Garis kuning polisi tertera di sekeliling ruang tempat Chenle tergeletak, ralat mayat Chenle. Kini semakin ramai orang berkumpul di tempat kejadian.
"Heh Hwang!" Hyunjin lagi-lagi mendengus dengan panggilan itu.
"Hm?"
"Daritadi gue lihat ngomong sendiri mana nglamun lagi. Kesurupan setan mampus lo."
"Setannya disamping lo sendiri kak." Batin Hyunjin
"Kebanyakan pikiran gue kak Minho." Minho seniornya Hyunjin sekaligus tetangganya memasang ekspresi aneh memandang Hyunjin.
Dasar manusia 4D!
"Kenapa lo? Nggak dinotice doi?" Mata Hyunjin melotot marah ke Minho.
"Doi mulu anjir!"
"Lo kan tukang kerdus Jin." Minho ketawa memperlihatkan sederet gigi putihnya. "Bener nggak?" Hyunjin beranjak pergi.
"Gue bercanda astaga jangan diambil jantung elah." Minho menahan Hyunjin pergi. "Lo kenapa?"
"Aksinya udah dimulai kak." Minho masih belum paham apa yang dimaksud Hyunjin.
"Gue udah dua bulan sekolah disini. Jadi gue udah tau seluk beluk masalah di sini." Minho diam, ia juga ikut berpikir.
"Gue juga takut, Chenle itu bukan korban pertama tapi-"
"Minho!" Ucapan Minho kepotong dengan kedatangan Chan dan Changbin.
"Oh hei!" Sapa Minho.
"Kita ganggu kalian ya?" Minho menggeleng cepat menanggapi ucapan Changbin.
"Ngomongin apa? Seru banget kayaknya."
"Sejauh yang kita lihat kayaknya aksi itu udah mulai lag-"
"Kak, udah gue bilang jangan bahas ini dengan orang lain." Ucap Hyunjin datar dan meninggalkan Minho bersama Chan dan Changbin dengan perasaan herannya.
"Hyunjin kenapa?" Chan bingung. "Kelihatan marah gitu."
"Udah biasa Chan, abaikan saja."
"Loh Renjun? Cari siapa?" Changbin menghampiri adek tingkatnya yang sedang kebingungan. Dapat dilihat matanya masih sembab.
"Eh itu kak, anu. Nyari Haechan. Kak Changbin lihat nggak?"
"Enggak."
Renjun kembali murung, ia ingin menyerah untuk mencari Haechan. Tapi ke khawatirannya semakin kuat.
"Kenapa emangnya Jun?"
"Habis dengar kabar Chenle meninggal, dia ngilang sampai sekarang belum ketemu." Chan dan Minho yang datang menyimak sama-sama kaget dengan pengakuan Renjun.
"Lah kok?"
"Haechan? Tadi gue papasan sama dia didepan aula." Hati Renjun sedikit lega mendengar jawaban Chan. "Tapi anehnya, gue lihat seragamnya lusuh dan ada noda merah yang mirip kayak darah."
•|T R I C K Y|•
"Jisung? Belum pulang?"
"Ah belum, masih nunggu kak Serim." Seungmin mengamati pemuda duduk disampingnya dengan tatapan sendu. Mata Jisung merah dan berair, pemuda ini habis menangis. Mengingat peristiwa yang baru saja terjadi, Seungmin memaklumi.
Ditepuknya bahu Jisung pelan berkali-kali, pemuda itu kembali menangis. Seungmin jadi merasa bersalah karena membuat Jisung mengeluarkan air matanya lagi, padahal ia bertujuan untuk membuat Jisung tenang.
"Hiks... Chenle bodoh! Kenapa lo cepat banget hiks pergi?"
"Manusia nyatanya kejam ya." Ucap lirih Seungmin sambil mengusap punggung Jisung. "Berbuat tanpa mikirin bagaimana nasib kedepannya."
"Sung!"
Jisung dengan cepat menghapus air matanya saat Serim menghampirinya dan Seungmin.
Melihat keadaan adiknya seperti ini, ia tak tega."Seungmin ya?"
"Iya kak?"
"Makasih ya udah jagain Jisung." Seungmin tersenyum.
"Gapapa kak, Jisung temen gue juga."
"Duluan ya Min, sampai ketemu di pemakaman." Belum sempat menjawab, kakak kelasnya itu lebih dulu menarik Jisung untuk jalan ke tempat parkir.
Sepeninggalan Serim dan Jisung, kini Seungmin sendiri berjalan tenang ke arah gerbang sambil sesekali tersenyum. Entah apa yang dipikirkannya.
Senyumnya melebar tatkala ada seseorang mendahului langkahnya.
"Hyunjin!" Yang dipanggil hanya berhenti tak menyahut.
"Masih belum pulang ternyata." Hyunjin masih diam. "Nanti ke pemakaman Chenle? Bareng yuk!"
"Ajak yang lain saja, jangan gue." Hyunjin meninggalkan Seungmin.
"Yah padahal ada yang mau gue tanyain. Nggak seru lo Jin." Gumam Seungmin.
•|T R I C K Y|•
"Kak, maksud dari berbuat tanpa mikirin bagaimana nasib kedepannya itu apaan?""HAH?"
"Maksud dari berbuat tanpa mikirin bagaimana nasib kedepannya itu apa?"
"APA?"
"Berbuat tanpa mikirin bagaimana nasib kedepannya."
"GIMANA?"
"CK, GANTENG-GANTENG BUDEG LO!"
"BICARA YANG KERAS BABI! KITA LAGI DI PERJALANAN." Jisung cengengesan.
Serim geram dengan adiknya. Entah otak Jisung kenapa bisa lemot seperti ini.
Sampai di lampu merah, Jisung membuka kaca helmnya dan mulai bicara pada Serim yang memboncengnya.
"Gini loh kak, maksud dari berbuat tanpa mikirin bagaimana nasib kedepannya itu apa?"
"Dalam rangka apa lo tanya gitu?"
"Gak ada apa-apa, cuma tadi pagi waktu dijelasin sama bu Jihyo nggak paham aja."Ucap Jisung bohong. Serim tampak berfikir tapi ia kembali melajukan motornya karena lampu sudah berubah hijau.
"Artinya dia berbuat seenaknya, nggak takut sama hal akan yang menimpanya nanti. Gitu aja nggak paham!" Ucap Serim keras agar Jisung dapat mendengarnya.
"Jadi, apa hubungannya dengan manusia yang kejam?" Batin Jisung
•|T R I C K Y|•
Huang Renjun
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
"TRICKY" | Straykids
Fanfiction"Udah gue bilang jangan percaya sama mereka!" -Hj Ft nct dream