"beneran bukan aku yang buat rok kamu sobek," bela Jaemin setelah membuka helmya. Hyun Soo tang tengah duduk menunggu bis datang hanya diam tak menjawab.
Jaemin menghela nafas. Ia turun dari motornya dan mendekati Hyun Soo. Remaja lelaki itu duduk di samping Hyun Soo,"prasangka kamu buruk banget sih sama aku,"
"abis, tindakan kamu yang tahu aku kena apa seakan kayak kamu yang ngerencanain,"
Jaemin tersenyum,"kata-kata kamu barusan susah banget sih dipahami,"pria itu menegakkan duduknya, menolehkan wajahnya menuju Hyun Soo,"jadi...sekarang...kita pacaran?" kedua alisnya mengangkat dua kali.
Gadis itu benar-benar bingung harus bagaimana,"ngapain kita pacaran?"
Jaemin tersenyum,"pura-pura lupa ya?"
Hyun Soo hanya terdiam bingung, apa yang harus dilakukanya? Jelas dia gagal taruhan itu. Gadis itu menggeleng,"nggak. Aku nggak mau pacaran,"batinya.
"apapun yang terjadi...kamu udah kalah taruhan. Kalaupun kamu nggak suka, aku bakalan bikin kamu suka sama aku," kedua bibirnya mengembangkan senyuman,"belum juga sehari,"
Hyun Soo menolehkan kepalanya "seneng?" ucapnya sewot.
Lagi-lagi senyuman mengembang dari kedua sudut mulut Jaemin,"gimana nggak seneng. Kamu yang pertama mau minta tolong kan ke aku,"
"nggak...kata siapa? Siapa juga yang mau bantuan kamu?" nadanya benar-benar sewot.
"sewot banget sih. Nggak usah ngeles. Aku denger kok waktu kamu manggil aku. Nggak usah malu. Kamu lebih sering terlihat malu-maluin," deretan gigi Jaemin terlihat rapi dengan senyumnya,"Aku tahu kok sifat kamu sebenarnya nggak jutek. Tapi kamu punya alasan sendiri dengan sikap jutekmu itu,"
"apaan sih. Alay banget. Kamu sok ngerti masalah aku. Emang kamu tahu apa tentang aku hah?"
"aku? Aku mungkin nggak mengenal kamu sepenuhnya. Tapi..."Jaemin menunduk,"aku tahu kamu selalu punya alasan kuat,"
Hyun Soo ikut menunduk, memejamkan matanya, Jaemin mengangkat kepalanya melihat gadis itu menunduk,"kenapa kamu begitu yakin? Iya, aku memang punya alasan. Tapi, mungkin saja alasanku tak semasuk akal itu bagimu. Kamu nggak tahu apa-apa..."
"Hyun-" Jaemin berusaha menyela.
"...meski seseorang punya alasan untuk melakukan sesuatu...alasan itu nggak selalu masuk akal menurut orang lain..."
"Hyun..."kini Jaemin menyentuh pundaknya.
Hyun Soo membuka matanya"jangan nyela. Aku masih mau ngomong,"
"tuh kan. Udah pergi," telunjuk Jaemin menuding sesuatu.
Hyun Soo tersentak,"bisnya!! Nggak bilang dari tadi sih!" gadis itu kesal. Ia mulai berlari mengejar bis itu.
"nggak bilang dari tadi?" Jaemin menggelengkan kepalanya. Sementara Hyun Soo masih berlari, berusaha mengejar bis. Namun apa dayanya. Laju bis itu jelas lebih cepat darinya. Padahal itu bis terakhir sore ini.
"butuh tumpangan?"Jaemin menyusulnya dengan menaiki motor.
"nggak usah. Aku jalan kaki aja,"jawabnya sambil berjalan.
Tiba-tiba Jaemin turun dari motornya dengan helm yang tetap menempel di kepalanya. Ia berjalan mendekati Hyun Soo dan berhenti di hadapan gadis itu. Sontak Hyun Soo berhenti.
"ngapain lagi sih?"
Cowok itu tidak melontarkan jawaban. Ia meletakkan helm yang dibawanya dari motor, duduk meluruskan kaki. Kedua tanganya memegang erat tangan milik Hyun Soo.
"ngapain sih? Gak jelas banget," tangan gadis itu berusaha melepas tangan Jaemin. Namun, cengkraman tangan Jaemin terasa sangat kuat. Dia pasti sering olahraga.
"kamu nggak sadar semua orang di sini liatin kita?"
"iya. Makanya lepasin," bisik Hyun Soo lirih. Kepalanya menunduk, menurunkan rambutnya untuk menutupi wajah.
Jaemin menggelengkan kepalanya,"aku mau aterin kamu pulang. Kamu bakal kemalaman kalau jalan kaki sini sana,"
"terserah aku lah. kamu nggak punya malu ya? Semua orang disini pada liatik kita,"
"enggak. Ngapain juga aku malu,"jawab Jaemin. Tangan kananya mengetuk helm yang dipakainya sedari tadi.
"Benar. Orang-orang tak bisa mengenali wajah Jaemin yang tertutupi helm dengan kaca gelap. Jadi...lagi-lagi aku yang terlihat seperti orang gila? Orang gila dengan orang gila lainya dengan helm yang duduk santai memegang tangan orang gila,"Hyun Soo menggelengkan kepalanya.
"sengaja kamu ya bikin aku kayak orang gila,"
Kedua Pundak Jaemin ter angkat. Lalu tangan kananya mengangkat sebuah helm dan menyodorkanya ke Hyun Soo,"kamu nggak mau kelihatan kayak orang gila terus kan?"
Gadis itu melihat sekeliling. Masih banyak mata yang tertuju pada mereka berdua. Dengan terpaksa ia mengambil helm itu dari tangan Jaemin. Mungkin dia harus segera pergi.
"kamu nggak pingin nanya gimana aku bisa bawa motor? Kan tadi pagi aku naik bis sama kamu,"
"bodo amat. Nggak penting,"
"tadi pagi, si Jeno yang bawa motornya. Waktu pulang dia bareng sama si Raenjun,"
"aku nggak nanya. Buruan. Aku malu tahu,"
Senyuman Jaemin mengembang.
...
Jaemin menghentikan laju motornya di depan gerbang kecil rumah Hyun Soo. Ia melihat mobil pick up pengangkut barang di depan rumah gadis itu,"bukanya ini udah sore?"
Hyun Soo, tanpa mengucap sepatah kata pun masuk melewati gerbang. Wajahnya terlihat kaku. Tak lama kemudian, muncul beberapa orang membawa televisi, kulkas dan sebuah lemari. Diikuti dengan seorang wanita yang tampak seperti ibu Hyun Soo.
"apa-apaan ini? Ngapain ibu kesini lagi?"