08. Satu Hari Untuk Hyunjin

1.8K 228 20
                                    

Hyunjin menendang kerikil di depannya, kesal rasanya. Sudah sejak sepuluh menit yang lalu dia berdiri di depan gerbang yang terkunci rapat. Sesekali menampakkan wajah satpam sekolah yang mengintip dari balik sana.

"Sial!" lagi, Hyunjin mengumpat pelan. Jisung yang tadinya sibuk berbincang dengan Lucas—teman sekelas Hyunjin, tertarik untuk menoleh ke arah bocah itu.

Dilihatnya Hyunjin. Berdiri sendirian di ujung gerbang, wajahnya kusut, mulutnya sibuk berdecak. Jisung berani bertaruh bahwa lelaki itu pasti sedang mengoceh dalam hati.

"Kesana dulu ya, Luke." Jisung pamit, menepuk pelan bahu Lucas yang dibalas dengan anggukan oleh si empunya bahu.

Baru beberapa langkah, Hyunjin mendadak tatap matanya. Rautnya bertambah kesal. "Diam di sana," suruhnya, sedikit berteriak. Menarik perhatian beberapa orang yang berada di sekitar mereka.

Jisung berhenti, dia jadi dongkol setengah mati. Niatnya untuk menemani Hyunjin—setidaknya berdiri di sebelahnya agar bocah itu tidak terlihat bak orang bodoh yang tak punya teman malah jadi serangan balik.

Jujur saja, dia sedikit malu saat kini beberapa siswa perempuan menatapnya aneh. Mulai berbisik-bisik, membuat Jisung makin risih.

Sejujurnya ada beberapa rumor yang beredar mengenai hubungan Hyunjin dan Jisung yang kelewat buruk. Kadang teman-teman mereka heran, mengapa dua saudara yang seumuran ini justru bagai anjing dan kucing? Tidak jelas juga mana yang anjing dan mana yang kucing, jelasnya mereka tidak akur.

"Hei, tenanglah." Jisung tatap Hyunjin tak kalah sinis, ia diam di tempat. Menggerutu dalam hati.

Hyunjin sialan. Hyunjin sialan, Hyunjin sialan.

Waktu berlalu dengan lambat bagi mereka yang hanya bisa berdiri tanpa melakukan apapun di sini, beberapa siswa mulai meninggalkan gerbang dan memilih bolos. Memang sudah konsekuensi jika terlambat akan diizinkan masuk setelah satu jam. Belum lagi hukuman piket dari guru kedisiplinan sekitar tiga puluh menit, membuat siswa yang terlambat akan melewatkan dua jam penuh pelajaran.

"Sung, tidak mau ikut? Masih lama nih, dua puluh lima menit lagi. Belum kehitung hukuman guru kedisiplinan di dalam nanti." Lucas ajak Jisung ikut bersama teman-teman yang lain. Mau bolos saja katanya, lebih baik main game di internet café.

Jisung enggan ikut, Lucas juga tahu itu. Ia sekadar menawarkan kawan baiknya. Etika dalam pertemanan.

"Ya sudah, kita cabut ya? Semangat jalani hukuman." Lucas tertawa, tepuk pelan bahu Jisung yang tatap kepergian teman-temannya. Beberapa diantara mereka masih melambai-lambai pada Jisung meski sudah cukup jauh.

Bocah itu luar biasa supel. Dia tipikal anak yang enak diajak berteman oleh semua kalangan. Meski anak futsal, Jisung juga berteman dengan hampir seluruh anak basket dan beberapa anak ekstrakurikuler lain. Belum lagi teman-teman yang ia kenal dari teman lainnya, teman dari lain kelas, teman yang dijumpai di perpustakaan, teman yang tidak sengaja satu meja saat di kantin, pokoknya segala jenis teman dari setiap sudut sekolah.

Beda dengan Hyunjin yang justru tidak bertegur sapa dengan kawanannya meski satu kelas ataupun sesama anggota basket sekolah. Kehidupan sekolahnya hanya diisi surat-surat berisi kalimat manis dari para penggemar, juga teriakan heboh gadis-gadis ketika ia bermain basket di lapangan.

Hyunjin tampan. Itu kata mereka, membuat si tsundere sampai bosan. Belum lagi di rumah Changbin juga sering mengucapkan hal yang sama saat mereka hendak tidur.

Adiknya Changbin yang tampan, panggil kakaknya itu sambil meraba-raba pipi Hyunjin, membuatnya mau tak mau pukul Changbin pakai bantal.

Hello, Brothers! - SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang