27. || Berakhir ⚡

658 62 200
                                    

Siapkan hati, mental, jiwa, dan raga.

Jangan lupa follow sebelum baca :3

Bantu temukan typo guys:3

Happy reading....

•••

"Terkadang cinta bisa membuat sosok yang baik berubah menjadi sosok yang kejam."

🌼🌼🌼


Bruk

"STARLA!"

Barga meringis kesakitan ketika merasakan sebuah tangan menjewer kupingnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali. Syukurlah, kejadian tadi hanya sebatas mimpi.

Barga menoleh ke arah Rara-Mamanya yang entah sejak kapan berada di kamarnya. Rara menatap putranya itu dengan tatapan sadis. "Kamu ngapain anak orang, hah?" tanya Rara sambil menarik kuping Barga.

"Argh! Sakit, Ma!" Barga menepis tangan Rara. "Kenapa sih, Ma?" tanya Barga heran sambil mengelus-elus kupingnya yang memerah.

"Tadi tuh ada cewek dateng kesini, dia pake masker nutupin wajahnya. Dia datang sambil nangis-nangis. Katanya kamu udah ngebuat dia sakit hati. Dia nyerahin ini ke Mama." Rara menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang berwarna pastel polos. "Dia gak nyebutin namanya, tapi dia ngasih ini buat kamu."

Barga menerima kotak itu. "Oke, Ma. Sekarang Mama pergi ya dari kamar Barga," usir Barga.

"Berani ngusir Mama?" Rara berkacak pinggang. Barga merutuki mulutnya yang tak memiliki filter. "Eh, maa-maaf, Ma. Enggak kok, hehe."

"Ya sudah. Mama pergi. Mama mau buat tik-tok dulu." Rara beranjak dari kasur Barga kemudian melangkah keluar dari pintu. Barga mengucap rasa syukur karena mamanya tidak mengomelinya.

Barga membuka kotak tersebut kemudian menemukan banyak amplop surat yang tersusun rapi. Tangan Barga mengambil satu amplop dan netranya mulai membaca surat tersebut.

Barga, ternyata lo bener-bener bajingan, ya.

Hanya ada satu kalimat tertera. Barga pun mengernyitkan dahinya. "Niat ngasih surat gak? Terus maksudnya apaan ini ngomongin cowok ganteng kayak gue bajingan?" gumam Barga kemudian tangannya mengambil surat kedua.

Dasar buaya darat!

Barga mencibir surat tersebut. "Ini orang yang nulis surat gak hemat kertas kayaknya. Kenapa gak sekalian aja sih?"

Barga membaca surat yang ketiga.

Tanggung jawab lo, Ga!

"Lah tanggung jawab apaan coba?"

Barga terus membuka surat itu satu per satu, lagi-lagi hanya berisi cacian bahwa dirinya merupakan pria brengsek yang sudah melukai hati si pengirim surat. Herannya, Barga tak kunjung menemukan siapa si pemilik surat tersebut.

Barga membaca amplop terakhir yang tersisa. Saat ia membuka surat tersebut, bukan surat berisi cacian seperti tadi melainkan beberapa foto polaroid seseorang perempuan yang amat dikenalinya.

Barga mengamati foto seorang perempuan yang sedang tertawa bersama sosok pria yang kini Barga benci. Tangan Barga terkepal. Ia merobek foto tersebut. Kemudian ia menyadari ada sebuah kertas yang dilipat sangat kecil tanpa amplop. Barga pun membuka kertas tersebut.

Reason [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang