part 43

14 2 0
                                    


+++

Hara pulang dengan keadaan kacau balau pada pukul 23:20, membuat Tania yang sejak awal menunggu dirinya diruang keluarga dibuat terkejut ketika melihat keadaan putrinya.

Gadis itu bak mayat hidup, tubuhnya basah kuyup dengan wajah pucat dan kedua mata sembab hingga bengkak, tangan dan bibirnya bergetar, begitu kedinginan sampai dibuat menggigil.

Sungguh pemandangan yang mengiris hati.

"Hara? Kamu kenapa sayang, dari mana aja? Kenapa baru pulang jam segini?" Tania memboyong Hara dengan semua pertanyaan, menatap putri satu-satunya itu khawatir.

Dengan gelengan Hara memberikan respond, tatapan matanya kosong menyorot lantai, melihat itu Tania tak dapat membendung tangisnya, bahkan terlihat luka dipelipis gadis itu, apa yang baru saja terjadi?

Mendengar ribut-ribut, Raka dan Saga ikut turun dan menyaksikan semuanya, mereka saling menatap untuk sejenak hingga Raka menghampiri adik kecilnya terlebih dahulu disusul Saga dibelakangnya.

"Har, bilang. Siapa yang bikin lo kayak gini? Kenapa akhir-akhir ini lo sering nangis?" Itu Raka.

Mendengat pertanyaan sang anak pertama, Tania kembali dibuat terkejut.

"Sering nangis? Emang iya Har kamu sering nangis?"

Bukan jawaban yang mereka dapatkan, melainkan isakan yang membuat Raka spontan menarik adik kecilnya itu kedalam dekapan, memberikan dadanya sebagai sandaran tidak peduli dengan bajunya yang ikut basah karena Hara, untuk yang kedua kalinya.

Tania hendak kembali bicara, namun dengan cepat Saga mencegah dan ketika sang mama menatapnya laki-laki itu menggeleng lemah.

"Biar Hara tenang dulu mah, baru kita tanyain apa yang terjadi."

Tania mengangguk samar, kemudian kembali menatap anak gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Bahkan hanya dengan mendengar isakannya saja mereka dapat merasakan kepiluan yang Hara terima.

Tania menyarankan untuk membawa Hara kekamarnya dan Raka dengan cepat menggengdong tubuh rapuh itu ala bridal style menuju lantai atas.

Kedua kakak itu pun keluar dari kamar ketika sang mama mengatakan ingin mengganti pakaian dan membersihkan tubuh Hara.

Setelah semuanya selesai, Tania mengambil tempat duduk disisi ranjang bersama Hara yang berbaring diatasnya masih dengan isakan.

"Apa yang terjadi sayang? Kenapa kamu bisa kayak gini?"

"Sa-sakit mah, Ha-hara benci mereka."

Tania mengangguk meskipun tidak tau siapa yang Hara maksud namun wanita itu memutuskan untuk menghentikan pertanyaannya, ia lebih mementingkan ketenangan anak gadisnya, dan akan berusaha sekuat tenaga agar keceriaan Hara kembali dengan cepat, dan akan mencari tau kembali nanti.

Setelah menenangkan gadis itu dan menidurkannya, Tania keluar dari kamar dan mendapati kedua putranya berdiri disana dengan ekspresi tak kalah khawatir.

"Gimana mah?" Tanya Saga membuka percakapan.

Tania menggeleng lemah,"mama ngga mau nambah beban pikirannya, jadi untuk sementara ini kita kasih Hara waktu, dia sekarang udah agak tenang."

Kamu akan menyukai ini

          

Saga mengangguk samar, disampingnya sang kakak Raka diam saja seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Sebelum kayak gini, mama tau Hara pergi ama siapa?" Tanya Raka setelah lama terdiam.

"Migel," jawab Tania seketika teringat nama itu.

"Migel? Bukannya dia teman SMAnya Hara?" Saga.

Tania mengangguk.

"Pasti dia tau sesuatu."

Tania segera menahan pergerakan Raka ketika laki-laki itu hendak melangkah.

"Jangan sekarang, kamu pergi besok saja, sekarang udah malam diluar juga masih hujan."

"Ngga mah, Raka ngga bakalan tenang setelah liat apa yang terjadi pada Hara hari ini."

"Emang dia sering nangis? Lo tau dari mana bang?" Tanya Saga penasaran.

"Beberapa hari lalu dia juga pulang dengan keadaan nangis, meskipun ngga seberantakan hari ini, gue rencananya mau nagih penjelasan tapi ngga sempet karena waktu itu udah dapet telfone dari kantor."

Tania dan Saga mengangguk.

"Mah, emang selain Migel Hara dekat sama siapa aja akhir-akhir ini?" Saga

Tania tampak berfikir sejenak,"dia ngga ngasih tau dengan jelas sih siapa orangnya, tapi dia bilang ke mama beberapa waktu lalu kalau dia punya pacar."

"Pacar?"

Beo Raka dan Saga bersamaan.

"Jangan-jangan laki-laki yang waktu itu."

"Hah? Siapa bang?" Saga

Raka menatap adik dan mamanya sejenak, kemudian menggeleng singkat.

"Ngga tau juga sih, cuman waktu itu ada yang dateng ke rumah dan nyariin Hara, Raka ngga sempat nanya dia siapa karena Hara tiba-tiba teriak dan bilang kalau Vivi muntah diatas kasur, jadinya Raka spontan lari keatas."

"Emang bener Vivi muntah?" Saga

Raka mengangguk kalem.

Tania merasa pening dikepalanya, begitu banyak hal yang ia tak tau tentang putrinya sendiri, ia gagal menjalankan amanah.

"Kakak sama Saga balik lagi kekamar sana, istirahat. Besok kita sambung lagi, udah malem."

Raka dan Saga mengangguk patuh dan satu persatu mulai kembali kekamar mereka, meninggalkan Tania sendiri.

"Aku gagal menjaga Hara, maaf."

°^°^°

Di tempat lain, Migel masuk kedalam rumah tidak mendapati seorang pun disana, sudah biasa. Ia bukan anak broken home namun setelah kejadian empat tahun lalu laki-laki itu memutuskan untuk tidak ikut dengan kedua orang tuanya yang hingga saat ini sering pindah dan tinggal dikota baru karena perusahaan ayahnya yang kian berkembang.

Dengan keadaan yang acak adul, Migel dengan perlahan mendudukan diri kesofa, meringis kesakitan begitu luka diwajahnya tersenggol sedikit saja.

Tiba-tiba dari lantai atas seorang gadis turun dengan tergesa mendatanginya menatap laki-laki itu khawatir.

"Kakak? Kenapa bisa jadi begini, kak Migel berantem ama siapa? Terus kenapa pulangnya malem banget, Anin dari tadi nunggu kakak."

Mendengar kecerewetan adiknya Migel terkekeh kecil, kemudian menyusuk puncak kepala gadis berusia 17 tahun itu, membuat rambut sebahunnya terlihat berantakan.

Tak memberikan protes, Anin segera beranjak dari hadapan kakaknya, dan berlari kecil ke dapur mengambil mangkok yang terisi air dan sehelai kain tak lupa kotak P3K.

Dengan perlahan, gadis itu mulai membersihkan wajah kakaknya, menyentuh luka-luka dan lebam itu secara perlahan, meminimalisir rasa sakit yang akan kakaknya derita.

Migel diam saja memperhatikan adiknya yang membisu, tidak mengatakan apapun untuk memarahinya.

"Kakak gagal ngedapetin Hara lagi," ujar Migel setelah lama hening diantara mereka.

Anin yang semula hendak membuka kotak P3K terhenti begitu mendengar ucapan kakaknya. Gadis itu pun berdecak sebal.

"Udah tau, dan Anin ngerasa apa yang kakak terima saat ini emang pantas. Kak Hara terlalu baik untuk kakak yang brengsek, kalau seandainya kak Migel hanya pergi ninggalin kak Hara tanpa masuk kehubungan orang lain mungkin Anin bisa mentelolir, tapi semuanya berbeda, kakak ngga hanya ninggalin kak Hara, tapi juga menghianati perasaan kalian berdua, kakak pikir dengan dekatin kak Athala dulu itu bakalan bikin kakak bahagia? Ngga kan? Justru kakak malah semakin dibuat menderita dan akhirnya persahabatan kakak dengan kak Raxi yang jadi taruhannya."

Migel bungkam, entah kenapa setelah mendengar penuturan sadis adiknya ia jadi merasa begitu pening.

"Sebrengsek itu?" Tanyanya dengan suara parau.

Setelah memastikan semua luka kakaknya terbalut plester, Anin berdiri menatap kakaknya itu dengan ekspresi datar.

"Kakak nanya Anin? Jawabannya iya, kakak brengsek dan bajingan, seandainya Anin bukan adik kak Migel mungkin saat ini Anin udah dorong kakak kedasar jurang. Asal kakak tau setiap kakak cerita tentang segala sesuatu tentang kak Hara Anin selalu berdo'a semoga kalian ngga bisa bersama, karena kak Hara pantas dapat yang jauh lebih baik dari kakak."

"Apa Menurut lo Raxi pantas?"

Mendengar hal itu Anin terdiam, wajahnya menunjukan ekspresi tanya.

Migel terkekeh hambar,"dunia sesempit itu Nin, gue kembali ketemu Hara juga dengan sendiri nya berhubungan lagi sama Raxi, tanpa gue tau Hara ternyata adalah ceweknya, dan gue yakin Raxi ngga semudah itu lupain Athala dan beralih ke Hara, dia jauh lebih brengsek dari kakak lo ini."

Anin menggelengkan kepalanya tak percaya, tidak habis pikir dengan jalan pikir kedua laki-laki yang telah lama ia kenal itu.

"Aku ngga bisa ngebayangin sehancur apa kak Hara saat tau semua ini."

"Dan sayangnya mungkin sekarang dia udah tau," jawab Migel dengan tatapan menerawang.

Anin meremas dadanya yang tiba-tiba terasa berdenyut hanya karena membayangkan kemungkinan yang terjadi pada Hara.

"Siapapun orangnya, kak Hara atau kak Athala, dua-duanya ngga pantas buat kalian berdua. Kakak dan kak Raxi."

.*.*.*.

TBC

Yuk kita berteman, follow ig author yaa, @mauliddina07
Nanti DM.

By:kdlzzz

Love And Dream  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang