Chapter 35. Bandung, I'm Coming!

1 1 0
                                    

Setelah melakukan persiapan matang tepat satu hari sebelum keberangkatan cahaya, alin, amwa, dina, dan nabillah memutuskan untuk tetap ikut berkunjung kerumah ahmad. Yah, mau tidak mau mereka harus tetap mengikutinya. Walaupun diantara mereka ada cahaya yang pernah besar dibandung, tapi dia hanya paham dimana kediaman bibi dan pamannya saja.

Kalau untuk tempat liburan atau yang lainnya cahaya mengaku tidak terlalu paham, jadilah disini mereka akhirnya. Dirumah besar dan mewah milik alin, disana juga ada ahmad, tama, sidiq, nathan. Jangan lupakan asyila dan rista mereka tentunya juga ikut mengekori ahmad dan yang lainnya.

"Rumah lo gede juga lin,"sahut asyila sambil menyikut lengan sidiq yang tepat berada disampingnya. Sidiq hanya menatap bingung, ada salah apa dirinya sampai sampai harus diperlakukan sedemikian rupa oleh asyila.

"Jelas lah, keturunan keluarga Dirgata alhamdulillah gak ada yang melarat,"jawab nathan dengan muka datarnya.

"Oh, main bawa bawa nama keluarga lo."asyila kembali mendebat nathan dan itu membuat ahmad jengah.

"Udah lah syil, kalo lo cuma mau bikin ribut doang mending pulang,"setelahnya asyila diam.

"Karena aku pake mobil rista, tama, nathan, dan sidiq bawa mobil masing-masing jadinya kita iring iringan aja,"nathan berdecih saat ahmad menggunakan kata 'aku' di depan mereka. Biasanya 'lo atau gue'. Image bro! Kan ada gebetannya.

"Dina sama aku,"sahut sidiq yang langsung menggaet tangan kanan dina untuk ikut kemobilnya dan membukakan pintu. Dina dan sidiq sudah masuk.

"Nabillah sama gue,"nathan juga mengikuti gaya sidiq barusan. Ikut menenteng nabillah dan melupakan alin disana.

"Cahaya, amwa. Kalian sama aku, titik!,"alin bersikeras membawa amwa dan cahaya ikut kemobilnya. Belum sampai beberapa langkah, tangan cahaya keburu dicegah.

"Cahaya ikut kakak yah?,"pinta ahmad. Cahaya masih diam, dia bergantian menatap ahmad dan rista yang masih asyik mengotak atik ponselnya.

"Gak usah kak, lagipula kakak gak sendiri. Ada kak rista,"jawaban cahaya tidak ditanggapi oleh ahmad.

"Gapapa kok cahaya, kalo kamu mau naik mobil aku. Kita kan bisa bertiga,"bujuk rista.

"Udahlah, mending lo sama rista aja mat. Eh lo cewek lemah, gak usah nge drama disini,"baiklah cahaya menyerah. Dia langsung berjalan cepat dan membuka pintu mobil alin lalu menutupnya dengan sedikit kencang. Cukuplah untuk membuat ahmad dan yang lainnya terlonjak kaget.

"Tama ayo kita naik,"panggilan asyila tak diindahkan oleh tama.

"Tama!,"teriak asyila. "Apa?!"tidak mau kalah tama juga menggunakan nada tingginya. Dan itu mampu membuat nyali asyila ciut.

Sementara di dalam mobil, nathan dan nabillah tak menghiraukan perdebatan teman temannya didepan sana. Begitupun dengan sidiq dan dina, sebenarnya dina tadi berniat untuk turun saat asyila memarahi cahaya. Tapi niatnya itu berhasil diurungkan oleh sidiq.

"Non alin!,"panggil bu inul. Itu asisten rumah tangga dirumah alin. Bi inul berlari kecil menghampiri alin yang masih berada diluar dan belum masuk ke dalam mobil.

"Apa bi?,"
"Kata tuan, non gak boleh bawa mobil. Bandung lumayan jauh non, jadi tuan bilang non cuma boleh pergi naik mobil tuan nathan,"begitu selesai mendengar penjelasan bi inul barusan, muncul ide jahil di pikiran alin.

"Cahaya! Lo naik mobil kak ahmad aja,"cahaya yang sudah masuk ke dalam mobil sedikit kaget saat mendengar perintah alin.
"Alin, lo gak boleh bawa mobil?,"saat nathan keluar dari mobilnya dengan nabillah dan menanyakan itu, alin hanya mengangguk.

Ruang hampaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang