"Dia ada, namun dia sudah berubah"
________ ___________________________
Karin masuk ke dalam kamar milik Danil dengan semangkuk bubur hangat di tangannya.
Saat ia telah memasukki kamar, ia melihat Danil yang tengah fokus dengan HP nya.
"Mas, ini buburnya udah aku buatin. Dimakan ya, selagi masih anget" ucap Karin sambil menaruh mangkuk berisikan bubur tersebut.
"Lo kasih racun nggak tuh?" ucap Danil dengan nada dingin dan tatapan yang tak teralihkan dari HPnya.
Karin buru-buru menggeleng. "N-nggak, nggak mungkin aku ngeracunin mas Danil" ucapnya.
Danil hanya mendengus. Ia menatap sekilas bubur yang dibuat karin dan melihat Karin yang menunduk.
"Sono pergi lo, gue mau sendiri" ucap Danil.
Karin menggeleng. "Aku nggak mau pergi"
Danil menatap Karin dengan tatapan dingin. "Emang lo mau apa disini hah?!"
"A-aku mau jagain mas Danil"
Danil berdecih. Ia menatap Karin dengan tatapan mengintiminasi. "Gue bukan banci yang bisa lo lindungin bangs*t!! Cepat pergi sono lo!!"
Karin tetap menggeleng. Air mata telah membasahi pipinya. Tubuhnya mulai bergetar.
"Lo tuli apa bego sih?!! Gue bilang pergi ya pergi!"
"Nggak mau....." ucap Karin dengan lirih.
"Ck!Terserah lo!!" ucap Danil.
Karin tetap menunduk. Matanya sesekali melihat bubur yang sedari tadi tak disentuh oleh Danil.
Setelah sekian lama, Karin pun memberanikan diri untuk mendongkak. Ia menatap Danil dengan ragu-ragu. Tangannya memilin ujung bajunya.
"M-mas Danil... buburnya nggak dimakan?" tanya Karin.
"Ntar kalo laper" ucap Danil tanpa melirik Karin.
"T-tapi nanti buburnya dingin mas..."
Danil tak menjawab. Ia terus saja fokus pada HP nya dan mengabaikan Karin yang mulai khawatir.
"M-mas Danil harus makan... Dari tadi mas Danil belum makan apa-apa... Nanti kalo mas Danil sakib gimana"
Danil tetap tak menjawab. Karin pun memberanikan diri mengambil mangkuk berisikan bubur yang sudah sedikit dingin itu.
Tangannya mengambil satu sendok bubur dan menyodorkannya tepat di depan wajah Danil.
Tanpa diduga, Danil menerima suapan dari Karin. Karin pun sempat terkejut namun ia langsung tersenyum dan dengan senang hati menyuapi Danil.
***
Karin berjalan menuju dapur dengan mangkuk yang telah kosong.Ia terus tersenyum semenjak Danil mau ia suapi. Senyumnya seolah-olah tak bisa luntur dari wajahnya. Dirinya begitu bahagia, sangking bahagianya ia sampai lupa dengan keberadaan Rival yang sejak lama telah berbaring di sofa dan menatapinya yang terlihat begitu bahagia saat keluar dari kamar Danil.
"Lo bahagia banget ya Rin saat bareng Danil? Bahkan meski Danil nyakitin lo, lo tetep ada di sisinya. Andai aja gue jadi Danil, gue bakalan sayang banget sama lo Rin..." ucap Rival dalam hati.
Karin menaruh mangkuk yang ia bawa di meja yang ada di dapur. Saat ia hendak kembali ke kamar Danil, matanya tanpa sengaja melirik Rival yang saat itu langsung menutup matanya saat menyadari bahwa Karin melihatnya.
Karin sontak mendekati Rival. Ia mengguncang pelan tubuh Rival.
"Val... Bangun" ucapnya.
Rival pun membuka matanya, ia menatap Karin dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Ada apa Rin?"
"Kamu nggak pulang? Ini udah malem banget loh" ucap Karin sambil melirik jam.
"A-a yah... Aku nginep disini boleh nggak?" tanya Rival. Karin membuka mulutnya hendak menjawab, namun...
"Nggak boleh!" ucap Danil yang tiba-tiba keluar dari kamarnya.
Karin pun langsung menoleh dan mendekati Danil. "Mas Danil kenapa keluar? Mas Danil butuh apa?? Aku ambilin ya, tapi mas istirahat di kamar aja" ucap Karin dengan nada khawatir.
Danil berdecih. "Gue nggak butuh apa-apa. Dan lo" Danil menunjuk Rival. "Pergi lo dari rumah gue" ucapnya.
Karin menatap wajah Danil yang menunjukkan raut tidak suka pada Rival. Ia menunggu dan dengan tenang mulai bicara. "Val... Kamu baiknya pulang deh. Pasti orangtua kamu nyariin. Lagipula... aku nggak butuh bantuan dari kamu lagi kok"
Danil tersenyum sinis ke arah Rival. Sedangkan Rival sendiri menatap Karin dengan tatapan sedu.
"Ok deh Rin. Gue pulang dulu. Dan lo Nil, cepet sembuh ya" ucapnya yang langsung pergi.
Danil kembali memasukki kamarnya. Karin pun pergi ke kamarnya sendiri, mengambil satu kasur tipis dan satu bantal beserta satu selimut. Karin pun kembali ke kamar Danil.
"Lo mau apa?" tanya Danil saat melihat Karin yang telah menaruh kasurnya di lantai.
"A-ah aku mau tidur disini" ucapnya dengan pipi merona malu dan kepala yang menunduk.
Danil sendiri hanya diam. Setelah beberapa saat menatap Karin yang masih menunduk, Danil pun langsung berbaring dan mengabaikan Karin.
Karin tak masalah, ia dengan semangat menata kasur tipisnya dan berbaring dengan satu selimut yang menyelimutinya.
Lantai itu dingin. Meski Karin telah membawa kasur, namun kasur itu tak cukup tebal untuk menghalau dinginnya.
Sebenarnya di kamar itu memiliki AC, namun Danil dengan sengaja menyembunyikan remot AC tersebut.
Karin meringkuk seperti bola, ia berusaha tertidur meski merasakan dingin di sekujur tubuhnya.
Setelah beberapa saat. Karin tetap tak bisa tidur, matanya terpejam, namun ia tetap terjaga. Tubuhnya menggigil dan bibirnya memucat.
Danil melirik Karin, ia melihat Karin yang menggigil kedinginan. Ada rasa puas di hatinya, namun ia entah kenapa juga merasa sakit? Ia tiba-tiba merasa tak tega terhadap Karin.
Danil pun turun dari ranjangnya. Ia melihat Karin yang masih menutup matanya, berfikir bahwa Karin telah tertidur.
Namun Karin masih terjaga. Ia hanya tak memperhatikan bahwa Danil telah menatapnya dengan jarak yang begitu dekat.
Perlahan tapi pasti, Karin merasakan tubuhnya diangkat dan di taruh di kasur yang empuk.
"Nih anak nyusahin banget sih. Badannya aja yang keliatan kecil, tapi berat banget njir" ucap Danil.
Jantung Karin berdetak begitu cepat. Ia tak menyangka bahwa Danil akan memindahkannya. Dirinya dengan susah payah berusaha agar tidak membuka matanya agar Danil tak mencurigainya.
Tbc...
Mohon maaf lahir dan batin semua.... Maaf juga kalo telat ngucapinnya😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih SMP, udah dijodohin?
RandomDipublis pada: 23/12/2019 Danil Arya Pratama, seorang bocah SMP kelas 2 yang dijodohkan dengan Liliana Putri Karina, gadis kampung yang merupakan anak dari teman ayahnya. Danil: "gue nggak bakalan suka sama lo, dan gue nggak bakalan anggep lo ada di...