2. Hallucination

29 4 0
                                    

"Kau bangun sepagi ini?"

"Tentu saja. Aku akan bersih-bersih karena ini hari terakhir ku di apartemen ini."

Hari ini adalah hari terakhir Seulgi berada di apartemen ini. Bukan hanya apartemen saja tapi juga ini hari terakhir dia berada di Francis. Ibu Seulgi yang baru bangun mendapati Seulgi yang sedang bersih-bersih rumah dan memasak di dapur. Ibu Seulgi mengambil sebungkus oatmeal dan sebotol susu di dalam kulkas. Menyiapkannya di meja makan untuk sarapan pagi mareka.

"Saat kembali ke Korea jangan lupa hubungi ibu dan ayah nanti."

Seulgi tak menjawab. Dia hanya sibuk dengan masakannya.

"Ibu tidak mengerti cara berfikirnya Ayahmu. Seharusnya dia tidak melibatkan dirimu dalam bisnisnya."

"Aku lebih bersyukur ayah tidak memaksaku untuk semua kemauannya. Dia hanya menyuruhku pulang ke Korea."

"Apa kau senang karena disuruh pulang ke Korea?"

"Entahlah." Sekilas Seulgi tersenyum setelah menjawab pertanyaan ibu nya.

SKIP> MALAM

Bandara Internasional Paris-Charles de Gaulle

Orang tua Seulgi mengantar Seulgi ke bendara menggunakan mobil pribadi milik Ayahnya. Semua koper sudah dimasukan ke dalam bagasi mobil. Pesawat yang dinaiki Seulgi berangkat pukul 9 malam. Sebelum berangkat Seulgi sempat memeluk Ibunya. Ibu Seulgi hanya bisa menangis karena harus berpisah dengan anak semata wayangnya. Entah kapan mereka bisa bertemu lagi karena kemungkinan besar mareka akan lama berpisah.



  ***


t

ok tok tok

"Hoseok-aa.."

Rutinitas pagi Jimin biasanya adalah makan dirumah Manejer Jung. Dari kecil Jimin tidak biasa makan dirumah karena dia tidak punya selera makan(Ibunya tidak terlalu pintar memasak). Meskipun dia dari keluarga kaya tapi keluarga Jimin adalah keluarga yang sangat hemat, jadi mereka tidak mau punya banyak pembantu. Lagipula ibu Jimin juga punya kewajiban mengurus anak dan suaminya mulai dari bangun membuatkan sarapan, merapikan dasi ayahnya Jimin sampai semuanya beres seperti ibu-ibu rumah tangga yang lainnya. Sejak kecil, dia selalu makan di restoran punya paman nya. Restoran itu sudah tutup semenjak Jimin berusia 11 tahun. Mau tidak mau dia harus makan dirumah. Saat  SMA dia berteman dengan Manajer Jung dan lebih sering makan dirumah Manajer Jung. Manajer Jung orang yang sangat mandiri dan pekerja keras. Dari kecil dia hanya tinggal dengan neneknya yang bukan dari darah dagingnya . Tak sekalipun Manajer Jung merindukan orang tuanya apalagi pada ibunya. Ibu macam apa yang meninggalkan anaknya sendiri di taman bermain dan hanya meninggalkan sebatang coklat untuk anaknya.

"Pagi sekali. Ada perlu apa kau datang kemari?" Manajer Jung yang masih mengantuk bahkan sedang menguap ketika menanyai Jimin.

"Hai.. Hobiii"

"Kau harus ingat bahwa aku masih sangat marah padamu!"

"Ayolah.. Waktu itu aku hanya bercanda" Bujuk Jimin sambil menepuk bahu  sebelah kanan Manejer Jung.

"Aku akan memaafkan mu. tapi ada syaratnya!"

"Aku harus apa?"

Manajer Jung membisiki telinga Jimin. Awalnya Jimin mengerutkan alisnya tapi tiba-tiba saja dia tertawa terbahak-bahak, entah apa yang dibisikan Manajer Jung sehingga Jimin terus saja tertawa.

"Tenang. Ini pekerjaan mudah untukku." Jimin masih tertawa.

"Hmm..  ya sudah kalau begitu kau boleh masuk."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUT I STILL WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang