Ini kisah tentang 4 gadis yang saling berhungan. Namun, kisah cinta mereka tak pernah semulus seperti cerita di novel. Selalu saja ada halangan yang mengganggu. Bisakah mereka menemukan cinta mereka?
"Gue bisa jelasin Yud." Tama melepas pelukannya, sementara Anne beranjak ke arah Yudi lalu memeluknya.
"Kamu nangis?" Hal pertama yang diperhatikan Yudi adalah wajah Anne yang terlihat dramatis dengan maskara yang luntur karena air mata.
"Cup cup cup. Lo apain cewek gue?" Yudi balik memeluk Anne lalu menatap Tama yang memutar bola matanya.
"Kenapa?" tanya Yudi tanpa suara.
Dan karena kelewat pintar Tama menjawabnya dengan memperagakan kata, "si macan betina tahu lo digebukin" Awalnya Yudi tak begitu mengerti, tapi Tama dengan telaten memperagakan macan lalu menunjuk Anne, mulutnya mengatakan kata "tahu" Dan dilanjutkan menunjuk Yudi kemudian membuat adegan dipukuli.
"Aku nggak apa-apa," kata Yudi akhirnya setelah tahu maksud Tama, sementara Tama butuh oksigen setelah bermain tebak kata yang sebenarnya bisa saja ia katakan secara langsung, dia hanya mencari hal-hal yang sulit. Mungkin dia penganut moto selama ada yang susah kenapa harus cari yang gampang.
"Udah ah urus sendiri gue capek." Tak ada yang peduli dengan Tama yang aneh itu.
"Udah jangan nangis, aku nggak apa-apa. Yudinya Anne itu kuat." Anne mencubit pinggang Yudi dan pemilik pinggang itu langsung menjerit.
"Katanya kuat dicubit gini sakit." Anne melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Yudi.
"Ke rumah sakit ya," pintanya, tapi Yudi menggeleng.
"Kalo gitu udah diobatin?" Yudi menggeleng membuat Anne geram.
"Ih kayak gini bilangnya nggak usah khawatir. Ayo masuk aku obatin." Anne kembali garang dia menarik sang kekasih masuk ke dalam lalu berteriak memanggil Tama seolah-olah itu adalah rumahnya sendiri.
"Tama tukang selingkuh!! P3K lo mana?" Yudi hanya bisa geleng-geleng kepala saat Anne berteriak.
"Jangan teriak-teriak Mak Lampir! Dan gue bukan tukang selingkuh. Kalau Jenny marah awas lo."
"Lo marah Jen?"
"Nope, gue udah tahu dia suka selingkuh kok," kata Jenny santai, sambil membalas pesan Johnny yang sepertinya menjurus menuju perselingkuhan.
"Jen, gue nggak selingkuh." Jennie sedikit terkejut saat Tama menggunakan gue-lo, tapi ia berpikir mungkin dia terbawa karena habis bicara dengan Anne.
"Oh, oke." Respon datar Jenny membuat Tama menatap tajam Anne.
"Nggak usah melotot, gue colok mata lo. Cepet ambilin P3K."
"Gue nggak punya P3K."
"Miskin amat lo," kata Anne lalu mengambil kunci mobil dari dalam tasnya dan melemparnya ke arah Tama.
"Ambil noh di mobil gue."
"Yud, lo nggak ada rencana ganti cewek gi-" Ucapan Tama tak bisa dilanjutkan karena Anne sudah melemparinya dengan cushion yang ada di dekat Yudi.
"Anjing, muka gue ini."
"Cepetan cabut sebelum gue lempar pake vas bunga." Tama mengomel dalam hati, kenapa ia selalu saja jadi bahan bully-an Anne.
"Dia kayaknya nurut banget ya sama lo," kata Jenny pada Anne, dia merasa bahwa jika saja Anne dan Yudi tak pacaran mungkin Tama dan Anne akan sangat cocok, dan itu berarti dia tak perlu susah payah mendekati Tama dan berpacaran dengan Tama.
"Namanya babu pasti bakalan nurut sama majikan," jawab Anne dia sendiri tak punya jawaban lain karena seingatnya semua orang yang disuruhnya akan melakukan apa yang ia inginkan. Entah itu Lisa, Jevon, Tama ataupun Yudi. What she want, she get it.
Cerita yang dipromosikan
Kamu akan menyukai ini
Keheningan menyambangi mereka, Jenny sendiri masih sibuk membalas pesan Johnny yang membuatnya asik dengan dunianya sendiri tak peduli dengan Anne yang sedang gemes-gemesan dengan Yudi.
"Kamu ntar malem nginep sini?" Yudi mengangguk.
"Nginep tempat aku aja gimana? Nonton Netflix ada series baru."
"Nggak nggak! Yudi tidur sini!" kata Tama yang sejak kapan ada di sana.
"Napa sih? Pengen bobok bareng Yudi lo?" Anne melotot tak terima.
"Lo lupa di apartemen lo ada gay, ntar kalo Yudi diapa-apain gimana?" Anne menepuk dahinya lupa.
"Tenang aja, ntar Yudi sama gue di kamar, gue kunci." Jenny melirik Anne dengan tatapan "Lo gila ya?"
Yudi hanya bisa tertawa sambil mencubit gemas pipi Anne.
"Heh! Lo nggak ada otak? kalau lo berduaan di kamar berdua doang dan lo ke kunci yang ada bakal tekdung lo."
"Beli kondom lah," ceplos Anne asal membuat Yudi makin ngakak, sementara Jenny berkata dalam hati dia harus menjaga jarak dengan Anne.
"Ne, lo kalo becanda liat situasi dong. Ada Jenny." Anne melirik ke arah Jenny.
"Oops Sowwryy." Anne menutup mulutnya yang memang suka asal bicara.
"Tapi, kenapa emang kalo ada Jenny?"
"Dia anak baik-baik nggak kayak lo."
"Lah kok lo mau sih sama si Tama? Dia kan bukan anak baik-baik." Tama langsung membungkam mulut Anne sebelum kata-kata yang tidak diperlukan keluar dari mulutnya.
Namun, tak lama kemudian rambut Tama dijambak Yudi dari belakang.
"Aduh, aduh sakit Yud."
"Lepasin cewek gue!"
Tama langsung melepaskan bekapannya diikuti Yudi, sementara Anne yang tak terima langsung memukul lengan kekar Tama. Jenny yang melihat itu sedikit merasa iri, andai ia bisa sedekat itu dengan mereka.
"Jisa pernah kumpul sama kalian nggak?" Tiba-tiba pertanyaan itu yang keluar dari mulut Jenny.
"Nggak," jawab ketiganya spontan, setelahnya Anne menyesali jawabannya padahal dia punya kesempatan untuk mengerjai Tama.
"Baguslah," kata Jenny sambil mengulum senyum.
"Udah sini Yud gue obatin," kata Tama sambil menarik lengan Yudi sementara Anne dengan gemas menahan lengan yang satunya.
"Gue yang mau ngobatin!" Saat kedua anak TK yang terperangkap dalan tubuh anak kuliah ini saling berebut Yudi, Jenny menerima telepon dari papanya dan menjauh dari kerumunan anak TK itu.
"Halo."
"Pulang ke rumah baru Papa nanti Papa kirim alamatnya. Kita makan malam bersama."
"Nggak!"
"Mamamu juga datang." Papanya menutup telepon.
"Sial." Dia langsung mengambil barang-barangnya.
"Tama aku pulang."
"Iya," sahut Yudi satu-satunya yang sadar Jenny pergi karena Tama dan Anne masih memperebutkan Yudi.
-o0o-
Jenny memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi ke alamat yang diberikan oleh ayahnya lewat WhatsApp. Dan tak butuh waktu yang lama dia sampai di sana bersamaan dengan seorang gadis yang turun dari mobil taksi.
Tak perlu menduga-duga gadis itu siapa Jenny sudah tahu dia siapa.
"Ngapain lo di sini?" tanya Jisa pada Jenny yang sayangnya hanya dibalas senyum miring oleh Jennie.
"Heh jawab!" Jisa menahan tangan Jenny agar gadis itu tak asal masuk ke dalam rumah.
"Ntar juga lo tahu. Pelakor!" Jenny menyentak tangan Jisa lalu masuk ke dalam rumah dimana di sana ada ayahnya dan dua orang wanita di samping kanan dan kiri.
"Jenny." Wanita yang terlihat lebih tua memanggil Jenny.
"Mama ngapain ke sini sih! Ayo pulang," ajak Jenny.
"Mereka siapa Ma?" tanya Jisa pada mamanya.
"Dia mantan istri Papa kamu." Mama Jenny menepuk tangan anaknya agar melepaskan tangannya.
"Sepertinya kamu belum tahu. Saya masih istri sah lelaki ini dan sampai kapan pun saya tidak akan menceraikannya. Jadi, seumur hidup silahkan hidup sebagai anak wanita simpanan." Bagai disambar petir di siang hari Jisa kaget mendengar berita itu. Dia hanya tahu bahwa suami mamanya ini seorang duda.
"Nyokap lo ambil bokap gue. Gue ambil Tama dari lo." Jisa menatap Jenny nanar, jadi selama ini Jenny sengaja mengambil Tama darinya karena dendamnya pada sang mama.
"Ayo Ma kita pulang."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.