aneh.
"RAY" orang tersebut menubruk tubuh Ray, dan hampir membuat Ray terjungkal jika dia tidak siap menangkap tubuh orang tersebut.