BAB 45

1.1K 115 17
                                    

Note : Jangan lupa vote dan komentar kalian 🧐🧐🧐

   Suasana pasar terlihat begitu ramai, para pedagang sedang berada pada lapak mereka masing-masing. Rumah makan terlihat penuh, banyak orang yang juga sedang beristirahat makan siang. 

   Lux, Villian, dan Mirza sedang berjalan santai. Mereka sesekali tertawa dan berhenti pada lapak para pedagang, tidak ada orang yang berani menghalangi jalan mereka, bahkan semua orang dengan sengaja menyingkirkan diri dari jalanan.

   Mereka lebih memilih berjalan di belakang rombongan Lux dan Mirza, ada pula yang menatap dari sisi jalan. Memang, pakaian yang menempel pada tubuh Lux terlihat sangat berbeda. Menarik perhatian, apalagi gadis itu memiliki kecantikan yang sungguh luar biasa.

   “Kenapa mereka bersikap tak biasa?” tanya Lux yang sejak tadi merasa risi. Ia jelas merasa jika dirinya menjadi pusat perhatian, apa yang salah? Ia juga manusia biasa.

   “Ibu terlalu cantik, wajar saja jika semua orang memerhatikan Ibu.” Villian tak heran, ia juga mendengar jelas bisik-bisik masyarakat yang ada di tempat itu.

   Lux mengalihkan perhatiannya, ia menatap sekitar dan memang banyak orang yang tersenyum sambil menatapnya. “Mungkin karena Ibu mengenakan pakaian yang cukup terbuka.”

   Mirza segera melepas jubah yang ia kenakan, pria itu menghampiri Lux dan memasang jubah itu pada tubuh Lux. Ia menatap Lux yang terlihat cukup kaget, entah kenapa gadisnya bertambah manis.

   Jubah dengan warna putih gading itu terasa begitu lembut, panjangnya saat berada di tubuh Lux sampai menyeret tanah. Lux mencium aroma pada jubah itu, begitu wangi.

   Villian mengulum senyum. “Ayah, sekarang semakin banyak yang memerhatikan Ibu.”

   Mirza menatap sekitar, saat itu pula ia melihat semua orang menundukkan kepala. “Apa kalian tidak punya pekerjaan lain?”

   Semua orang segera membubarkan diri, mereka terlihat salah tingkah. Tetapi, meski begitu masih ada yang mencuri pandang pada Lux.

   “Mirza, mereka mempunyai hak untuk berkumpul dan menatap apa yang ingin mereka lihat.” Lux menatap Mirza, ia bisa melihat jika pria itu menahan rasa jengkel.

   “Melihat tidaklah salah, tetapi mereka memandangi gadisku dengan tatapan penuh cinta.”

   “Akan lebih buruk jika mereka menatapku penuh benci,” balas Lux.

   Mirza ingin sekali membungkam bibir Lux dengan bibirnya. Ia menahan rasa gemas saat bertatap langsung dengan gadis pujaannya itu.

   “Lux, ah ... aku tak akan bicara lagi.” Mirza membuang muka, ia tak bisa mengatakan apa pun lagi sekarang.

   “Apa lidahmu mendadak lumpuh?” tanya Lux.

   “Lupakan,” balas Mirza malas.

   “Ibu, Ayah sedang cemburu.”

   Mirza segera mengalihkan perhatiannya, ia tersenyum dengan ucapan Villian. Anak itu begitu pintar, menggemaskan, dan tentu sangat mengerti dirinya.

   Villian tertawa kecil saat Mirza menatapnya, ia merasa nyaman dengan pria itu.

   Lux menatap keduanya, ia menatap sekitar dan melihat rumah makan yang tidak memiliki pengunjung. Gadis itu segera meraih tangan Villian, ia tak peduli pada Mirza yang masih berdiam diri pada tempatnya.

   “Villian, apa kau lapar?” tanya Lux saat mereka menyeberang jalan.

   “Ya. Apa Ibu juga lapar?” tanya Villian.

The Lady And Kings Of PirateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang