01

15 4 5
                                    

Happy reading!!!🦄



Anak yang masih dengan seragam SMA nya itu, terus tersenyum sepanjang jalan sambil sesekali melihat lembar kertas ulangannya, yang lagi-lagi mendapatkan nilai A+. Ia sangat bahagia, mungkin kalau orang tua Shea melihat nilai ulangan Shea yang lagi-lagi mendapatkan nilai bagus akan bangga.
Ya, anak itu adalah Shea.

Shea sudah berada didepan gerbang rumahnya, dan masih dengan senyum mengembang ia langsung membuka pintu gerbang tersebut, tapi saat berada didepan pintu rumahnya, ia tiba-tiba berhenti sejenak. Apakah ibunya akan menerima ia begitu saja? apakah semudah itu?. Shea langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Mana ada orang tua yang tidak bangga melihat nilai ulangan anaknya selalu bagus, pikir Shea.

Saat Shea masuk kedalam rumah, ia melihat keseliling rumahnya, sepi. Shea langsung naik keatas menuju kamar nya. Saat ia sudah berada diatas ia melihat ibunya yang sedang menonton TV diruang keluarga. Shea pun langsung menemui ibunya dan duduk disampingnya.

Dengan senyum yang cerah Shea langsung mendekatkan dirinya ke ibunya.
"Ma, Shea dapat nilai bagus lagi!"ujar Shea antusias.
Dengan wajah datar ibu Shea hanya menoleh sekilas, lalu memfokuskan lagi ke TV.

"Ma-"ucapan She terpotong karena Ibu Shea tiba-tiba membanting kan remote tv ke meja dan langsung beranjak dari depan tv menuju kamarnya.

She yang melihat itupun hanya bisa tersenyum masam, ternyata nilai bagus pun tidak bisa membuat dirinya diterima oleh ibunya.

Saat Shea ingin bangun dari sofa, tapi tiba-tiba ada yang memeluk dirinya dari belakang. Shea terkejut dan langsung membalikkan badannya, ternyata Vely adik Shea, sekaligus anak yang paling disayangi oleh kedua orang tuanya.

Evelyn Pricilla Margareth, adik kandung Shea. Hanya terpaut 2 tahun lebih kecil dari Shea. Vely cenderung lebih cerewet daripada Shea. Walaupun ibu dan ayahnya tidak begitu menyukai Shea, Vely lah yang menyayangi Shea dengan sepenuh hati. Jika saat Shea disalahkan oleh kedua orang tuanya Vely lah yang akan  membelanya. Shea dan Vely saling menyayangi layaknya kakak beradik pada umumnya.

Vely mendongak lalu menatap Shea dengan senyum mengembang.
"Kakak udah pulang?"ucap Vely, dan hanya dibalas oleh senyuman manis Shea.
"Apa ini kak?"tanya Vely, sambil mengambil kertas ulangan yang ada ditangan Shea.

"Wah kakak dapat nilai bagus lagi, hebat banget! aku pengen jadi seperti kakak!"celoteh Vely bangga melihat hasil ulangan kakaknya yang lagi-lagi mendapatkan hasil yang memuaskan.

Shea tersenyum.
"Makanya belajar yang giat, biar pintar!"balas Shea, sambil mengelus rambut Vely.

"Itumah pas-"tiba-tiba ucapan Vely terpotong oleh Lidwina Elvitha Margareth, atau lebih tepatnya ibu Shea dan Vely.

"Vely! masuk ke kamarmu!"perintah Lidwina. Vely yang mendengar perintah dari ibunya pun langsung pergi ke kamarnya dengan hati dongkol.

Lidwina menatap Shea dengan tatapan tidak bersahabat, Shea yang ditatap seperti itu hanya bisa menunduk pasrah.

Lidwina maju selangkah lebih dekat dengan Shea, lalu ia menjambak rambut Shea sangat kuat. Shea hanya bisa berteriak dalam hati.
"Mahh, sakit mahh sakitt,"pasrah Shea, sambil meneteskan air matanya.

"Jangan sok pinter kamu! mau kamu dapat nilai A+ tiap hari pun nggak bakal bisa buat saya nerima kamu!"seru Lidwina dan menjambak rambut Shea lebih kuat, membuat Shea terpekik.

Vely yang mendengar tangisan dari kakaknya itu langsung keluar dari kamarnya. Ia melihat kakaknya sedang dijambak oleh ibunya, dengan berani Vely mendekat.

"Ma! lepasin ma, kak Shea kesakitan!"seru Vely berusaha menyingkirkan tangan ibunya dari rambut Shea.

"Balik ke kamar mu Vely!"perintah Lidwina dengan nada tinggi dan masih menjambak rambut Shea.

"Ma-"ucapan Vely terpotong.

"Balik ke kamar mu Vely, atau mama akan menjambak anak ini lebih kuat lagi!"sarkas Lidwina

Vely pasrah, ia tidak mau kakaknya terkena hukuman lebih kasar lagi dari ibunya.

Lidwina akhirnya melepaskan jambakannya dari kepala Shea, dan langsung menghempaskan Shea ke lantai. Lalu Lidwina menunduk melihat Shea yang terjatuh dilantai, dan langsung mencengkeram rahang Shea kuat.

"Jangan bangga kamu Shea, walaupun kamu sepintar apapun saya nggak bakal menerima kamu dikehidupan saya!. Kamu tinggal disini pun bukan berarti saya perduli sama kamu, tapi itu keinginan eyang kamu. Paham?!"kata Lidwina, yang langsung menohok hati Shea. Lalu Lidwina melenggang pergi.

Shea hanya bisa menangis dalam diam, ia tidak tahu bagaimana caranya agar ia diterima oleh ibu dan ayahnya. Shea lelah diperlakukan seperti ini, rasanya Shea ingin pergi sejauh mungkin agar orang tuanya hidup bahagia tanpa adanya dirinya. Tapi Shea tidak boleh putus asa, pasti ia bisa membuat orang  tuanya mau menerima dia.

--------------------------

Hai kembali lagi🤗
Jangan lupa Vomentnya temen-temen, biar aku tambah semangat buat ceritnya.

Jangan menjadi sider yang menyebalkan 😂



(⭐)Klik bintang dibawah! Terimakasih!!!

Shea Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang